Share

ELEGI WANITA KEDUA
ELEGI WANITA KEDUA
Penulis: Raifiza27

PERNIKAHAN ROMY PRADIPTA

Tatap matanya nanar. Amelia Pratiwi melangkah pelan, saat memasuki gedung pernikahan Romy Pradipta.

Semerbak aroma wangi bunga, langsung melesak. Membuat Amelia terdiam sesaat. Seperti ada sembilu, yang mengiris lubuk hati terdalam. Nyeri dan perih.

Sejenak Amelia hanya berdiri mematung. Menyembunyikan wajah cantiknya, yang muram.

"Amel!"

Sontak tepukan lembut di bahunya, membuat wanita cantik itu menoleh.

"Mbak Yu!"

"Ayok, ngumpul di sana. Sudah ditunggu sama yang lain."

Tanpa memberi jeda sedikit pun. Wanita itu langsung menarik lengan Amelia, untuk mengikuti langkahnya.

"Tadi Dita bareng sama Mas Pomo, Mbak Yu."

"Iya, lagi ngumpul sama anak-anaknya keluarga Bulek Titut."

Amelia tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan badai di dalam hatinya.

Dari kejauhan. Di antara keluarga besar yang berkumpul.

Amelia bisa melihat sosok seorang lelaki tampan. Yang parasnya tak bisa lepas dari jiwanya yang sepi.

Sesaat Amelia memalingkan wajah. Wajah cantiknya memerah. Bagai angin panas tengah menyapu kulitnya yang putih.

"Dek, ayo sini! Kok malah menjauh toh!"

Amelia merasa enggan dan rikuh. Saat tatapan Romy Pradipta,  tak lepas darinya.

"Saya duduk di sini saja, Mbak."

"Ya, sudah. Jangan jauh-jauh, tadi di cari sama Bulek Tituk. Sama keluarga besar Mas Satriyo."

Amelia mengangguk. Sesekali  menelan saliva. Tenggorokannya  terasa kering.

Hari ini, Romy akan melangsungkan akad pernikahan dengan Salsa Munandar. Seorang gadis manis berasal dari kota yang sama dengan Romy Pradipta.

Seluruh keluarga besar mereka berkumpul, termasuk Amelia Pratiwi.  Yang semula enggan untuk menghadiri pesta tersebut, tetapi keluarga memaksa  untuk hadir.

Berbalut busana tunik kebaya berwarna hijau tua, dipadu dengan jarik sidomukti.  Malam itu Amelia terlihat sangat cantik.

Walau berusia hampir tiga puluh delapan tahun, tetap membuat Romy tak pernah bisa berpaling.  

Saat itu, Romy terlihat tampan dan gagah.  Mengenakan busana pengantin jawa berwarna kuning gading.

Tatapan mata Romy, tak pernah beralih dari Amelia.

Melihat gelagat itu, Amelia segera bergegas pergi untuk bersembunyi sesaat. Dia tak ingin kehadirannya malah mengacaukan prosesi akad yang akan berlangsung.

Gerak langkahnya berjalan cepat. Walau cukup kesulitan, dengan jarik yang dikenakan.

Namun, sebuah hentakan cukup keras terasa di lengannya.

“Aaahhh!”

Suara Amelia terdengar cukup kencang. Dia langsung berbalik.

“Ka-kamu!” Suara Amelia terbata, saat melihat sosok Romy sudah berdiri di hadapannya.

Lelaki tampan itu, langsung menarik tangan Amelia paksa. Menuju  sebuah ruangan yang tak ada orang.

Tanpa sadar dia langsung memeluk Amelia erat. Hingga manik matanya bergerak-gerak.  Seakan menahan perasaan sembilu yang kini menyayat hati.

Mungkin tak hanya Romy, tapi juga Amelia.

“Rom! Lepaskan Romy!” Amelia segera mendorong tubuh Romy, cukup keras.

Melihat penolakan Amelia. Semakin membuat Romy tak kuasa menahan marah, bercampur kerinduan.

Dia tak ingin melepas genggaman eratnya di lengan Amelia.

“Aku selalu merindukan kamu, Amel!”

“Please, Romy! Kamu sudah mau menikah. Hubungan kita sudah berakhir.”

Romy bergerak cepat. Menghimpit tubuh Amelia yang masih terperanjat, dengan ulah nekatnya.

Hanya dalam waktu sekian detik.

Amelia bisa merasakan bibirnya yang basah. Sentuhan lembut bibir Romy, sudah menempel pada bibirnya.

Tak hanya sekedar menempel. Romy semakin rakus memagut bibir Amalia.  Hingga gigitan kecil, bersarang di bibir Romy.

Plaaakkk!

Amelia melayangkan tamparan keras di pipi kanan, Romy.

“Jangan pernah melakukan hal itu lagi, Rom!” Tangannya mengusap bibir yang basah. Hingga membuat lipstik Amelia sedikit berantakan.

Mereka berdua bersitatap, cukup lama. Hingga napas mereka saling beradu.

“Aku mencintaimu, Amel.”

Romy seakan tak mengindahkan lagi penolakan Amelia. Dia semakin menarik paksa pinggang wanita cantik itu.

“Kamu tak akan bisa lepas dari aku, Amel!”

“Hentikan, Rom! Plea—“

Bibir Amelia penuh dengan bibir Romy yang memagutnya kembali, dengan paksa. Hingga Amelia tak bisa bernapas.

Tangannya terus memukul tubuh Romy.

“Le-lepas … Rom!”

Romy melepaskan pelukannya. Mengusap lembut bibir Amelia dengan jari tangan.

“Maafkan aku, Mbak! Aku sangat merindukan dirimu,” ucap Romy lirih.

Bagai tersadar. Amelia bergegas pergi meninggalkan Romy, dengan segala kekesalan, amarah, dan cinta.

"Mbaaaak!" teriak Romy.

Namun, Amelia terus melangkah meninggalkan tempat itu.

Tak  menyerah sampai di situ. Romy kembali mencekal lengan Amelia. Dia memeluk dari belakang.

“Mbak, sampai kapan pun, aku akan menikahi kamu!” bisik Romy tepat di telinga wanita cantik itu.

“Ingat Romy! Kau akan menikah, lupakan aku dan semua tentang aku!” ucapnya lirih.

“Katakan sekarang! Jika, Mbak tidak ada rasa cinta ke aku. Katakan Mbak!” bentak Romy, masih mendekap Amelia.

“Cukup! Aku sebaiknya pulang. Jadilah seorang lelaki yang bertanggung jawab pada keluarga kecilmu, seperti Faiz padaku, Rom!”

Dengan sedikit berontak. Akhirnya dia berhasil lepas dari dekapan Romy.

Amelia berlalu meninggalkan gedung pernikahan dengan berlari kecil. Langkahnya tergopoh menuruni beberapa anak tangga.

Air mata tak sanggup lagi dia bendung.

“Amel! Ameliaaa!” teriak Romy.

“Aaaaaarghhh!”

Romy berteriak kencang, dengan tangan memukul tembok. Hingga membuat luka kecil, dan berdarah.

Matanya semakin nanar menatap kepergian Amelia.

Ada kernyit sembilu di sudut relung hati terdalam. Begitu perih dan teramat sakit.

Tanpa Romy sadari, dari balik tembok berwarna putih itu. Seorang gadis manis menyeka tetesan air matanya.

Gadis itu pun menatap kepergian Amelia, dengan kesedihan yang mulai mendera lubuk hatinya.

'Apa yang sebenarnya terjadi antara mereka?' bisik Salsa dalam hatinya.

Amelia berlari cepat, walau gerak langkah kakinya terasa sulit.

Segera dia menuju mobil yang diparkir tak jauh, dari pintu ke luar gedung.

Bergegas tangannya merogoh saku dalam tas tangan, mencari kunci.

Sesaat Amelia menenangkan dirinya di dalam mobil.

Tubuhnya berguncang hebat. Dia tak lagi mampu menahan sesak yang dirasa. Tangisnya pun meledak.

Berulang kali dia mengelengkan kepala. Seakan ingin mengingkari apa yang telah terjadi.

“Aku yang salah membiarkan  semua rasa ini terjadi!” isaknya.

Dia terus memukul setir mobil yang tak bersalah.

"Aku yang salah!"

Lembutnya bibir Romy masih terasa hangat di bibirnya. Berulangkali dia mengusap perlahan.

"Bisakah aku melupakan kamu Rom?"

Tangisnya kembali terdengar. Kenangan itu semakin membayang di kedua pelupuk mata.

Saat pertama kali Romy datang ke rumah. Setelah sekian tahun lamanya mereka tak pernah bertemu lagi.

Saat itu Amelia mangabaikan rasa simpati yang dulu pernah ada. Walau samar.

Dia tersenyum lebar. Sesekali masih menghapus kasar kedua mata. Sengaja Amelia memejamkan kedua mata.

Mungkin itu cara terbaik melupakan Romy sesaat. Walau bayangannya tak pernah sirna.

Kata-kata Romy kembali terngiang. Saat dilema melanda mereka berdua. Saat dibenturkan pada masalah yang datang. Bukan dari orang lain. Tapi, dari keluarga besar mereka sendiri.

"Amelia, aku berhak menikah dengan dirimu. Kamu wanita yang sah aku nikahi. Kamu janda dari om aku yang sudah meninggal. Kesalahannya di mana?" teriak Romy saat itu.

Kembali Amelia menggeleng keras.

"Aku ingin lupakan semua! Aku ingin melupakan dirimu Romy!"

*

Hai readers!

Semoga cerita ini, menjadi bacaan yang menarik untukmu.

Happy weekend. Jangan lupa berikan review, vote, hadiah, dan subs ya. Terimakasih.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Arrana
Mas Romy? Kamukah di sana? 😂
goodnovel comment avatar
FastLand
waduh selingkuh Amel ambek Romy?
goodnovel comment avatar
FastLand
Rom... ojok kasar-kasar. main lembut.. Romy kayak e belum bisa move on dari Amelia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status