Share

Bab 145

Penulis: Janice Sinclair
Kiana juga tertawa. "Apa kami berdua masih bisa tinggal di Kota Yasel?"

"Kiana, aku barusan cuma bercanda saja!"

"Lucu kali ya." Kiana terus tertawa, lalu menatap batu nisan ibunya. "Mengapa ada sepatu usang di batu nisan ibuku?"

Aiden memelototi ayahnya. Ayahnya langsung menghampiri dan menurunkan sepatu usang itu.

"Ada jejak sepatu," lanjut Kiana.

Ayahnya Aiden mencoba menyekanya dengan lengan bajunya.

"Kalau mau bersih, sepertinya harus dijilat pakai mulut."

"Kiana, bisa-bisanya kamu suruh paman…"

"Terus, semua ludah ini." Kiana menyela ayahnya Aiden. Tatapannya menyapu wajah anggota Keluarga Lianto. "Siapa yang meludahkannya, dia harus menjilatnya kembali."

Mendengar itu, seluruh anggota Keluarga Lianto terkejut.

Bibinya langsung meneriaki Kiana. "Kami semua lebih tua darimu, jangan keterlaluan!"

"Aiden, pasti nggak mudah bagi orang dengan IQ sepertimu untuk mendapatkan posisi manajer umum perusahaan game di bawah Grup Sagara, 'kan?" Kiana mengangkat alisnya dan menatap Aiden.

Aide
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 158

    Bocah ini pasti baru saja keluar dari rumah sakit jiwa, 'kan?Namun, dia punya wajah yang putih dan lembut. Dia juga mengenakan setelan jas merah muda dan tampak seperti idola grup musik. Dia bisa dianggap sebagai visual grup. Senyumnya sangat manis. Suaranya juga manis dan lembut, tetapi…"Dik, sini. Kakak kasih kamu hadiah."Pemuda itu berkedip. Dia tampak polos dan menggemaskan. "Baru saja bertemu, kamu sudah mau kasih aku hadiah?""Siapa suruh kamu tampan," kata Kiana sambil tersenyum.Pemuda itu kelihatan polos. Dia melaju ke arah Kiana dengan papan seluncurnya.Detik berikutnya, pemuda itu langsung menjerit."Ah! Sakit!"Kiana menarik telinga pemuda itu sambil berkata dengan gigi terkatup, "Nggak sopan bilang orang yang nggak kamu kenal, terutama orang yang lebih tua, akan mengalami kemalangan besar!""Wanita kasar! Lepaskan aku! Aduh! Sakit sekali!""Panggil kakak!""…""Cepat!""Kakak…" Panggilan ini terdengar enggan.Kiana mendengus, lalu melepaskan pemuda itu. Namun sebelum m

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 157

    Selesai berbicara, Kiana pun berbalik dan meninggalkan kantor.Konselor mengejarnya dan terus meminta maaf."Nggak masalah aku datang jauh-jauh ke sini, tapi insiden ini mungkin akan meninggalkan kesan buruk bagi teman-teman sekelas adikku. Aku harap guru bisa mengembalikan nama baiknya di depan umum.""Tentu saja. Kami pasti akan melakukannya.""Baguslah."Dia juga tidak ingin kejadian ini berlarut-larut. Lagi pula, adiknya masih harus bersekolah di sini. Menyinggung kepala sekolah dan para guru juga tidak akan menguntungkannya.Namun, ibunya Rachel tidak berpikir sejauh itu. Mereka tahu mereka salah karena salah menuduh orang, jadi mereka tidak mengungkit masalah itu lagi. Namun, putranya memang kehilangan laptop di sekolah, jadi sekolah harus bertanggung jawab. Ibunya Rachel berpegang teguh pada poin ini dan terus berdebat.Terakhir, karena tidak ada pilihan lain, para pemimpin sekolah meyakinkan ibunya Rachel bahwa mereka pasti akan membantu menemukan laptop itu dan juga meminta ma

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 156

    "Aku… Ugh…"Ibunya Rachel bertindak cepat dan berhasil membungkam putranya.Mereka berjanji pada Keluarga Sumargo kalau mereka harus merahasiakan ini sampai kontrak proyek ditandatangani. Kalau tidak, mereka kehilangan segalanya."Dia asal bicara. Rachel masih belum menikah," kata ibunya Rachel dengan panik.Bibir Kiana sedikit berkedut, tetapi dia juga tidak mendesak masalah itu lebih lanjut."Memang hanya sebuah laptop saja, sebenarnya juga bukan apa-apa, tapi sekolah harus kasih kami penjelasan mengapa adikku dituduh dan dipukul secara nggak adil!"Masalah sekarang sudah jelas. Meski tidak tahu di mana laptop Marco, laptop yang ada di kantor sekarang sudah pasti milik Luis.Konselor segera mengembalikannya kepada Luis dan menyuruh Marco minta maaf."Aku nggak mau minta maaf. Kenapa harus minta maaf? Meski laptop itu dibelikan kakaknya, itu juga nggak membuktikan kalau laptop ini miliknya!"Luis mengambil laptop, lalu menyalakannya, dan memasukkan kata sandi masuk. Layar menyala. Seb

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 155

    Jelas sekali, Ibunya Rachel bukanlah orang yang bisa dianggap remeh. Setelah diinterogasi oleh Kiana, para guru di kantor sekolah kini masih harus berhadapan dengan ibunya Rachel. Mereka benar-benar kewalahan."Ibunya Marco, jangan khawatir. Mari kita bicarakan dulu," kata Konselor."Apa lagi yang mau dibicarakan? Aku sudah dengar semuanya dari putraku. Bukankah ada orang yang curi laptopnya? Orang itu bukan hanya nggak mau kembalikan, tapi bahkan memukulinya! Anak siapa itu? Nggak sanggup hidup miskin? Kalau dia begitu menginginkan laptop, dia harus beli sendiri. Mengapa curi punya orang lain? Apa dia nggak punya rasa malu?"Setelah memarahi, tatapan ibunya Rachel tertuju pada Luis yang berdiri di hadapan putranya. "Kamu pelakunya?"Luis langsung memutar bola matanya."Hei, beraninya kamu memelototiku. Sepertinya aku harus bantu orang tuamu kasih kamu pelajaran!" Selesai berbicara, ibunya Rachel sudah bersiap menyerang.Kiana melangkah di depan Luis. "Walinya ada di sini, apa kamu ma

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 154

    Hanya dari penampilan Kiana saja, dia memang kelihatan seperti orang yang mampu membeli laptop seharga 100 juta."Kamu kakaknya Luis? Kami nggak pernah dengar dia sebut namamu sebelumnya. Kami panggil kamu datang hari ini terutama karena ada kesalahpahaman di antara anak-anak…""Guru bilang ini hanya kesalahpahaman, tapi kenapa yang kudengar di luar tadi sepertinya serangan kolektif terhadap adikku? Kalian memaksanya mengakuinya, meskipun dia berulang kali membantah mencuri laptop?" Kiana mengangkat alisnya."Uh, Marco kehilangan sebuah laptop dan harganya cukup mahal. Tapi nggak lama setelah hilang, mereka menggeledah lemari Luis dan menemukan laptop yang sama. Ini memang agak mencurigakan.""Menggeledah?" Kiana mencibir. "Apa mereka berhak menggeledah lemari orang tanpa persetujuan?"Guru terdiam."Kalau secara halus, mungkin ini namanya nggak sopan. Kalau secara kasar, ini namanya pelanggaran privasi. Kalau mau lebih kasar lagi, aku juga boleh mencurigainya mencuri, 'kan?""Ini suda

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 153

    Kiana melaju kencang di jalanan dan tiba di Universitas Yasel dalam waktu kurang dari 40 menit.Satpam di gerbang melihat sebuah mobil merah berhenti di depan gerbang sekolah, lalu seorang wanita mengenakan gaun berwarna cokelat keemasan dengan jaket jas yang senada keluar. Wanita itu memiliki rambut panjang bergelombang, mengenakan kacamata hitam, dan tampak berseri-seri serta elegan.Setelah mengetahui wanita itu adalah wali dari siswa yang telah membuat masalah, satpam pun membawanya ke kantor sekolah."Ayahnya pincang. Ayahnya membiayai sekolahnya dengan memungut sampah. Dia sendiri harus bekerja tiap hari agar bisa hidup dengan layak. Keluarganya sangat miskin, tapi dia berani bilang kalau laptop itu miliknya!""Itu MacBook yang harganya 100 juta!""Sekalipun dia menguras habis semua harta keluarganya, apa dia mampu membelinya?"Begitu tiba di kantor sekolah, Kiana mendengar seorang pemuda berteriak kepada adiknya, Luis. Sementara dua pemuda lainnya berdiri di sebelahnya sambil me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status