Share

Friend's - 6

Penulis: LucioLucas
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-23 16:21:48

“Daniel, kamu makin lama makin tampan. Kenapa sih, kamu nggak pernah mau macari aku?” Tiba-tiba Julia berteriak, sambil mengedip ke arah Daniel.

Seketika gelak tawa terdengar di sekeliling meja.

”Aku takut, bukan seleramu, Julia,” jawab Daniel enteng.

“Wah, dari dulu aku selalu suka Iaki-laki berkacamata. Dan, itu termasuk kamu.”

"Ciee! Udah jadian kalian.” Suara menyemangati membuat riuh suasana.

Fernanda mengulum senyum, melihat Daniel tertawa Iirih karena digoda Julia. Mereka semua tahu, jika dari dulu Julia memendam perasaan pada Daniel.

“Waah, terima kasih lo. Tapi, aku takut tak mampu membiayai hidupmu yang jetset!” Daniel menjawab diplomatis. Dengan mata melirik Fernanda yang asyik menyantap steaknya. Diam-diam ia merasa senang, saat melihat wanita itu makan dengan lahap.

”Aku akan mengejarmu, Daniel. Camkan itu!” Julia berkata setengah mengancam.

Fernanda mengulum senyum, masih menunduk di atas piringnya. Tanpa sadar ia tertawa lirih, mendengar rayuan-rayuan yang dilontarkan Julia untuk Daniel. Hingga sebuah pertanyaan menghentikan tawanya.

”Bagaimana sama kabar mantan tunanganmu? Aku dengar anaknya dua sekarang." Julia bertanya riang.

Fernanda yang sebelumnya sedang memegang pisau dan garpu, kini terdiam. Peralatan makan mengambang di udara. Obrolan yang semula terdengar seru pun terhenti. la menunduk, saat merasa semua mata memandangnya.

“Oh, ayolah. Fernanda bukan tipe cewek yang mudah remuk gitu aja.” Anis, perempuan dengan rambut disanggul berkata sambil tertawa. “Biar saja Evan menikahi pacarnya. Fernanda akan mendapatkan laki-laki lain.”

Julia mengangguk, diikuti dua temannya yang lain.

”Cuma satu aja masalahnya, malu. Siapa sih yang nggak malu, kalau kita udah tunangan di hotel mewah dan ditinggal begitu saja demi perempuan dari masa lalu?”

“Brengsek emang Si Evan. Bisa-bisanya memilih gembel dari pada Fernanda.”

Berbagai guMamam dan celaan kini terdengar kembali. Semua percakapan bergulir menjadi Evan, Renata, dan dirinya. Fernanda merasa tenggorokannya tercekat. Daging yang semula terasa enak dan gurih di lidah, kini terasa hampar dan alot bagaikan karet. Dengan gemetar ia menyingkirkan piring dan peralatan makan. Mengabaikan perutnya yang mual, ia meneguk kopi demi untuk membantunya bersikap tenang.

“Evan memang brengsek!”

”Kasihan Fernanda, sudah dibuat malu!”

Semua memaki, menggerutu. Mengumpat Evan dan merendahkan Renata.

"Apa sih, hebatnya cewek itu. Sampai Evan harus milih dia dari pada Nanda.”

”Mungkin karena rasa kasihan saja.”

Tak tahan lagi, Fernanda meletakkan cangkir dan bangkit dari kursi. Berpamitan ingin ke toilet. Sesampainya di bilik kamar mandi, ia muntah-muntah. Menumpahkan semua makanan yang baru saja ia santap ke dalam kloset. Setelah beberapa saat dan yakin jika makanannya telah keluar tanpa sisa, ia bangkit dengan gemetar. Keringat dingin membanjiri tubuhnya.

Di depan cermin, ia membasuh wajah dan mengelap dengan tisu. Menatap bayangannya di cermin dengan wajah yang terlihat makin tirus. Sepertinya, apa yang dikatakan sang Mama ada benarnya. Beberapa hari lalu, ia ditegur karena dilihat Iebih kurus.

Fernanda menarik napas, menyesali diri karena percakapan yang semula menyenangkan, berubah saat nama Evan disebut. la bisa melihat, semua orang merasa kasihan padanya. Sebagai perempuan yang tak diinginkan. Mengabaikan rasa dingin di hati, ia keluar dari toilet. Dengan ketenangan yang dipaksakan, akan menghadapi kembali teman-temannya.

“Kamu baik-baik saja?"

Fernanda terlonjak, saat suara teguran terdengar dari samping.

"Iya, aku baik-baik saja.” Fernanda tersenyum, menjawab pertanyaan Iaki-Iaki berkacamata yang menatapnya prihatin. "jangan menatapku seperti itu, Daniel. Aku sehat!" sentaknya kesal.

“Wajahmu pucat dan sepertinya kamu gemetar. Apa muntah lagi?”

Fernanda memejamkan mata lalu menangguk. ”Sedikit."

”Mau banyak atau sedikit, tetap saja itu muntah. Ayo, kita pamitan pulang!”

Fernanda membuka matanya. “Kenapa? Aku masih mau di sini?”

Daniel mengernyit. ”Benarkah? Setelah kejadian tadi?”

Ketidakyakinan dari perkataan Daniel membuat Fernanda kesal. ”Tentu saja, aku bisa atasi mereka. Aku bukan anak kemarin sore yang nggak pernah hadapi situasi sulit sebelumnya."

“Baiklah, aku tak memaksa asalkan kamu tetap tenang. Jangan terpengaruh omongan apa pun.”

Tawa nyaring keluar dari mulut Fernanda, ia menyibakkan rambutnya ke belakang. ”Kenapa? Kamu takut aku akan marah dan mengamuk?”

Daniel menggeleng, memandang prihatan dari balik Iensa kacamatanya. “Lebih baik kalau kamu mengamuk, dari pada menangis.” Ia menggeser tubuh, saat seorang laki-Iaki hendak masuk ke toilet dan rnelewatinya.

Fernanda terdiam, mengarnati laki-laki berkacamata yang berdiri rnengkuatirkannya. Entah kenapa, hal itu menyentuh perasaannya. la mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk lengan Daniel.

"I'm fine, don’t worry to much. Percaya, aku bisa atasi semua masalahku sendiri.” Ia melangkah gemulai menuju tempatnya semula, mengabaikan lututnya yang gemetar lemas dan mulutnya yang kini terasa pahit dan kering. Langkahnya terhenti, saat terdengar suara Julia yang cukup keras didengar.

“Kalau aku jadi Fernanda, setelah dicampakkan begitu saja, Iebih baik aku bersenang-senang. Meniduri banyak laki-laki dan pindah negara.”

Ucapannya diberi anggukan setuju di sekeliling meja.

“Untuk menghilangkan rasa malu.”

“lyaa, memang malu kalau dicampakkan.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dua Hati Mencari Cinta   Friend's - 31

    Kalimat spontan yang diucapkan Fernanda dengan tegas dan lugas cukup mengajutkan lawan bicaranya. Kali ini, bukan hanya Mei Ling yang kaget, Daniel pun sama. Laki-laki itu memandang Fernanda dengan ekpresi tidak percaya. Seribu tanya ada di dalam isi kepalanya, namun dia tahu ini bukan saat yang tepat untuk bertanya atau mendebat Fernanda.“Apa?” tanya Mei Ling sekali lagi. ”kamu mengaku-aku tunangan Daniel?"”Hah, aku memang tunangannya. Kami akan menikah bulan depan. Sudah sewajarnya kalau aku membelanya. Jangan lagi menuduhnya macam-macam!"Mei Ling mendengkus marah, memandang penuh dendam pada Daniel dan Fernanda. Lalu membalikkan tubuh tanpa mengatakan apa pun lagi.Fernanda memandang kepergian wanita itu dengan kelegaan. Tadinya, ia berpikir akan mencakar dan memukul wanita itu di sini, untunglah semua ketakutannya tak terjadi.“Nanda.”la mendongak, menatap Daniel yang tertegun."Iya, ada apa

  • Dua Hati Mencari Cinta   Friend's - 30

    Atmosfer tegang masih tercipta dalam ruangan itu, Ketiga anak perempuan Chen beserta suami mereka masih menatap Daniel dengan sinis. Chen mengangguk, menerima dokumen yang diulurkan padanya dan membawanya ke meja kayu. la membuka satu per satu lembaran dan tekun membaca.“Apa para kakakmu itu ada dendam padamu?” bisik Fernanda pada Daniel.“Nggak ada, kenapa?” tanya Daniel balik.“Entahlah, sikap mereka seakaan dengan senang hati akan mencincang tubuhmu jika diberi kesempatan. Terutama, Si Kurus yang sepertinya Kakak tertua.”Daniel tertawa Iirih. “Kalau begitu, kamu harus melindungiku. Karena, aku tak yakin bisa melawan mereka bertiga sendirian.”Fernanda terkikik sambil menutup mulut. Diam-diam mencuri pandang pada wanita- wnaita yang duduk di seberangnya. Mereka terlihat angkuh dan sombong. Sementara para laki-laki, hanya duduk tak peduli. la memandang tak suka pada suami Anaa, karena laki-laki itu

  • Dua Hati Mencari Cinta   Friend's - 29

    “Apa kamu siap?”“Apa, sih? Kayak mau diintrograsi polisi.”“Bukan memang tapi masuk tiang gantungan.”Fernanda tertawa. Meraih Iengan Daniel dan keduanya melangkah menyusuri jalan setapak menuju rumah besar di hadapan mereka. Rumah yang terasa sunyi meski ia tahu di dalam ada banyak penghuni sedang berkurnpul. Daniel memohon padanya, agar Fernanda menemani ke rumah orang tuanya. lni pertama kali baginya, menginjak rumah keluarga laki-laki itu.Setelah pembicaraan intens yang ditutup dengan dua sesi bercinta yang menggebu-gebu, keduanya sepakat untuk saling menjajaki dalam satu hubungan yang serius.“Aku nggak mungkin sesempurna Evan, tapi aku bisa pastikan kalau aku cinta sama kamu.”Fernanda menjawab lembut. “Aku bukan Renata. Aku hanya mengharap Daniel apa adanya, bukan Iaki-laki yang ingin menjadi seperti Evan.”Dengan tubuh berpeluh dan hati yang bertaut, keduanya berpel

  • Dua Hati Mencari Cinta   Friend's - 28

    “Ooh, begitu. Kamu menganggap aku kekanak-kanakan? Baiklah, kalau itu maumu.”Daniel merentangkan lengan, menunjuk ke arah pintu. “Silakan keluar, aku sibuk!”“Daniel, bukan begitu. Kamu salah paham.”“Bagian mana dari ucapanmu yang membuatku salah paham. Nanda,” ucap Daniel sedikit emosi. ”Kamu mengatakan aku kenak-kanakkan karena aku cemburu. Kamu nggak suka aku cemburu karena memang dari awal hubungan ita hanya sekadar sex! Baiklah, aku mengerti. Sekarang, tinggalkan aku sendiri!”Daniel berbalik, kembali menghadap meja. Mengabaikan wanita yang terlihat salah tingkah.”Aku tidak ada maksud seperti itu.” Fernanda memijat kepalanya. ”Aku mau minta maaf karena sudah membuatmu marah. Aku--,”“Aku mengerti, pergilah Nanda!” sela Daniel dingin.Fernanda mengerjap, matanya memanas. Titik air mata mulai menetes di ujung pelupuk. la merasa sakit

  • Dua Hati Mencari Cinta   Friend's - 27

    Malam kian larut, udara sejuk dari pendingin ruangan di kamar Fernanda membuat sesi curhat antara Mama dan anak malam itu semakin serius. Fernanda sudah menyamankan posisi setengah merebahnya dengan tumpukan bantal menopang punggungnya yang lelah. Sementara sang Mama masih setia dengan duduk di pinggir ranjang, dekat dengan posisi Fernanda berbaring.“Harusnya, kalau memang kamu nggak siap untuk menjalin hubungan serius dengan siapa pun, jauhi. Jangan clatangi dia saat kamu sedih, dan berpaling saat kamu bahagia.”“Nanda nggak berpaling, Ma. Kama hanya teman biasa.”“Jelaskan pada Daniel kalau begitu.”“Sudah, dia nggak mau dengar.”“Karena kamu melakukannya setengah hati.” Jihan mendatangi anaknya, mengelus rambut lembut milik Fernanda. "Mama ingat dulu kalian bertiga selalu bersama. Kamu, Evan, dan Daniel. Keduanya sama baik dan menawan. Tapi, dari dulu Daniel memang menunjukkan rasa cin

  • Dua Hati Mencari Cinta   Friend's - 26

    Kamar yang sepi, hanya terdengar dengung pelan dari pendingin ruangan. Fernanda yang baru saja pulang dari kantor, tanpa mengganti baju lebih dulu, merebahkan diri di ranjang, Menatap nanar pada langit-Iangit kamar yang dilukis bunga-bunga warna krem lembut. Ada lampu kristal kecil tergantung di tengah-tengah.Tangannya terulur ke dahi, memijat lembut di sekitar kepala. Migrain yang ia rasakan dari tadi sore tak jua sirna meski ia sudah meminum obat. Segelas Teh Camomile hangat pun sudah diteguknya hingga tandas, namun peningnya tak kunjung mereda.Benaknya berpikir cepat tentang rapat tak berkesudahan, penyelesaian cepat dari satu masalah ke masalah lain, memastikan produksi lancar, hingga memikirkan tentang Daniel.Desahan resah keluar dari mulutnya saat pikirannya tertuju pada Daniel. Laki-laki yang selama dua tahun ini selalu berada di sisinya. Dia masih tak mengerti salahnya di mana, dan kenapa Daniel begitu emosi saat melihatnya bersama Kama. Padahal, itu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status