Share

7. Putus

"Aku deg-deg an."

"Santai aja."

Shafa berusaha menenangkan diri, malam ini Reno mengajaknya kerumah untuk makan malam sekalian syukuran ulang tahun Fara.

Acaranya tidak terlalu banyak orang karna hanya teman dan tetangga dekat saja yang datang diundang.

Fara yang melihat putra nya datang dengan Shafa berusaha untuk tetap tersenyum menyambut kedatangan mereka.

Shafa mencium tangan Fara menyapanya dengan sopan. "Hallo tante, apa kabar?."

"Alhamdulillah baik. Tante kira kamu udah ngga sama Reno." Ucap Fara dengan tawa renyah nya membuat Shafa tersenyum paksa.

"Oh iya, ini tante aku ada beli sesuatu buat tante semoga suka."

"Repot-repot makasih ya." Fara tetap menghargai pemberian Shafa.

"Sama-sama tante."

Canggung.

Shafa mengeratkan rangkulan nya pada tangan Reno. Reno dengan peka langsung mengajak Shafa untuk menghindar dari mamahnya. "Mah, aku kesana ya sama Shafa."

"Iya sana, kasih coba kue buatan mamah. Ini mamah lagi nunggu Acha kok gak dateng-dateng ya sama papahnya." Ucap Fara.

Benar juga, Reno belum melihat Acha.

Rangkulan tangan Shafa terlepas saat Reno kembali membalikkan badannya. "Biar aku panggil kerumah nya."

"Iya iya coba kamu panggil dulu." Setuju Fara.

"Shaf, gue kerumah Acha dulu sebentar lo makan aja, coba kue buatan mamah lo pasti suka." Ucap Reno pada Shafa yang termenung.

Reno meninggalkannya begitu saja, walaupun hanya sebentar tapi harusnya Reno tau kecanggungan antara dirinya dan Fara.

Fara melihat Shafa yang hanya diam. "Dari tadi tante tungguin Acha dia ngga dateng-dateng malah duluan kamu sama Reno." Ujar Fara.

"Gitu ya tante, mungkin masih siap-siap."

Fara menggeleng tidak setuju. "Acha gak mungkin lama siap-siap nya, dia gak mau ribet orangnya."

Shafa hanya tersenyum menanggapi ucapan Fara karna bingung harus bereaksi seperti apa. Fara terus saja membahas Acha padahal disini Shafa adalah pacarnya Reno sekaligus calon menantunya kelak.

Apa Fara tidak memikirkan perasaan Shafa? Atau memang sengaja?

"Tante."

"Alolo anak gadis tante akhirnya dateng." Riang Fara langsung menghampiri Acha yang datang bersama Reno dan Bagas.

Lagi dan lagi Shafa dibiarkan sendirian seperti orang asing.

"Selamat ulang tahun ya tante. Maaf ya aku cuman ngasih ini."

"Aduh, makasih ya sayang." Fara mencium pipi kanan dan kiri Acha, beda sekali perlakuannya kepada Shafa tadi.

"Kalian tuh kenapa lama banget, padahal tinggal nyebrang aja loh." Protes Fara.

"Papah cari celana lama banget, kaya gak punya celana lain aja."

Bagas tertawa. "Papah kan hanya memantaskan saja."

"Kamu tuh udah tua gak perlu merhatiin penampilan."

"Tua-tua gini penampilan penting loh, siapa tau ada janda." Gurau Bagas.

"Kamu ini." Fara ikut tertawa.

Shafa yang melihat orang-orang itu berusaha menguatkan hati nya. "Reno." Panggilan Shafa membuat Reno tersadar jika ada pacarnya disana pandangan yang lain pun ikut menoleh pada Shafa.

"Aku mau pulang aja."

"Kenapa, acaranya belum mulai lo juga belum makan apapun."

Fara pura-pura tidak mendengar saja, ia mengajak Acha untuk duduk dan menawarkan makanan buatannya.

"Liat, tadi tante beli buah apel seger-seger banget kamu cobain deh."

Acha mengambil satu buah apel lalu mengupasnya dengan pisau kecil.

"Itu pacarnya Reno?" Bagas berbisik dengan Fara.

"Iya."

"Tapi aku kurang suka." Bisik Fara pelan.

Acha menatap Bagas dan Fara yang sedang berbisik, pandangannya ikut memperhatikan Reno dan Shafa.  Terlalu fokus memperhatikan kedua orang itu Acha tanpa sadar melukai tangannya dengan pisau yang digunakannya mengupas kulit apel.

"Auchhhhh." Darah segar keluar dari ujung jari Acha.

Perhatian semua orang mendadak teralihkan pada Acha yang meringis kesakitan.

Reno yang awalnya membujuk Shafa agar tidak pulang dulu langsung menghampiri Acha dengan khawatir. "Lo kenapa gak hati-hati sih." Ucapnya melihat jari sahabatnya yang mengeluarkan darah.

"Gak sengaja." Reno berdecak, jari tangan Acha yang terluka Reno hisap tanpa rasa jijik. Semua yang Reno lakukan terjadi secara spontan, Reno tidak memikirkan bagaimana orang lain melihatnya.

Shafa keluar dari rumah itu disaat orang lain memperhatikan Acha, dia tidak ada harga dirinya disana. Tangisannya pecah, Shafa sudah tidak bisa lagi bertahan dihubungan toxic nya lebih baik dirinya putus saja dengan Reno.

*****

Bara menatap Reno tidak percaya bisa-bisa nya cowok itu sangat santai setelah diputuskan lewat telpon oleh Shafa.

Shafa benar-benar mengakhiri hubungan mereka, Reno tidak berkomentar apa-apa dia menghargai keputusan Shafa jika Shafa mengajaknya putus ya sudah Reno bisa apa.

"Lo gak ada rasa sedih atau nyesel?" Tanya Bara, Reno mengangkat bahu nya tidak tau.

"Gokil sih lo. Pacaran satu tahun berasa pacaran satu minggu."

"Tapi yang pacaran satu minggu aja klo diputusin udah bilang aku gak bisa hidup tanpa kamu." Lanjut Bara.

"Apa yang harus gue sedih in, dia minta putus masa iya harus gue tahan-tahan. Inget cinta itu gak dipaksakan."

"Tau apa lo tentang cinta?." Geram Bara pada Reno.

"Udahlah gue males ribet, kalo emang dia serius sama gue pasti dia gak bakalan minta putus."

"Gimana Shafa gak minta putus kalo perhatian lo aja hampir semuanya buat Acha, SAHABAT lo." Bara menekankan kata sahabat untuk menyinggung Reno.

"Gak ada hubungannya sama Acha. Shafa minta putus karna kemauannya sendiri tadi lo juga dengarkan alasan dia minta putus."

"Terserah lo deh." Bara cape berbicara pada orang yang tidak pernah mau sadar.

Disaat Bara dan Reno sedang cekcok mempermasalahkan Reno yang putus dengan Shafa, Acha dirumahnya sedang asik tertawa membaca komik yang baru dibelinya lewat aplikasi oren.

Bagas berdiri diambang pintu kamar Acha memperhatikan putrinya yang tertawa sendiri. "Makan dulu." Tegur Bagas memberikan sepiring nasi dan juga ayam goreng pada Acha.

Raut wajah Acha yang tadinya riang dalam sekejap berubah kembali ke setelan pabrik. "Kecap?." Bagas lupa, Acha memang tidak bisa makan tanpa kecap.

"Gak usah deh."

Bagas mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa gak usah, kamu gak mau makan?." Tanya Bagas menatap putri nya yang hanya memandang piring makanannya.

"Makan gini aja."

Tumben sekali.

"Kasihan papah capek bulak-balik." Bagas terhenyak mendengar penuturan Acha.

Mata Bagas berkaca-kaca terharu. Reno harus tau tentang ini, Bagas mengeluarkan handphone dari kantong celananya lalu menelpon Reno.

"Reno."

"Acha udah bisa kasihan sama om, Ren."

"Alhamdulillah."

Papahnya benar-benar lebay, Acha mengunyah makanannya sambil memperhatikan papahnya yang sibuk telponan dengan Reno membicarakan tentang dirinya.

Acha jadi kebayang bagaimana heboh nya Bagas jika Acha bisa melakukan sesuatu sendiri tanpa merepotkannnya, tapi sayang itu hanya bayangan saja karna Acha belum ada kepikiran untuk melakukannya sama sekali.

Ribet.

To be continude

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status