Share

308. Biji Ek

Penulis: Raisaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-19 10:00:14
Pagi masih terlalu dini.

Kabut tipis menggantung di antara pepohonan, embun menempel di mantel Dirian ketika ia menghentikan langkah di depan rumah Selene. Langit masih abu-abu pucat—waktu di mana orang-orang seharusnya masih terlelap.

“Kukira semua masih tidur,” gumam Selene pelan, merapikan mantel di tubuhnya. Suaranya sedikit serak, entah karena dingin atau karena malam yang terlalu… panjang.

“Seharusnya,” jawab Dirian singkat.

Ia berdiri terlalu dekat. Terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja menghilang semalaman. Selene melirik ke arahnya, lalu cepat-cepat mengalihkan pandangan ketika menyadari betapa hangat wajahnya.

Dirian mengantar sampai ke teras. Tangannya sempat menahan pergelangan Selene sebentar, bukan untuk menarik, hanya memastikan.

“Masuklah,” ucapnya rendah.

Selene mengangguk. Ia melangkah naik satu anak tangga,

“Hmm.”

Suara itu membuat Selene membeku.

“Menarik.”

Selene berbalik perlahan.

Di halaman, berdiri Odet, menyilangkan tangan dengan ekspresi p
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   334. Sumpah ditengah waktu

    Ia meraih sisa jaring yang belum sepenuhnya meleleh. Gerakannya tenang, hampir anggun. Benang itu menempel di jemarinya, lalu ia tarik perlahan ke tubuhnya sendiri. Dalam sekejap, benang-benang itu menyatu, berubah bentuk, menutup kulitnya dengan pakaian sederhana, gelap, longgar, khas penyihir pengembara. Tidak indah, tidak mewah, namun cukup untuk menutup tubuh polosnya dari dunia yang tidak lagi ia percayai.Ia duduk.Tenang.Tangannya terangkat ke hadapan wajah. Ia menatap telapak itu lama, seolah mencoba mengingat sesuatu yang pernah hilang. Jari-jarinya sedikit gemetar, bukan karena lemah, melainkan karena bekas rasa.Ia tidak bisa melihat apa yang terjadi di luar.Tidak bisa menyaksikan perang.Tidak bisa melihat darah di salju.

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   333. Kesayangan

    Divrio mengangguk, meski matanya masih menyimpan kilau keyakinan anak-anak.“Tapi ayah tetap hebat, kan, Bu?” tanyanya polos.Selene mengangguk pelan. Kali ini senyumnya lebih tulus, meski matanya berkaca-kaca.“Iya,” bisiknya. “Ayahmu… selalu hebat.”Istana kembali sibuk.Perintah disampaikan dengan cepat, langkah para pelayan dan pengawal saling bersahutan di lorong-lorong batu. Persiapan dilakukan tanpa kemewahan, tidak ada arak-arakan, tidak ada musik kemenangan. Yang ada hanyalah perlengkapan perjalanan, mantel tebal, dan wajah-wajah yang dipenuhi kecemasan.Selene berdiri di depan jendela sejenak sebelum mengenakan mantel luarnya. Ia menatap l

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   332. monster dalam mimpi

    Ia menoleh ke arah Dirian dan Dagny sesaat, matanya menyiratkan kelegaan yang ia sembunyikan di balik sikap dinginnya. Lalu ia kembali menatap medan perang.“Kita menang hari ini,” katanya pelan, seolah berkata pada dirinya sendiri. “Tapi kemenangan ini mahal.”Angin dingin kembali berhembus, membawa bau darah dan salju. Di tengah kehancuran itu, orang-orang mulai bergerak, bukan lagi untuk bertarung, melainkan untuk menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan.Dan di kejauhan, samar-samar, bunyi terompet kekaisaran akhirnya mulai terdengar.Langit bergemuruh saat bantuan itu akhirnya datang.Bukan hanya oleh derap kuda dan gemerincing zirah, melainkan oleh gema lan

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   331. Kutukan yang melindungi

    Jantung itu akhirnya hancur.Bukan runtuh.Bukan mati perlahan.Melainkan pecah seolah sesuatu di dalam tubuh iblis itu tidak mau menerima akhir yang dipaksakan.Sesaat…sunyi.Dirian masih berdiri dengan pedangnya tertancap di dada makhluk itu. Darah hitam berhenti menyembur, lalu justru berputar kembali, tersedot ke dalam tubuh iblis seperti pusaran terbalik.“Dirian—!” suara seseorang tenggelam oleh dentuman aneh yang mulai terdengar dari dalam dada iblis.Retakan cahaya menjalar dari jantung ke seluruh tubuhnya. Kulit merah darah itu merekah, memancarkan cahaya gelap yang berdenyut liar. Segel para pen

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   330. Akhir dari iblis

    DibiaraSetelah pendeta tua mengatakan pupa, obor-obor terangkat tinggi, namun cahaya justru memperjelas sesuatu yang membuat napas tercekat di dada. Beberapa pendeta mundur setengah langkah. Ada yang menjatuhkan obor karena tangannya gemetar.“Apa… itu…?” suara seseorang pecah, hampir tidak terdengar.Di dalam kurungan terakhir, sesuatu yang tidak seharusnya ada berdiri, diam, besar, dan menjijikkan dalam cara yang sunyi. Seluruh kurungan terbungkus rapat oleh lapisan putih keabu-abuan, berlapis-lapis, menempel pada besi, dinding, dan lantai seperti daging beku yang ditarik paksa.Udara di sana terasa salah.Bukan bau darah.Bukan bau busuk.Melainkan bau hidup yang dikurung terlalu lama.

  • Duke Dirian, Nyonya Ingin Bercerai!   329. Bertahan dengan keras kepala

    Di medan perang itu, pertarungan belum berhenti.Salju yang tadinya putih kini berubah menjadi hamparan kelabu tercampur tanah, darah, dan jelaga sihir. Udara dipenuhi bau besi panas dan mantra yang terbakar di udara sebelum sempat membentuk kehendaknya sendiri.Iblis itu berdiri di tengah medan, menjulang, bertanduk besar dengan tubuh merah darah yang berdenyut seperti jantung raksasa. Setiap tarikan napasnya menggetarkan tanah. Setiap gerakannya membuat udara terbelah.Aumannya kembali terdengar.Bukan sekadar suara melainkan panggilan.Salju di sekelilingnya terangkat, melayang sesaat sebelum hancur berkeping-keping. Beberapa prajurit terpental bahkan sebelum sempat mendekat. Ada yang jatuh dengan tulang patah, ada yang tidak bangun lagi.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status