Home / Romansa / Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai! / 299. posesif dan cemburu beda tipis

Share

299. posesif dan cemburu beda tipis

Author: Raisaa
last update Last Updated: 2025-12-17 11:00:21

Perapian menyala redup ketika Dirian kembali datang sore itu. Udara dingin masih menyelinap dari celah-celah jendela, meski badai telah pergi. Dagny duduk di sofa dengan selimut menutupi bahunya, pipinya masih sedikit pucat, namun matanya langsung berbinar begitu melihat sosok tinggi itu berdiri di ambang pintu.

“Kau datang lagi,” ucap Dagny cepat, suaranya cerah.

Dirian mengangguk, lalu mendekat tanpa banyak bicara. Ia berlutut di depan gadis kecil itu dan menyentuh keningnya dengan punggung tangan.

“Demammu sudah turun,” katanya tenang. “Tapi kau masih harus minum obat.”

Dagny meringis. “Pahit.”

“Sedikit saja,” balas Dirian. Ia menyodorkan cangkir kecil. “Setelah itu aku

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   315. Ilusi atau sihir

    Gerbang istana kekaisaran terbuka lebar ketika kereta kuda berhenti dengan derit panjang. Salju masih melekat di sisi roda, seolah ikut membawa dingin dan ketakutan dari utara masuk ke jantung kekuasaan.Selene turun dengan langkah yang nyaris goyah, diapit oleh Odet dan Sylar. Wajahnya pucat, matanya kosong seperti seseorang yang tubuhnya sudah tiba, tetapi jiwanya tertinggal jauh bersama dua anak yang direnggut dari pelukannya.Mereka bahkan belum sempat menarik napas panjang ketika dua sosok telah menunggu di aula depan.Putra Mahkota Kekaisaran, Lucien, berdiri tegak dengan jubah kebesarannya, dan di sisinya, Putra Mahkota Kerajaan Utara, Eisach, dengan raut wajah keras khas bangsanya. Keduanya menoleh hampir bersamaan saat Selene melangkah masuk.Lucien membeku.

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   314. Aroma pinus muda

    Hening kembali turun.Namun kali ini, Dirian tidak memanggil lagi.Ia berdiri diam di tengah salju, napasnya berat, matanya menyala dengan tekad yang jauh lebih berbahaya daripada amarah.Instingnya telah memilih.“Waktuku hampir habis,” suara Lamina terdengar semakin jauh, seolah ditarik oleh sesuatu yang tak terlihat.“Lamina—” Dirian langsung memotong, nadanya keras. “Kenapa kau memberitahuku semua ini?”Ada jeda singkat. Bukan hening kosong, melainkan hening yang sarat makna.“Karena aku sudah berjanji,” jawab Lamina akhirnya. “Pada Selene.&

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   313. Darah lebih kental daripada air

    Langkah Dirian terhenti.Bukan karena ia terkejut, melainkan karena ia mengenali suara itu. Suara yang tidak pernah benar-benar pergi, hanya terdiam lama di sudut paling gelap pikirannya.Dirian tidak menoleh. Tidak mencari sumber suara itu.Ia hanya mengatupkan rahang.“Lamina.”Nama itu keluar dari bibir Dirian nyaris tanpa suara, namun beratnya terasa seperti sebuah sumpah lama yang tidak pernah selesai. Udara dingin menusuk paru-parunya saat ia mengucapkannya, sementara kuda hitam di bawahnya meringkik pelan, seolah ikut merasakan kegelisahan tuannya.Sesaat,hening.

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   312. Pangalihan

    Kata-kata itu menusuk tepat sasaran.Selene terdiam. Tidak ada bantahan yang bisa ia susun dengan cepat. Hanya denyut nyeri di dadanya yang semakin terasa nyata.Sig menarik napas. “Mungkin sejak awal, rumah tangga Anda dan Yang Mulia rusak bukan karena orang ketiga, bukan pula karena pengkhianatan siapa pun.”Ia menatap Selene lurus-lurus.“Mungkin rusak karena di antara Anda berdua… tidak pernah benar-benar ada rasa saling percaya.”Kalimat itu menggantung lama di udara.Selene merasa tenggorokannya kering. Ia membuka mulut, lalu menutupnya kembali. Tidak satu pun kata terasa cuk

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   311. Cukup sekali

    “Sig,” ucapnya tanpa menoleh. “Siapkan kudaku.”Sig yang baru saja kembali dari memberi perintah tertegun sesaat, lalu mengangguk cepat. “Baik, Yang Mulia.”Ia tahu kuda mana yang dimaksud. Kuda hitam itu, liar, besar, dan nyaris tak pernah ditunggangi kecuali saat Dirian benar-benar berniat pergi ke medan kematian. Sig berlari ke kandang, sementara Erick dan beberapa prajurit lain mulai bersiap, wajah mereka tegang, mata mereka penuh kecemasan yang tak terucap.Selene melangkah maju, menembus dingin dan kekacauan. “Aku ikut.”Suara itu lirih, namun cukup kuat untuk membuat Dirian berhenti.Ia berbalik perlahan. Tatapan merahnya jatuh pada Selene, bukan dengan kemarahan yang meledak, melain

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   310. Konflik

    Dirian mengangguk, mengusap rambut Selene sekali lagi sebelum membiarkan wanita itu beringsut menjauh. Tak ada kata lain, hanya tatapan dalam yang membawa semua janji rahasia pagi itu, janji akan rindu, sakit, dan cinta yang tak pernah selesai.Mereka merapikan kembali pakaian masing-masing, seolah hari itu hanyalah hari biasa. Bersama-sama mereka berjalan pulang ke rumah, tangan Selene sibuk membawa satu keranjang penuh biji ek. Tak satu pun yang bicara tentang apa yang terjadi di bawah naungan pohon. Namun setiap langkah, setiap helaan napas, masih menyimpan sisa panas tubuh dan kenangan yang kini jadi rahasia di antara mereka.Mereka baru saja tiba di depan rumah ketika suasana yang hangat itu terpotong begitu saja.Beberapa pengawal berkuda dengan lambang istana raja sudah menunggu. Kuda-kuda mereka masih dipenuhi salju, napas hewan-hewan itu mengepul tebal di udara dingin. Begitu melihat Dirian, sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status