Luna mengepalkan tangannya erat. Ia tidak menduga bahwa Poppy akan berkata dengan keji sehingga menginjak harga dirinya. Padahal ia tidak tahu jika tubuh Poppy dimasuki oleh jiwa Zelona.Wanita yang berprofesi sebagai dokter itu memaksa seutas senyum dan menyahut, "aku tidak menyukai dokter Arkav sama sekali. Aku hanya ingin menjaganya selayaknya seorang sahabat. Karena dahulu kami begitu dekat, itu saja.""Siapa tahu dokter ingin merebut suamiku secara halus. Namun kurasa itu tidak mungkin. Suamiku tidak akan tergoda. Hahaha, aku hanya bercanda saja dokter. Jangan diambil hati," pancing Zelona. Dalam hati Luna mengumpat, "Poppy sialan! Awas saja nanti jika kau menangis bombay karena tahu jika rahimmu telah dioperasi keseluruhannya. Apakah kau akan tersenyum sepuas ini?""Oh ya Mbak Poppy, apakah dokter Arkav sempat memberikan kertas hasil operasi waktu itu?""Hmm, entahlah. Aku sendiri lupa. Lagipula aku hanya perlu untuk sembuh agar bisa merawat Mas Arkav."Tiba-tiba Luna bercakap,
Arkav yang masih duduk di lantai itu mencerna setiap perkataan yang dilontarkan oleh sang istri. Namun ia tidak percaya begitu saja. Ia berpikir bahwa, mungkin kemarahan ini terjadi usai melakukan operasi. Ia pun memaklumi meskipun pusing mendera. Pria yang masih mengenakan seragam putih itu segera bangkit dan berusaha membujuk, "Sayang, kamu pasti lelah kan. Jika begitu kamu bisa istirahat di ruanganku. Oke.""Terserah dokter ingin percaya atau tidak, anggap saja bila aku ini sedang hilang ingatan!" Serunya marah seraya melipat kedua tangannya di atas perut. Mengalihkan pandangannya ke arah lain.***Sebulan telah berlalu, raga Zelona belum juga kembali sadar. Sementara Jiwanya yang bersemayam di dalam tubuh Poppy sering kali berkunjung ke ruangan inap sehingga Arkav membiarkan saja. "Aku harus menyatu dengan ragaku. Aku tidak ingin berada di tubuh orang lain," gumam Zelona seraya menatap raganya di ranjang rumah sakit.Ketika kegelapan mulai menyapa. Angin berhembus kencang saat k
Perlahan, sepasang mata hitam milik Zelona terbuka. Ia memicingkan mata karena silau oleh cahaya lampu. Mengedarkan pandangannya ke segala arah dan mendapati sang Ibu sedang tertidur pulas di sofa."Ma-ma," ucap Zelona tanpa suara.Zelona ingin berkata, namun suaranya tidak keluar. Ia pun menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam. Matanya hanya berkedip-kedip. Ia bingung ingin mencari bantuan kepada siapa. Hanya menunggu siapakah yang hendak memasuki ruangan inapnya.Zelona merasa tenggorokan kering, namun ia tidak bisa bergerak bebas. Pintu terbuka, muncul Arkav yang bertugas untuk visite. Netranya langsung membidik pasien yang baru saja terbangun dari koma."Zelona? Kau sudah sadar?" Tanya dokter tidak percaya.Mendapatkan pertanyaan dari seseorang, Orilin tersadar dan segera mendekat ke arah putrinya. Ia terkejut bukan main dan segera menghambur ke pelukan sang anak kesayangan. Wanita paruh baya itu manggis haru. "Nyonya, izinkan aku untuk memeriksa keadaa
Ketika gunting itu sudah nyaris beberapa senti dari jantung, Leon segera mencekal pergelangan tangan Arkav guna menyadarkan."Apa kau gila, Ar? Kenapa ingin mengakhiri hidup. Jika kau mati, siapa yang mengurus jenazah Istrimu?" teriak Leon berusaha menyadarkan rekan kerjanya.Arkav justru berteriak, "Apa gunanya aku hidup bila telah kehilangan separuh nafasku!"Lelaki berkacamata itu menasehati. "Kau berhak bersedih dan merasa takdir seolah tidak berpihak padamu. Namun cobalah untuk berpikir bagaimana istrimu menanggung penyakitnya. Mungkin ia sudah lelah dan akhirnya menyerah.""Aku salah, karena kurang memperhatikan dirinya. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan. Sehingga tidak tahu jika Poppy sakit. Aku sungguh menyesal.""Jika kau menyesal, kau harus berjanji untuk berjuang hidup. Aku tahu kau rasanya kehilangan seseorang yang begitu berharga dalam hidup kita. Namun jangan sampai patah semangat untuk bunuh diri. Doakan saja istrimu. Yang sabar ya, saya turut berbela sungkawa."Sement
"Sekarang kalian berdua sudah sah sebagai pasangan suami dan istri, sebaiknya anda mencium istri anda," ujar Pendeta memberikan aba-aba terakhir.Dengan kaku, Arkav mencium kening sang istri yang sedang tertidur pulas. Tangannya bergerak meraih tangan Zelona untuk menyematkan sebuah cincin pernikahan yang sudah disediakan oleh Orlin dan Xander."Jika begitu saya permisi dulu." Pendeta segera pergi. Arkav masih berdiri mematung tentang apa yang sedang ia lakukan sekarang. Pikirnya semrawut. Pintu kamar terbuka, muncul Luna dengan perasaan campur aduk saat mendengar kabar bahwa kamar inap Zelona sedang melangsungkan pernikahan dan mempelai pria adalah dokter Arkav.Luna mendekat dan bertanya, "Tolong katakan padaku, Arkav. Apakah benar bahwa sekarang kau sudah menikah?"Jika iya, kenapa memangnya?" tanya Arkav balik."Kenapa kamu justru menikah dengan seorang pasien yang koma?" Luna masih belum tahu bila Zelona sudah sadar. Karena ia terfokus menyingkirkan Poppy."Menikah dengan siapap
"Jangan asal bicara kau, Flo. Aku tidak sepertimu yang terang-benderang memberikan selakangan pada calon kakak ipar. Hmmm, maksudnya adalah bekas pacarku."Flo mengepalkan kedua tangannya sebab tidak terima bila Dexon adalah bekas. Ia begitu mencintai suaminya meskipun harus mempermalukan harga dirinya sendiri.Floxa mencibir, "Pria yang kak Zel bilang bekas itu adalah suamiku. Dan apakah dokter tidak memiliki rasa malu bila bercinta dengan pasien sendiri? Tergoda dengan wanita bekas pria lain juga? Jangan-jangan sebelum putus dengan Kak Dexon, kak Zel menawarkan dirinya pada lelaki tua hidung belang dan lupa makan pil kontrasepsi, cih?"Zelona tetap santai dan ia tidak mudah terprovokasi oleh adik angkatnya. Ia pun membalas, "Memang apa salahnya bila saat ini kami berdua akan berbagi keringat? Bukankah hal itu menyenangkan, Hmmm? Bedanya aku bercinta dengan suami sah sementara kau bercinta sebelum sah. Mengenai kehamilanku, apakah kau tidak mendengar seseorang yang bisa mentransfer b
"Ini, makanlah," ujar Arkav menyodorkan sup tanpa daging. Dengan lauk tempe dan tahu goreng. Melihat warna warni bahan makanan di dalam kuah, membuat Zelona segera menyantap makanan yang masih panas.Arkav menyodorkan susu hamil dan air putih. Ia benar-benar merawat wanita hamil itu sebagai penebus dosa. Meskipun istri pertama yang dia cintai masih bersemayam dalam hati."Terimakasih banyak dokter Arkav,"kata Zelona ceria.Arkav turut serta memakan makanan yang ia masak. Setelah menyelesaikan makan siang, Zelona duduk di ayunan. Arkav mengikuti dan duduk di sebelahnya."Oh ya, kapan aku bisa memeriksa kandungan?" tanya Zelona ketika ia memikirkan nasib anaknya."Hmm, bisa dengan dokter Luna. Dia juga yang sempat menjadi dokter Obgyn untuk istriku. Apakah kau mau?""Dokter Luna ya? Kenapa nama itu begitu familiar ya?" gumam Zelona yang masih didengar oleh sang suami."Ya karena dia sempat turun menjagamu ketika aku sedang mengurus istriku setelah pengangkatan rahim.""Maaf aku tidak ta
"Apakah wajah cantikku ini suka menipu seseorang, hmm?" tanya Zelona balik."Kita uji saja di laboratorium untuk diteliti. Jika begitu saya permisi dulu. Selamat menikmati malam pertama," ejek dokter Sam dan segera meninggalkan ruang tamu. Arkav dan Zelona yang berada diambang pintu hanya memaksa senyuman. Setelah mobil yang dikendarai oleh Sam pergi. Zelona melepaskan diri dari dekapan sang suami."Lepaskan! Enak saja sentuh sembarangan. Dikira aku ini wanita apaan!" seru Zelona marah lalu membalikan badan untuk melanjutkan menonton televisi. Arkav hanya mendengus dan segera menutup pintu. Ia duduk disamping istrinya."Bagaimana bisa kamu tahu jika obat tersebut dibuat oleh Ronald?" tanya Arkav seraya mematikan televisi. Zelona melirik sekilas dan merebut remote di tangan sang suami. Namun Arkav tidak akan memberikan begitu mudah. Zelona kesal dan langsung pergi begitu saja. Arkav pikir sang istri akan merebut kembali dan mereka terlibat adegan romantis seperti di sinetron."Huft,