"Lo putus sama Shafa?" Reno mengangguk semuanya dia ceritakan pada Acha setelah pulang bekerja beberapa saat yang lalu.
"Keren, ini rekor terlama lo pacaran." Acha bertepuk tangan salut pada Reno, mulutnya mengunyah buah mangga yang telah dipotong oleh Reno.Acha duduk bersila berhadapan dengan Reno, dagunya ia tompangkan ditangan menatap wajah Reno dengan lekat lalu geleng-geleng."Tapi wajar juga Shafa putusin lo, muka lo dibawah rata-rata soalnya.""Enak banget tuh mulut kalo ngomong."Reno menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya. "Dulu gue bintang kampus, jangan salah." Bangganya.Acha berdecih. "Bintang laut lo." Ledeknya."Serius.""Gak percaya, mana buktinya."Memang harus dikasih paham. Reno memberikan handphone nya pada Acha membiarkan cewek itu melihat isi nya sendiri.Acha cukup terkejut melihat arsipan nomor-nomor tidak dikenal yang berusaha mengajak kenalan Reno, hanya ada dua pesan yang tidak di arsip kontak miliknya dan juga Shafa."Cukup bisa dipercaya." Acha memberikan kembali handphone nya pada Reno."Kalo gue mau gue tinggal pilih." Ucap Reno dengan sombongnya menyuapkan potongan mangga ke mulutnya.Acha berdecih. Reno memang banyak yang mengejar tapi anehnya cowok itu tidak pernah mau merespon sampai kadang Acha berpikir jika Reno adalah gay.Acha tidak pernah menganggap Reno sebagai cowok itu lah mengapa dirinya tidak pernah merasa risih pada Reno. Seperti sekarang ini contohnya, Acha hanya menggunakan celana pendek sebatas paha dan juga tangtop hitam yang memperlihatkan leher jenjangnya mereka berdua sama-sama duduk dikasur sambil memakan mangga."Tapi menurut lo."Reno menaikan alisnya menunggu ucapan Acha berikutnya."Gue cantik gak?." Tanya Acha sambil memperagakan badannya berpose seperti model-model.Reno hampir tersedak dengan potongan mangga yang dimakannya, kenapa pertanyaan itu tiba-tiba Acha tanyakan kepadanya dan kenapa pula Acha harus berpose seperti itu bikin Reno kaget saja."Gimana, gue cantik gak?." Acha mengedipkan sebelah matanya.Reno membuang pandangannya ada apa dengan dirinya kenapa dirinya tidak sanggup melihat Acha yang seperti itu."Cantik." Jawab Reno tanpa berani melihat Acha."Masa sih, boong lu ya?.""Terserah percaya atau ngga." Reno turun dari kasur membawa piring yang sudah kosong berlalu pergi dari kamar Acha.Acha menatap pantulan dirinya di kaca. "Iya sih, cantik." Puji nya pada diri sendiri.*****"Reno.""Shafa." Kehadiran Shafa membuat Reno terkejut entah kenapa bisa se kebetulan ini."Lo sendiri?" Tanya Reno, Shafa mengangguk wajah cewek itu terlihat murung dengan mata yang sembah seperti habis menangis."Aku mau minta maaf.""Gapapa gue ngerti."Shafa menggigit bibir bawahnya dengan ragu tangannya menyentuh tangan Reno lalu digenggamnya. "Ren, tentang ucapan aku waktu itu.""Yang lalu biar berlalu aja Shaf." Reno melepaskan genggaman tangan Shafa dengan tersenyum agar tidak tersinggung."Aku gak bener-bener mau putus, aku cuman emosi sesaat aja Ren.""Aku aku cemburu aku marah liat kamu yang terlalu peduli sama Acha dibanding aku."Reno masih diam membiarkan Shafa mengeluarkan semua unek-uneknya."Ayo perbaiki lagi, aku masih sayang sama kamu gak gampang buat aku ngelepasin kamu."Reno menghela nafas berat. "Shaf, dengerin gue baik-baik. Gue memperlakukan seseorang sesuai dengan batasannya sendiri, Acha sahabat gue gue memperlakukan dia sewajarnya seorang sahabat gak lebih.""Kamu gak sadar Ren, cara kamu memperlakukan Acha itu udah lebih dari seorang sahabat." Bantah Shafa."Dari awal aku pacaran sama kamu aku selalu berusaha untuk ngertiin hubungan kalian, kamu selalu bilang dia cuman sahabat tapi perlakuan kamu ke dia itu gak bisa bohong. Orang pertama yang selalu kamu cari itu Acha, aku cuman jadi opsi kedua kamu.""Dia yang selalu rebut perhatian kamu dari aku. Bahkan kalo kita jalan yang kamu gandeng itu Acha bukan aku.""Kadang aku mikir kalo Acha tuh sebenernya cuman benalu dihubungan kita."Reno mengepalkan tangannya. "Cukup Shaf, lo berlebihan." Ujar Reno kesal."Kenapa, kamu gak terima aku sebut dia benalu? Itu emang kenyataannya Ren. Demi gak bisa apa-apa kalo tanpa kamu.""Gue bilang cukup, Shafa!." Reno meninggikan nada bicaranya.Mata Shafa sudah berkaca-kaca untuk pertama kali nya Reno berbicara dengan nada tinggi kepadanya hanya karna tidak terima dirinya sebut Acha benalu, hati nya sakit sekali.Acha yang baru selesai dari toilet memperhatikan kedua orang itu, Acha menyimak semua omongan mereka dirinya tetap diam tanpa mengganggu karna memang tidak ada hak."Liat Ren, kamu bentak aku demi bela Acha." Lirih Shafa terisak."Bukan karna Acha, tapi karna lo yang berlebihan." Reno membenarkan."Hubungan kita udah berakhir dan itu lo sendiri yang mau. Jadi gue harap mulai saat ini lo jangan ganggu gue lagi.""Reno." Shafa menahan tangan Reno yang hendak pergi."Aku gak mau kita putus." Shafa menangis terisak beberapa pengunjung mall yang lewat melihat kearah mereka."Jangan mempermalukan diri sendiri, Shaf.""Kasih aku kesempatan buat sama kamu lagi, Ren." Mohon Shafa menggenggam tangan Reno dengan erat."Gue gak mau sama orang yang gak bisa ngehargain hubungan gue dan Acha. Dari awal udah gue ingetin, lo tetep ngeyel dan sekarang setelah berjalan lama lo malah mempermasalahkan hal ini." Reno melepaskan tangan Shafa dari tangannya lalu berbalik hendak pergi tapi pandangannya terfokus pada Acha yang berdiri memandang kearah nya.Acha mengedipkan matanya. "Gue tunggu disana." Ucapnya lalu berlalu pergi."Reno, aku mohon.""Sorry Shaf." Reno segera mengejar Acha meninggal Shafa yang menangisinya."Lo tega, Ren."*****Keheningan terjadi di dalam mobil, setelah kejadian di mall tadi Acha tidak banyak bicara pada Reno. Acha tetap bersikap biasa saja seolah tidak mendengar apapun."Gue kasian sama Shafa."Reno menoleh pada Acha yang tiba-tiba bersuara, pandangan Reno kembali menatap kedepan fokus kejalanan. "Kasian kenapa?." Tanya Reno.Acha menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. "Ya kasian aja, punya mantan model an kaya lo." Reno tertawa kecil."Emang kenapa kalo punya mantan model an gue?""Bikin sakit hati." Reno semakin tertawa."Gue gak mungkin bikin sakit hati kalo dia nya gak bikin perkara.""Lo mikirin apa?" Tanya Reno melihat Acha yang hanya diam memandang keluar kaca mobil."Gue."Reno melihat Acha dengan alis berkerut namun Acha justru menatapnya dengan tersenyum."Gue mau belajar mandiri, gue capek kaya gini terus, gue...." Ucapan Acha berhenti mata nya kembali menatap keluar. "Gue gak mau jadi benalu buat lo." Lirihnya.Reno menepikan mobilnya berhenti. Acha pasti mendengar semua pembicaraan nya dengan Shafa, ucapan Shafa pasti membekas dihati Acha."Jangan dengerin omongan orang lain, cukup dengerin kata gue dan orang yang berpengaruh di hidup lo."Acha tersenyum manis. "Gue gak dengerin." Reno ikut tersenyum."Cuman kedengaran aja."To be continudePagi-pagi enaknya mancing kalo lagi libur, Reno berlari menyeberangi jalan menuju rumah Acha untuk mengajaknya memancing.Reno sebenarnya sudah janjian dengan Bara dan dristan, mengajak Acha hanya menjadi syarat saja sebagai simbol keberuntungan agar mendapatkan banyak ikan."Acha, mancing yuk." Teriak Reno."Mau mancing kemana kamu?." Tanya Bagas muncul dari balik pintu."Ke depan aja yang deket om, Acha udah bangun belum?.""Kaya nya udah. Tadi om denger suara air dikamar mandi. Coba kamu liat aja ke kamarnya."Kamar Acha tidak pernah dikunci membuat Reno dengan gampang keluar masuk kamar sahabatnya itu. Pemandangan pertama yang Reno liat saat masuk ke kamar Acha adalah komik-komik yang berserakan diatas kasur. "Lo suka baca komik sekarang?"Acha menurunkan kecamata dari pangkal hidupnya menatap Reno yang berdiri berdecak pinggang menatapnya juga."Kata lo nonton drakor gak berpaedah dan bikin rusak otak, yaudah gue banting stir ke baca komik."Reno geleng-geleng, panasaran dengan
Fara menatap wajah lesuh Reno dengan aneh. Tumben sekali wajah putra nya lesuh tidak bersemangat begitu, apa sedang berkonflik dengan Acha?"Ada apa, Ren, kok tumben lesuh begitu?" Tanya Fara mengikuti Reno ke kamar."Gapapa, lagi capek aja.""Sama Acha?.""Kerjaan.""Mau mamah buatin teh anget?.""Gak usah.""Mau makan aja? Mamah ambilin ya."Reno mengeleng menolak. "Nanti aku ambil sendiri kalo mau." Reno bukan Acha yang apa-apa harus diambilkan."Mamah siapin air anget aja ya buat kamu mandi.""Mah aku capek, mau istirahat." Ucap Reno menegaskan nada bicaranya berharap mamah nya bisa mengerti.Fara mengangguk mengerti. "Yaudah kamu istirahat, mamah tutup pintu nya ya." "Makasih."Reno langsung merebahan diri di kasur mengistirahatkan punggungnya yang sudah sangat pegal setelah seharian bekerja.Beberapa hari ini Reno cukup sibuk membuat waktu istirahatnya berkurang, hari ini Reno bisa pulang lebih awal lebih baik dirinya gunakan untuk beristirahat.Baru lima menit Reno memejamkan
Reno melamun menatap hamparan air pantai di hadapannya yang terhampar luas begitu indah di sore hari.Pantai menjadi salah satu tempat favorit bagi Reno saat banyak beban pikiran yang menghajarnya habis-habisan seperti sekarang ini.Hidup lagi berat-beratnya masalah keluarga malah datang di waktu yang tidak tepat.Perdebatan orang tua nya selalu menghantui otak Reno, keluarga Reno sangat berkecukupan bahkan bisa dibilang lebih dari cukup tapi dibalik kelebihan itu ada kekurangan yang dimana hubungan antara mamah dan papah nya tidak pernah akur dan harmonis seperti pasangan suami istri lainnya.Meskipun sudah menikah puluhan tahun tapi orang tua nya masih saja hobi bertengkar.Seperti siang tadi contohnya Papah Reno yang baru saja pulang dari Surabaya kumat dengan penyakitan nya, membawa wanita simpanan dengan tidak tau malu kerumah mereka untuk kesekian kalinya.Fara tentu saja marah dan mengamuk melihat kelakuan suami nya yang tidak pernah berubah walau dirinya selalu mengancam akan
"Makasih ya sayang udah mau nemenin tante ke pengadilan." Fara menggenggam tangan Acha diatas pangkuannya, mereka sedang duduk diruang keluarga sambil menonton drama di tv setelah beberapa saat yang lalu pulang dari pengadilan agama."Sama-sama." Acha balas tersenyum manis. Fara adalah wanita kuat seperti almarhum mamah nya, dititik terendahnya seperti ini saja Fara tidak mengeluarkan air mata sama sekali."Besok temenin tante belanja, bisa kan?""Kalo pusing kaya gini bawaannya pengen shopping ngabisin uang." "Bisa tante, nanti kabarin aja jam berapa nya."Fara mencubit gemas pipi Acha. "Kamu emang paling bisa ngertiin tante. Jadi gak sabar buat jadian mantu." Ucapnya.Acha tidak memikirkan ucapan Fara, mata nya melihat jam sebentar lalu berpamitan pada Fara untuk pulang."Kamu gak nunggu Reno pulang dulu?.""Aku ngantuk tante.""Tiduran di kamar Reno aja loh."Sebenarnya tawaran Fara boleh juga tapi Acha tetap memilih untuk pulang. "Aku pulang aja tante." Acha mencium punggung tang
Bagas menangis haru setelah mendengar ucapan putri nya yang selalu dirinya tunggu-tunggu, dipeluknya erat badan Acha sambil mengucapkan alhamdulillah."Ini bukan papah yang salah denger kan?." Bagas berusaha memastikan sekali lagi.Acha menghela nafas pendek. "Aku serius mau kuliah, dipikir-pikir bete juga dirumah terus." Ucap Acha menyebutkan alasannya."Berarti kamu beneran mau kuliah ini.""Iya, papah." Acha mulai jengkel."Alhamdulillah." "Reno harus tau kabar gembira ini." "Reno udah tau tadi aku udah bilang dia, mungkin bentar lag—." Ucapan Acha berhenti."ALHAMDULILLAH YAALLAH AKHIRNYA SAHABAT SAYA MAU KULIAH UNTUK MASA DEPANNYA." Reno teriak dari pintu sambil mengangkat kedua tangannya bersyukur.Seperti dugaan Acha cowok itu pasti langsung datang kerumah nya setelah dirinya telpon.Badan kecil Acha diangkat hingga kaki nya tidak menyentuh lantai oleh Reno. "Bego turunin." Kesal Acha meronta-ronta."Gue seneng banget akhirnya lo mau dengerin omongan gue." Ucap Reno setelah m
Setelah memutuskan untuk membiarkan Shafa ikut bergabung bersama mereka, Fara dibuat tidak tenang dan nyaman berbanding terbalik dengan Acha yang begitu santai dan tidak peduli.Padahal yang harusnya seperti itu Acha bukan Fara, jelas-jelas Shafa sedang berusaha mendekati Fara untuk mengambil perhatiannya."Tante suka koleksi jam tangan ya?.""Buat gaya-gaya aja sih ngabisin uang." Jawab Fara seperti biasa dengan senyuman palsunya.Ngobrol dengan Fara Shafa selalu dibuat mati kutu untuk menlanjutkan topik obrolannya tapi Shafa tidak menyerah begitu saja, demi Reno Shafa akan terus berusaha memenangkan hati Fara."Oh iya, Cha, tumben banget lo belanja di Sephora beli make up?." Tanya Shafa tidak sengaja melihat salah satu paper bag dari Sephora milik Acha."Biasanya kan lo paling gak peduli tentang penampilan, lo kan cewek natural." Acha menatap Shafa untuk beberapa detik lalu tersenyum membuka paper bag itu menujukan isi nya tanpa ragu pada Shafa. "Iya, cewek natural juga tetap butuh
Momentum yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, setelah mendaftarkan diri sebagai maba di periode ke 2 hari ini Acha resmi menjadi maba di salah satu Universitas Jakarta.Diantarkan oleh Reno dan juga papah nya untuk pertama kali menjadi seorang maba sebenarnya cukup memalukan untuk Acha."Udah kalian balik sana."Bagas menyeka ujung matanya yang berair. "Papah terharu liat kamu bisa dititik ini, papah bangga dan mamah kamu pun disana pasti bangga, papah yakin." Ucap Bagas memeluk Acha mencium keningnya bangga."Pah.""Kamu harus sungguh-sungguh ya buktikan keseriusan kamu."Acha menghela nafas pelan. "Ren anterin papah pulang." Suruh Acha, melihat papah nya seperti itu hanya membuat Acha menjadi tidak tega."Baik ndoro.... Lo jaga diri baik-baik."Padahal dirinya hanya pergi ke kampus yang jaraknya pun hanya ditempuh sekitar satu jam an saja tapi kenapa mereka berlagak seperti Acha pergi keluar negeri.Setelah mobil Reno pergi dari sana Acha menghirup udara sebanyak mungkin lalu membua
Seminggu sudah Acha menjadi mahasiswa, walaupun sedikit berat tapi Acha tetap berusaha menjalani nya dengan tenang dan santai.Setiap hari Acha diantar jemput oleh Reno, cowok itu selalu meluangkan waktunya untuk menjemput Acha walau sesibuk apapun. Padahal Acha bisa naik grabcar atau gojek untuk sekedar pulang saja tapi Reno tidak membiarkannya selagi dirinya masih sanggup.Kegiatan Acha selama di kampus hanya datang, belajar, istirahat lalu pulang begitu terus setiap harinya. Di kampus Acha tidak mengikuti kegiatan apapun dirinya benar-benar hanya menjadi mahasiswa Kupu-Kupu seperti ucapannya.Seperti hari ini setelah kelas pertamanya selesai Acha hanya berdiam diri di dalam kelas meletakan kepalanya pada tumpuan tangan sambil melamun mendengarkan musik lewat AirPods nya."Acha, gue panggil-panggil juga." Siska tiba-tiba datang menggebrak kursi sambil berteriak membuat Acha tersadar dari lamunannya.Acha melepas AirPods nya menatap Siska dengan tatapan bertanya."Ada yang nyariin l