"Aku deg-deg an."
"Santai aja."Shafa berusaha menenangkan diri, malam ini Reno mengajaknya kerumah untuk makan malam sekalian syukuran ulang tahun Fara.Acaranya tidak terlalu banyak orang karna hanya teman dan tetangga dekat saja yang datang diundang.Fara yang melihat putra nya datang dengan Shafa berusaha untuk tetap tersenyum menyambut kedatangan mereka.Shafa mencium tangan Fara menyapanya dengan sopan. "Hallo tante, apa kabar?.""Alhamdulillah baik. Tante kira kamu udah ngga sama Reno." Ucap Fara dengan tawa renyah nya membuat Shafa tersenyum paksa."Oh iya, ini tante aku ada beli sesuatu buat tante semoga suka.""Repot-repot makasih ya." Fara tetap menghargai pemberian Shafa."Sama-sama tante."Canggung.Shafa mengeratkan rangkulan nya pada tangan Reno. Reno dengan peka langsung mengajak Shafa untuk menghindar dari mamahnya. "Mah, aku kesana ya sama Shafa.""Iya sana, kasih coba kue buatan mamah. Ini mamah lagi nunggu Acha kok gak dateng-dateng ya sama papahnya." Ucap Fara.Benar juga, Reno belum melihat Acha.Rangkulan tangan Shafa terlepas saat Reno kembali membalikkan badannya. "Biar aku panggil kerumah nya.""Iya iya coba kamu panggil dulu." Setuju Fara."Shaf, gue kerumah Acha dulu sebentar lo makan aja, coba kue buatan mamah lo pasti suka." Ucap Reno pada Shafa yang termenung.Reno meninggalkannya begitu saja, walaupun hanya sebentar tapi harusnya Reno tau kecanggungan antara dirinya dan Fara.Fara melihat Shafa yang hanya diam. "Dari tadi tante tungguin Acha dia ngga dateng-dateng malah duluan kamu sama Reno." Ujar Fara."Gitu ya tante, mungkin masih siap-siap."Fara menggeleng tidak setuju. "Acha gak mungkin lama siap-siap nya, dia gak mau ribet orangnya."Shafa hanya tersenyum menanggapi ucapan Fara karna bingung harus bereaksi seperti apa. Fara terus saja membahas Acha padahal disini Shafa adalah pacarnya Reno sekaligus calon menantunya kelak.Apa Fara tidak memikirkan perasaan Shafa? Atau memang sengaja?"Tante.""Alolo anak gadis tante akhirnya dateng." Riang Fara langsung menghampiri Acha yang datang bersama Reno dan Bagas.Lagi dan lagi Shafa dibiarkan sendirian seperti orang asing."Selamat ulang tahun ya tante. Maaf ya aku cuman ngasih ini.""Aduh, makasih ya sayang." Fara mencium pipi kanan dan kiri Acha, beda sekali perlakuannya kepada Shafa tadi."Kalian tuh kenapa lama banget, padahal tinggal nyebrang aja loh." Protes Fara."Papah cari celana lama banget, kaya gak punya celana lain aja."Bagas tertawa. "Papah kan hanya memantaskan saja.""Kamu tuh udah tua gak perlu merhatiin penampilan.""Tua-tua gini penampilan penting loh, siapa tau ada janda." Gurau Bagas."Kamu ini." Fara ikut tertawa.Shafa yang melihat orang-orang itu berusaha menguatkan hati nya. "Reno." Panggilan Shafa membuat Reno tersadar jika ada pacarnya disana pandangan yang lain pun ikut menoleh pada Shafa."Aku mau pulang aja.""Kenapa, acaranya belum mulai lo juga belum makan apapun."Fara pura-pura tidak mendengar saja, ia mengajak Acha untuk duduk dan menawarkan makanan buatannya."Liat, tadi tante beli buah apel seger-seger banget kamu cobain deh."Acha mengambil satu buah apel lalu mengupasnya dengan pisau kecil."Itu pacarnya Reno?" Bagas berbisik dengan Fara."Iya.""Tapi aku kurang suka." Bisik Fara pelan.Acha menatap Bagas dan Fara yang sedang berbisik, pandangannya ikut memperhatikan Reno dan Shafa. Terlalu fokus memperhatikan kedua orang itu Acha tanpa sadar melukai tangannya dengan pisau yang digunakannya mengupas kulit apel."Auchhhhh." Darah segar keluar dari ujung jari Acha.Perhatian semua orang mendadak teralihkan pada Acha yang meringis kesakitan.Reno yang awalnya membujuk Shafa agar tidak pulang dulu langsung menghampiri Acha dengan khawatir. "Lo kenapa gak hati-hati sih." Ucapnya melihat jari sahabatnya yang mengeluarkan darah."Gak sengaja." Reno berdecak, jari tangan Acha yang terluka Reno hisap tanpa rasa jijik. Semua yang Reno lakukan terjadi secara spontan, Reno tidak memikirkan bagaimana orang lain melihatnya.Shafa keluar dari rumah itu disaat orang lain memperhatikan Acha, dia tidak ada harga dirinya disana. Tangisannya pecah, Shafa sudah tidak bisa lagi bertahan dihubungan toxic nya lebih baik dirinya putus saja dengan Reno.*****Bara menatap Reno tidak percaya bisa-bisa nya cowok itu sangat santai setelah diputuskan lewat telpon oleh Shafa.Shafa benar-benar mengakhiri hubungan mereka, Reno tidak berkomentar apa-apa dia menghargai keputusan Shafa jika Shafa mengajaknya putus ya sudah Reno bisa apa."Lo gak ada rasa sedih atau nyesel?" Tanya Bara, Reno mengangkat bahu nya tidak tau."Gokil sih lo. Pacaran satu tahun berasa pacaran satu minggu.""Tapi yang pacaran satu minggu aja klo diputusin udah bilang aku gak bisa hidup tanpa kamu." Lanjut Bara."Apa yang harus gue sedih in, dia minta putus masa iya harus gue tahan-tahan. Inget cinta itu gak dipaksakan.""Tau apa lo tentang cinta?." Geram Bara pada Reno."Udahlah gue males ribet, kalo emang dia serius sama gue pasti dia gak bakalan minta putus.""Gimana Shafa gak minta putus kalo perhatian lo aja hampir semuanya buat Acha, SAHABAT lo." Bara menekankan kata sahabat untuk menyinggung Reno."Gak ada hubungannya sama Acha. Shafa minta putus karna kemauannya sendiri tadi lo juga dengarkan alasan dia minta putus.""Terserah lo deh." Bara cape berbicara pada orang yang tidak pernah mau sadar.Disaat Bara dan Reno sedang cekcok mempermasalahkan Reno yang putus dengan Shafa, Acha dirumahnya sedang asik tertawa membaca komik yang baru dibelinya lewat aplikasi oren.Bagas berdiri diambang pintu kamar Acha memperhatikan putrinya yang tertawa sendiri. "Makan dulu." Tegur Bagas memberikan sepiring nasi dan juga ayam goreng pada Acha.Raut wajah Acha yang tadinya riang dalam sekejap berubah kembali ke setelan pabrik. "Kecap?." Bagas lupa, Acha memang tidak bisa makan tanpa kecap."Gak usah deh."Bagas mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa gak usah, kamu gak mau makan?." Tanya Bagas menatap putri nya yang hanya memandang piring makanannya."Makan gini aja."Tumben sekali."Kasihan papah capek bulak-balik." Bagas terhenyak mendengar penuturan Acha.Mata Bagas berkaca-kaca terharu. Reno harus tau tentang ini, Bagas mengeluarkan handphone dari kantong celananya lalu menelpon Reno."Reno.""Acha udah bisa kasihan sama om, Ren.""Alhamdulillah."Papahnya benar-benar lebay, Acha mengunyah makanannya sambil memperhatikan papahnya yang sibuk telponan dengan Reno membicarakan tentang dirinya.Acha jadi kebayang bagaimana heboh nya Bagas jika Acha bisa melakukan sesuatu sendiri tanpa merepotkannnya, tapi sayang itu hanya bayangan saja karna Acha belum ada kepikiran untuk melakukannya sama sekali.Ribet.To be continude"Lo putus sama Shafa?" Reno mengangguk semuanya dia ceritakan pada Acha setelah pulang bekerja beberapa saat yang lalu."Keren, ini rekor terlama lo pacaran." Acha bertepuk tangan salut pada Reno, mulutnya mengunyah buah mangga yang telah dipotong oleh Reno.Acha duduk bersila berhadapan dengan Reno, dagunya ia tompangkan ditangan menatap wajah Reno dengan lekat lalu geleng-geleng."Tapi wajar juga Shafa putusin lo, muka lo dibawah rata-rata soalnya.""Enak banget tuh mulut kalo ngomong."Reno menyisir rambutnya kebelakang menggunakan tangannya. "Dulu gue bintang kampus, jangan salah." Bangganya.Acha berdecih. "Bintang laut lo." Ledeknya."Serius.""Gak percaya, mana buktinya."Memang harus dikasih paham. Reno memberikan handphone nya pada Acha membiarkan cewek itu melihat isi nya sendiri.Acha cukup terkejut melihat arsipan nomor-nomor tidak dikenal yang berusaha mengajak kenalan Reno, hanya ada dua pesan yang tidak di arsip kontak miliknya dan juga Shafa."Cukup bisa dipercaya." Ac
Pagi-pagi enaknya mancing kalo lagi libur, Reno berlari menyeberangi jalan menuju rumah Acha untuk mengajaknya memancing.Reno sebenarnya sudah janjian dengan Bara dan dristan, mengajak Acha hanya menjadi syarat saja sebagai simbol keberuntungan agar mendapatkan banyak ikan."Acha, mancing yuk." Teriak Reno."Mau mancing kemana kamu?." Tanya Bagas muncul dari balik pintu."Ke depan aja yang deket om, Acha udah bangun belum?.""Kaya nya udah. Tadi om denger suara air dikamar mandi. Coba kamu liat aja ke kamarnya."Kamar Acha tidak pernah dikunci membuat Reno dengan gampang keluar masuk kamar sahabatnya itu. Pemandangan pertama yang Reno liat saat masuk ke kamar Acha adalah komik-komik yang berserakan diatas kasur. "Lo suka baca komik sekarang?"Acha menurunkan kecamata dari pangkal hidupnya menatap Reno yang berdiri berdecak pinggang menatapnya juga."Kata lo nonton drakor gak berpaedah dan bikin rusak otak, yaudah gue banting stir ke baca komik."Reno geleng-geleng, panasaran dengan
Fara menatap wajah lesuh Reno dengan aneh. Tumben sekali wajah putra nya lesuh tidak bersemangat begitu, apa sedang berkonflik dengan Acha?"Ada apa, Ren, kok tumben lesuh begitu?" Tanya Fara mengikuti Reno ke kamar."Gapapa, lagi capek aja.""Sama Acha?.""Kerjaan.""Mau mamah buatin teh anget?.""Gak usah.""Mau makan aja? Mamah ambilin ya."Reno mengeleng menolak. "Nanti aku ambil sendiri kalo mau." Reno bukan Acha yang apa-apa harus diambilkan."Mamah siapin air anget aja ya buat kamu mandi.""Mah aku capek, mau istirahat." Ucap Reno menegaskan nada bicaranya berharap mamah nya bisa mengerti.Fara mengangguk mengerti. "Yaudah kamu istirahat, mamah tutup pintu nya ya." "Makasih."Reno langsung merebahan diri di kasur mengistirahatkan punggungnya yang sudah sangat pegal setelah seharian bekerja.Beberapa hari ini Reno cukup sibuk membuat waktu istirahatnya berkurang, hari ini Reno bisa pulang lebih awal lebih baik dirinya gunakan untuk beristirahat.Baru lima menit Reno memejamkan
Reno melamun menatap hamparan air pantai di hadapannya yang terhampar luas begitu indah di sore hari.Pantai menjadi salah satu tempat favorit bagi Reno saat banyak beban pikiran yang menghajarnya habis-habisan seperti sekarang ini.Hidup lagi berat-beratnya masalah keluarga malah datang di waktu yang tidak tepat.Perdebatan orang tua nya selalu menghantui otak Reno, keluarga Reno sangat berkecukupan bahkan bisa dibilang lebih dari cukup tapi dibalik kelebihan itu ada kekurangan yang dimana hubungan antara mamah dan papah nya tidak pernah akur dan harmonis seperti pasangan suami istri lainnya.Meskipun sudah menikah puluhan tahun tapi orang tua nya masih saja hobi bertengkar.Seperti siang tadi contohnya Papah Reno yang baru saja pulang dari Surabaya kumat dengan penyakitan nya, membawa wanita simpanan dengan tidak tau malu kerumah mereka untuk kesekian kalinya.Fara tentu saja marah dan mengamuk melihat kelakuan suami nya yang tidak pernah berubah walau dirinya selalu mengancam akan
"Makasih ya sayang udah mau nemenin tante ke pengadilan." Fara menggenggam tangan Acha diatas pangkuannya, mereka sedang duduk diruang keluarga sambil menonton drama di tv setelah beberapa saat yang lalu pulang dari pengadilan agama."Sama-sama." Acha balas tersenyum manis. Fara adalah wanita kuat seperti almarhum mamah nya, dititik terendahnya seperti ini saja Fara tidak mengeluarkan air mata sama sekali."Besok temenin tante belanja, bisa kan?""Kalo pusing kaya gini bawaannya pengen shopping ngabisin uang." "Bisa tante, nanti kabarin aja jam berapa nya."Fara mencubit gemas pipi Acha. "Kamu emang paling bisa ngertiin tante. Jadi gak sabar buat jadian mantu." Ucapnya.Acha tidak memikirkan ucapan Fara, mata nya melihat jam sebentar lalu berpamitan pada Fara untuk pulang."Kamu gak nunggu Reno pulang dulu?.""Aku ngantuk tante.""Tiduran di kamar Reno aja loh."Sebenarnya tawaran Fara boleh juga tapi Acha tetap memilih untuk pulang. "Aku pulang aja tante." Acha mencium punggung tang
Bagas menangis haru setelah mendengar ucapan putri nya yang selalu dirinya tunggu-tunggu, dipeluknya erat badan Acha sambil mengucapkan alhamdulillah."Ini bukan papah yang salah denger kan?." Bagas berusaha memastikan sekali lagi.Acha menghela nafas pendek. "Aku serius mau kuliah, dipikir-pikir bete juga dirumah terus." Ucap Acha menyebutkan alasannya."Berarti kamu beneran mau kuliah ini.""Iya, papah." Acha mulai jengkel."Alhamdulillah." "Reno harus tau kabar gembira ini." "Reno udah tau tadi aku udah bilang dia, mungkin bentar lag—." Ucapan Acha berhenti."ALHAMDULILLAH YAALLAH AKHIRNYA SAHABAT SAYA MAU KULIAH UNTUK MASA DEPANNYA." Reno teriak dari pintu sambil mengangkat kedua tangannya bersyukur.Seperti dugaan Acha cowok itu pasti langsung datang kerumah nya setelah dirinya telpon.Badan kecil Acha diangkat hingga kaki nya tidak menyentuh lantai oleh Reno. "Bego turunin." Kesal Acha meronta-ronta."Gue seneng banget akhirnya lo mau dengerin omongan gue." Ucap Reno setelah m
Setelah memutuskan untuk membiarkan Shafa ikut bergabung bersama mereka, Fara dibuat tidak tenang dan nyaman berbanding terbalik dengan Acha yang begitu santai dan tidak peduli.Padahal yang harusnya seperti itu Acha bukan Fara, jelas-jelas Shafa sedang berusaha mendekati Fara untuk mengambil perhatiannya."Tante suka koleksi jam tangan ya?.""Buat gaya-gaya aja sih ngabisin uang." Jawab Fara seperti biasa dengan senyuman palsunya.Ngobrol dengan Fara Shafa selalu dibuat mati kutu untuk menlanjutkan topik obrolannya tapi Shafa tidak menyerah begitu saja, demi Reno Shafa akan terus berusaha memenangkan hati Fara."Oh iya, Cha, tumben banget lo belanja di Sephora beli make up?." Tanya Shafa tidak sengaja melihat salah satu paper bag dari Sephora milik Acha."Biasanya kan lo paling gak peduli tentang penampilan, lo kan cewek natural." Acha menatap Shafa untuk beberapa detik lalu tersenyum membuka paper bag itu menujukan isi nya tanpa ragu pada Shafa. "Iya, cewek natural juga tetap butuh
Momentum yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, setelah mendaftarkan diri sebagai maba di periode ke 2 hari ini Acha resmi menjadi maba di salah satu Universitas Jakarta.Diantarkan oleh Reno dan juga papah nya untuk pertama kali menjadi seorang maba sebenarnya cukup memalukan untuk Acha."Udah kalian balik sana."Bagas menyeka ujung matanya yang berair. "Papah terharu liat kamu bisa dititik ini, papah bangga dan mamah kamu pun disana pasti bangga, papah yakin." Ucap Bagas memeluk Acha mencium keningnya bangga."Pah.""Kamu harus sungguh-sungguh ya buktikan keseriusan kamu."Acha menghela nafas pelan. "Ren anterin papah pulang." Suruh Acha, melihat papah nya seperti itu hanya membuat Acha menjadi tidak tega."Baik ndoro.... Lo jaga diri baik-baik."Padahal dirinya hanya pergi ke kampus yang jaraknya pun hanya ditempuh sekitar satu jam an saja tapi kenapa mereka berlagak seperti Acha pergi keluar negeri.Setelah mobil Reno pergi dari sana Acha menghirup udara sebanyak mungkin lalu membua