Share

Bab 2

Penulis: Janice Sinclair
Dalam sebulan ini, Kiana bisa bermain-main dengan anggota Keluarga Sumargo.

Kiana menyimpan ponselnya, lalu melangkah menuju kediaman Keluarga Sumargo.

Dia membunyikan bel pintu. Tak lama kemudian, pelayan, Bi Ida Marsya, datang membukakan pintu. Dia terkejut saat tahu siapa yang kembali.

"Kiana, bukankah kamu sedang perjalanan bisnis? Kenapa tiba-tiba kembali?"

Kiana tidak menggubrisnya. Dia berjalan mengitari Bi Ida dan masuk ke dalam.

Lantaran tidak bisa menghentikannya, Bi Ida langsung berteriak, "Nyonya, Nyonya! Nona Kiana sudah kembali dari perjalanan bisnis!"

Ketika Kiana berjalan sampai di tangga, ibunya Yovan bergegas keluar dari dapur sambil membawa semangkuk sup ayam untuk menghentikannya.

"Kenapa kamu…"

"Yovan ada di atas, 'kan?"

"Nggak, dia nggak di rumah…"

"Aku cari dia di atas."

Tanpa mendengarkan apa yang dikatakan ibunya Yovan, Kiana langsung naik ke atas.

"Kiana, Kiana, jangan naik ke atas." Ibunya Yovan bergegas menyusul dari belakang.

Kiana naik ke atas dan langsung menuju kamar mereka. Dia ingin tahu bagaimana keduanya akan menjelaskan begitu kepergok berada di kamar yang sama.

Kiana mendorong pintu hingga terbuka. Dia melihat Yovan yang baru saja keluar dari ruang ganti.

Melihat Kiana masuk, jelas ada kepanikan yang muncul di matanya. Pria itu refleks mundur selangkah, seakan mencoba menutupi sesuatu.

"Kiana, kamu…"

"Kenapa aku tiba-tiba pulang dari perjalanan bisnis? Betul, nggak?" Kiana berjalan mendekati Yovan sambil mengerutkan keningnya. "Kenapa kalian semua menanyakan hal yang sama padaku? Apa aku seharusnya nggak pulang?"

Yovan mengerutkan bibirnya dan berkata, "Seharusnya kamu meneleponku dulu."

Kiana tersenyum dan berkata, "Aku ingin memberimu kejutan."

Yovan terpaku.

"Tapi mengapa kamu terkejut dan nggak senang?"

Yovan menghela napas. "Mana mungkin? Aku sangat merindukanmu."

Selesai berbicara, Yovan ingin maju dan memeluknya.

Kiana langsung menghindar dan berjalan menuju ruang ganti.

"Kiana!"

Suara Yovan berubah karena panik. Pria itu mencoba menahannya.

Namun, Kiana sudah masuk. Meski tidak ada seorang pun di sana, dia bisa melihat ada ujung rok tersangkut di pintu lemari.

Rachel bersembunyi di dalam lemari!

Huh. Demi membohonginya, Rachel bahkan beradaptasi dalam berbagai situasi.

Kiana memang sudah dibutakan selama tiga tahun, tetapi sekarang dia sudah melihat semuanya dengan jelas.

Dia melangkah menuju lemari. Tangannya mencengkeram gagang pintu dengan erat.

"Kiana!" Yovan buru-buru meraih tangan Kiana. "Aku dengar dari Rachel, kamu sedang mempersiapkan ulang tahun pernikahan kita?"

Saat mendengar itu, Kiana menoleh.

Yovan dan Rachel bahkan membicarakan masalah ini.

Keduanya pasti sangat bangga karena berhasil mempermainkan ketulusannya dan menipunya.

Namun sekarang, Yovan benar-benar panik.

Pria itu menatap tangan Kiana yang mencengkeram gagang pintu lemari. Napasnya menjadi cepat dan ada lapisan tipis keringat muncul di dahinya.

Dia takut Kiana tahu. Keluarga Sumargo juga takut.

Kiana sengaja memegang gagang pintu dan berpura-pura ingin membuka pintu lemari. Hal itu membuat Yovan makin panik.

Ternyata, melihat reaksi orang yang tertipu sangatlah menarik.

Kiana pun melepaskan gagang pintu dan berpura-pura marah. "Ini rahasia. Kenapa dia malah memberitahumu?"

"Dia keceplosan, tapi aku nggak begitu suka Restoran Baroya."

Tentu saja Yovan tidak suka. Lantaran jika mereka pergi ke Restoran Baroya lagi, Kiana akan tahu bahwa buku nikah mereka palsu!

"Kalau begitu, ganti restoran lain saja. Tapi ini kejutan, jadi nggak boleh tanya-tanya lagi."

"Oke." Yovan menghela napas lega.

"Oh ya, mana baju luaranku yang warna cokelat muda? Aku ingat aku membawanya dalam perjalanan bisnis kali ini, tapi kenapa nggak ada di dalam koperku? Aku jadi penasaran. Apa aku meninggalkannya di rumah?"

Sembari berbicara, Kiana berpura-pura ingin membuka lemari lagi.

"Yang mana?" Yovan terkejut lagi dan buru-buru menariknya.

"Itu yang dibelikan Ibu. Aku sangat menyukainya. Jangan sampai hilang."

"Nggak ada di lemari. Mungkin di kantorku."

"Benarkah?"

"Iya, aku pernah lihat."

Yovan menarik Kiana keluar dari ruang ganti. Kebetulan berpapasan dengan ibunya yang bergegas masuk ke kamar.

"Kamu, kamu…"

"Bu, Kiana lagi cari baju luaran cokelat muda yang Ibu belikan untuknya. Ibu ada lihat nggak?"

Ibunya Yovan mengerjap beberapa kali. Setelah itu, dia baru menyadari apa yang terjadi. "Oh, cari baju ya? Baju luaran itu?"

"Ibu ada lihat nggak?" tanya Kiana dengan tenang.

"Nggak, nggak lihat. Bukankah hanya sepotong pakaian? Ibu akan belikan untukmu nanti."

Kiana tersenyum. "Ibu sangat baik padaku."

Wajah ibunya Yovan agak kaku. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus mengatakan apa.

"Ini sup ayam yang Ibu masak untukku, 'kan? Terima kasih, Bu!"

Kiana berjalan maju sambil tersenyum, lalu merebut semangkuk sup ayam dari ibu mertuanya.

"Ini, ini…"

"Sup ayam ini bukan untukku?"

Ibunya Yovan membuka mulutnya beberapa kali. Terakhir, dia hanya bisa mengangguk datar.

Kiana mulai meneguk sup itu di depan mereka. Dia sesekali memuji keterampilan memasak ibu mertuanya. "Sup buatan Ibu enak sekali."

Selesai minum sup, Kiana tidak langsung pergi. Dia bilang dia lelah, lalu mengusir Yovan keluar kamar dan berbaring di atas kasur.

Kiana melirik ke lemari pakaian. Meringkuk di lemari sempit seperti itu pasti membuat Rachel tidak mampu meregangkan kakinya dan merasa pengap. Sahabatnya pasti sangat tersiksa.

Memikirkan hal ini, Kiana tidak kuasa menahan tawa.

Menarik sekali.

Dalam sebulan ini, Kiana berencana mengolok-olok dengan mereka.

Saat ayahnya Yovan pulang di malam hari, Kiana baru turun untuk makan malam bersama Keluarga Sumargo.

Grup Thevas didirikan oleh ayahnya Yovan. Dia telah bekerja keras untuk seluruh perusahaan selama bertahun-tahun. Usianya belum 60 tahun, tetapi rambutnya sudah memutih.

Kiana selalu menghormati ayah mertuanya. Pria itu bukan hanya seorang pengusaha yang cerdik, tetapi juga seorang tetua yang jujur dan murah hati.

Namun, ayah mertuanya jelas juga tahu tentang Yovan dan Rachel.

"Bagaimana perkembangan proyek pusat perbelanjaan Grup Januar?" tanya ayahnya Jovan sambil menatap Kiana.

Perjalanan bisnis Kiana kali ini adalah untuk membahas proyek tersebut. Itu juga sebuah kolaborasi yang krusial bagi Grup Thevas.

Melalui proyek inilah, Kiana bertemu dengan Pak Ishan, yang kemudian memicu berbagai kejadian berikutnya.

"Sudah hampir selesai. Langkah selanjutnya adalah membahas detail kerja sama dan kemudian menandatangani kontrak," jawab Kiana dengan nada datar.

Mendengar itu, ayah mertuanya mengangguk puas.

Namun, dia kemudian teringat sesuatu. Setelah terdiam sejenak, dia pun berkata, "Kamu sudah berusaha keras dalam proyek ini. Perusahaan akan memberimu bonus. Besok pergilah ke kantor untuk serah terima pekerjaan dan biarlah orang lain yang menangani proyek ini. Aku punya rencana lain untukmu."

Kiana mengerutkan keningnya.

Dia telah mempersiapkan proyek tersebut selama setengah tahun. Sekarang begitu tiba saat menuai hasil, dia diminta untuk menyerahkan tugas ini kepada orang lain?

"Serah terima sama siapa?" tanya Kiana.

"Rachel. Dia juga berkontribusi dalam proyek ini. Apalagi, dia juga teman baikmu. Seharusnya kamu nggak keberatan, 'kan?"

Kiana diam-diam tersenyum sinis.

Benar saja, hanya menantu sah yang dianggap sebagai keluarga. Wajar saja, mereka khawatir proyek sepenting itu dipegang olehnya.

Hanya saja, yang tidak mereka ketahui adalah seluruh Grup Januar akan segera menjadi milik Kiana.

Dia bisa memutuskan proyek ini berhasil atau tidak!
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 50

    Keesokan paginya, Kiana kembali ke rumah Rachel. Dia mendapati Yovan dan ibunya ada di sana. Keduanya kelihatan sangat marah. Rachel sendiri mengerutkan kening dan tampak kecewa."Kiana, bagaimana kamu bisa melakukan hal nggak tahu malu seperti itu? Mau taruh di mana wajah Yovan dan Keluarga Sumargo kami?"Kiana mengangkat alisnya. "Apa yang sudah aku lakukan?"Yovan menggertakkan giginya dan melemparkan beberapa foto ke atas meja. "Aku lihat kamu mau bagaimana menjelaskannya!"Kiana menunduk dan melihat tumpukan foto itu. Benar saja, itu fotonya dirinya dengan James saat pergi ke hotel tadi malam. Ada foto mereka mengobrol dan tertawa, foto dirinya menggandeng tangan James saat mereka masuk lift, dan foto mereka memasuki kamar hotel.Fotonya sangat jelas. Rachel benar-benar telah berusaha keras."Mau jelaskan apa lagi? Aku sudah perhatikan dia nggak bisa duduk diam sejak lama. Bergaul dengan laki-laki sepanjang hari dan sering nggak pulang malam. Kurasa ini bukan pertama kalinya. Laki

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 49

    "Dari awal, kita sudah bilang jelas. Kamu mau posisi Nyonya Sumargo. Aku mau anak. Tapi aku nggak akan putus dengan Kiana. Kamu juga sudah janji padaku.""Tapi… tapi aku mencintaimu. Begitu mencintaimu sampai-sampai aku memilih mengkhianati sahabatku sendiri. Demi lahirkan anak untukmu, aku rela hidup dalam kegelapan. Kamu... kamu malah memperlakukanku seperti ini. Menyakitkan sekali."Melihat Rachel menangis, Yovan merasa tidak tega. Dia berdiri dan berjalan ke arahnya."Sudah, jangan nangis. Ingat, kamu lagi hamil.""Jadi, kamu masih marah sama aku?""Kamu menaruh benda itu ke sakuku sebelumnya, apalagi ketahuan sama Kiana. Mana mungkin aku nggak marah.""Sayang, maafkan aku. Nggak akan kulakukan lagi."Yovan memeluk Rachel dan berencana membawanya kembali ke kamar tidur. Namun, Rachel melingkarkan lengannya di leher Yovan dan berjinjit untuk menciumnya."Jangan. Kalau nanti dilihat sama Kiana...""Dia sudah tidur. Mana mungkin bisa lihat.""Sudah larut.""Sayang, aku tahu kamu menci

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 48

    Kembali ke kediaman Sumargo? Itu hal yang mustahil.Lantaran menyetujui pernikahan Keluarga Januar, dia tentu harus pindah dari kediaman Sumargo. Dia tidak akan memberi kesempatan lagi pada Yovan untuk menyentuhnya.Kiana kembali ke rumah Rachel lagi. Kali ini, Yovan yang mengantar mereka kembali.Karena Kiana bilang ingin makan udang karang dari Gang Muri, Yovan segera berkendara ke sana selama satu jam untuk membelinya.Kiana sengaja bertanya pada Rachel, "Rachel, kamu mau makan?" Rachel langsung memasang ekspresi tidak setuju. "Yovan sudah capek seharian. Kamu masih ingin dia pergi jauh-jauh hanya untuk membelikanmu udang karang. Kamu sungguh nggak peduli dengan kesehatannya.""Betul juga." Kiana berbalik dan bertanya pada Yovan, "Jadi, kamu kecapekan?"Yovan menatapnya dengan penuh kasih dan berkata, "Asalkan kamu mau, aku bisa petikkan semua bintang di langit untukmu.""Aku mau.""Kamu nggak takut kalau aku naik ke sana, aku nggak bisa turun lagi?""Kalau begitu, aku bisa melihat

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 47

    Rachel ingin membongkar kebenaran, tetapi Kiana tidak mengizinkannya!Lantaran permainan telah dimulai, jangan harap ada yang bisa menghentikannya sebelum dia puas bersenang-senang!Apa lagi yang bisa dikatakan Rachel? Dia hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam, seperti orang yang berdosa."Hais. Anggap saja ini salah Rachel. Lagian, dialah yang menyebabkan masalah ini." Kiana menatap ayahnya Yovan. "Apa yang bisa aku bantu?"Ayahnya Yovan menghela napas lega, tetapi saat memikirkan apa yang dia inginkan dari Kiana, dia ragu apa Kiana sungguh mampu melakukannya.Namun, yang bisa mereka lakukan sekarang hanyalah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan situasi."Grup Januar menolak untuk berkomunikasi dengan kita sekarang. Baik kami menelepon ataupun Yovan yang langsung berkunjung sendiri, semuanya nggak berguna.""Jadi, kamu ingin aku menghubungi Pak James?""Karena kamu pernah berhubungan dengan Grup Januar sebelumnya, aku rasa kamu pasti punya beberapa koneksi dengan Pak Jame

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 46

    "Dalam perjalanan pulang, Yovan seharusnya sudah memberitahumu tentang proyek Grup Januar…""Maksudmu, celana dalam merah itu?"Ayahnya Yovan melotot. "Celana dalam merah apa? Maksudku...""Dia sudah tahu mau bagaimana menjelaskannya?"Karena pembicaraannya terpotong dua kali, ayahnya Yovan mendengus berat. Melihat Kiana tidak mau menyerah, ayahnya Yovan juga paham. Jika dia ingin minta bantuan Kiana hari ini, mereka harus memberi penjelasan tentang celana dalam merah itu.Namun, memikirkan celana dalam merah itu dan membayangkannya dilempar ke dalam sup ayam, pria itu merasa mual. Lalu, memikirkan bahwa itu milik Rachel, dia bertambah jijik.Menyadari ayahnya Yovan merasa jijik, Rachel mengepalkan tangannya erat-erat."Kiana, sekarang bukan waktunya membicarakan hal ini. Ada masalah besar terjadi di perusahaan...""Jadi, kapan baru dibicarakan?""Kiana, kalau kamu terus begini, kamu sudah keterlaluan!"Kamu yang selingkuh. Sekarang kamu bilang aku keterlaluan?""Aku… aku nggak selingk

  • Dulu Kau Permainkan Aku, Kini Aku Istri Sultan   Bab 45

    Kiana paling tahu dengan kemampuan yang dimiliki Rachel."Sebarkan beritanya dan tunggu perusahaan lain saja."Sebelum Kiana meninggalkan perusahaan, orang-orang dari Thevas mulai menghubungi James satu per satu, tetapi James tidak menjawab satu pun. Saat Kiana sampai di garasi bawah tanah dan masuk ke mobilnya, mobil Yovan kebetulan parkir di seberang mobilnya.Yovan keluar dari kursi pengemudi dan Rachel keluar dari kursi penumpang. Yang satunya memasang ekspresi mendesak di wajahnya dan yang satunya lagi kelihatan panik."Ayah memberikan proyek sepenting ini padamu karena dia percaya padamu, tapi kamu malah mengacaukannya!" Yovan tidak kuasa menahan emosinya dan langsung membentak Rachel.Mata Rachel langsung memerah. "Aku sangat yakin dengan desainku. Aku nggak tahu kenapa mereka nggak puas. Mungkin mereka hanya ingin mempersulit kita?""Mereka sudah mau mengganti perusahaan desain. Apa kamu merasa mereka hanya mau mempersulit kita?"Saat mendengar itu, Rachel mundur dan tidak bera

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status