Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 317. Pertengkaran mu Semangatku

Share

317. Pertengkaran mu Semangatku

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-11-25 08:03:07

“Beginilah kalau jodoh gak akan lari ke mana. Sejauh apapun kita berpisah, akhirnya kita dipertemukan lagi. See … kita bertemu lagi, Pak Damar Setyawan yang terhormat.”

Raline mengakhiri kalimatnya dengan senyum menggoda. Matany terpaku pada Damar.

Jambang tipis yang begitu seksi, potongan rambut dibuat model mohawk, celana pendek krem dipadu atasan hitam, sneakers senada.

Ah, sungguh mempesona. Tak lupa, jam tangan mewah dan clutch mahal bertengger di tangannya. Penampilan Damar begitu memikat, memancarkan pesona yang sulit diabaikan.

“Raline?” Damar menatap wanita itu dengan tatapan tak percaya, berusaha mencerna rangkaian kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya. Ia terkejut, beranggapan Raline menguntitnya lagi.

“Kamu ... naik penerbangan ini juga?” tanyanya dengan nada heran.

“Well, iya, kenapa? Suamiku yang merupakan anak buahmu itu akan ke Bali. Oh, aku senang sekali ikut dengannya. Ternyata, dia pergi bersamamu, ya, Pak Damar? Wow! Tidak rugi aku ikut! Kamu di kursi ber
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   425. Temen apa Demen?

    “Siapa yang kamu bawa ke rumah ini pagi-pagi buta, Sagara? Ini tas dan stiletto siapa?! Jawab!” tanya Diana dengan nada rendah namun tajam, menuntut penjelasan segera.Sagara menelan ludah kasar, tenggorokannya mendadak terasa kering. “Bun, itu ... itu punya temen, Bun.”“Temen? Yakin milik temen?” Diana menyipitkan mata, melangkah mendekat ke arah tangga. “Kalau emang cuma temen, buka kamar kamu sekarang! Bunda mau lihat.”“Bunda, jangan! Itu beneran cuma milik temen yang gak sengaja Saga bawa ke sini semalam!” cegat Sagara sambil merentangkan tangan, berusaha menghalangi jalan ibunya meskipun ia hanya berbalut selimut.“Bunda gak percaya! Kamu pikir Bunda anak kemarin sore yang bisa kamu bohongin?”“Beneran, Bun. Suer! Itu cuma temen Saga, gak lebih!” ujar Sagara dengan nada meyakinkan, meski jantungnya berdegup kencang.“Temen satu ranjang, iya?” tembak Diana tepat sasaran.“Iyaaa... eh—gak, Bun! Gak! Aku— AAAAAAA!”

  • ENAK, PAK DOSEN!   424. Gue Gorok Lu

    “Lo ... masih di sini?” “Kalau gue gak di sini, terus yang nolongin lo siapa?! Aneh banget lo! Lo hampir mati tahu gak!” semprot Ara, emosinya campur aduk antara marah dan khawatir. Tapi begitu melihat lawan bicaranya yang tengil ini sudah lebih baik, dia baru bisa tenang.“Hm ... thanks, ya …,” gumam Sagara sok tulus.“I–iya. Tapi, badan lo gimana? Udah enakan?” tanya Ara mulai melunak.“Belum sih.” Sagara meringis, ia melirik ke arah bawah dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Tapi, yang itu kegencet, rasanya aneh, deh ….”“Aduh! Yang mana lagi?!” seru Ara panik, ia mulai meraba-raba area perut Sagara untuk mencari bagian yang sakit.“Junior gue ... lo duduki tuh. Lo kira gak sakit apa?” ucap Sagara datar namun dengan kilat jahil di matanya.“Hah?” Ara membeku. Ia refleks menunduk ke arah bawah, tepat ke arah tempatnya duduk sejak tadi. Matanya membelalak sempurna saat menyadari bahwa ia duduk tepat di atas

  • ENAK, PAK DOSEN!   423. Sekarat

    “Ini cowok kalo dibiarin makin ngelunjak!”Tanpa menunggu Sagara bertindak lebih jauh, Ara mengambil inisiatif. Dengan gerakan yang sangat cepat, dia menarik pergelangan tangan Sagara dan membanting tubuh pria itu ke lantai menggunakan teknik judo dasar.Bugh!Seketika, tubuh Sagara yang tidak siap melayang di udara, lalu punggungnya menghantam lantai dengan bunyi dentuman yang cukup keras.Pria itu langsung mengaduh dan mengerang kesakitan, “Aaarghhh!”Melihat Sagara meringis kesakitan dengan wajah pucat, Ara mendadak panik. Ia langsung berlutut di sampingnya, takut pria tengil itu benar-benar mengalami cedera serius atau bahkan mati. “Gara! Gara! Kamu nggak apa-apa, kan? Kamu nggak mati, kan?!”Melihat wajah Ara yang pucat pasi karena panik, ide jahil seketika muncul di kepala Sagara. Ia sengaja mengaduh lebih panjang dan mulai berakting dramatis. “Aaaargh ... g-gue ... kayaknya mau mati!”

  • ENAK, PAK DOSEN!   422. Suka Dipaksa, Ya?

    Sagara dan Damar akhirnya tiba di rumah. Namun, alih-alih mendapatkan pengampunan atau pengobatan untuk wajahnya yang babak belur, Sagara justru menerima titah kejam dari sang ayah.“Tidur di luar malam ini! Gak usah masuk ke rumah, ngerti?!” perintah Damar dingin begitu mobil berhenti di garasi.“Yah, kok gitu sih?!” protes Sagara dengan mata membelalak. “Muka aku bonyok begini, bukannya disuruh istirahat malah diusir!”“Salahmu sendiri banyak ttingkah! Udah, buruan turun. Tidur sana di pos satpam bareng Pak Kumis!” usir Damar tanpa perasaan.“Ck! Ayah gak seru banget, sih!”“Makanya jangan bandel! Ayah itu udah cukup sabar sama kamu. Udah ngerusakin mobil orang, mengurung anak orang di kamar hotel, masih aja ada kenakalan yang kamu lakuin. Kamu pikir uang Ayah tinggal metik di pohon, apa?”Sagara mendengus, mencoba membela diri sambil memegangi rahangnya yang berdenyut. “Cowok mah wajar kalo nakal, Yah. Kalau kalem kayak Kak Sh

  • ENAK, PAK DOSEN!   421. Idih, Najis!

    “Gak usah gitu, nanti kemakan omongan sendiri nyahok!” kekeh Damar, masih sempat-sempatnya menggoda Arnold. Ia menatap Ara sekilas, lalu dengan suara tenang menambahkan, “Tapi, syukurlah kalau si bocah tengil ini gak hamilin kamu.”“Ketemu juga baru sekali, kok hamil! Ayah ada-ada aja, deh!” gerutu Sagara sambil memutar bola matanya malas.“Hm, ya udah kalau gitu masalah clear, ‘kan? Sagara, uang jajan kamu Ayah potong untuk gantiin mobilnya Ara, dan kamu Ara, gantiin juga motor Sagara,” putus Damar dengan nada final yang tidak bisa diganggu gugat.Kini, Ara mengembuskan napas panjang, merasa beban di pundaknya sedikit terangkat. Tapi, was-was juga karena tatapan sagara padanya masih penuh ancaman. “Baik, Tuan Setyawan. Jadi lega dengernya,” ucap Ara. Meski suaranya terdengar sopan pada Damar, tatapannya mengarah lurus pada Sagara dengan kilatan kemenangan.Di balik sikap tenang yang ditunjukkan Ara, Sagara justru sebaliknya. I

  • ENAK, PAK DOSEN!   420. Pikiran Liar

    Damar bahkan tak repot-repot membela anaknya. Alih-alih memasang badan, ia justru berdiri tegak sambil menyilangkan tangan di depan dada. Sebuah senyuman tipis penuh kepuasan muncul di wajahnya saat melihat Sagara babak belur di tangan Arnold.Bagi Damar, ini adalah pelajaran yang setimpal. Ia sudah terlalu sering mengurut dada menghadapi kenakalan Sagara, dan melihat musuh bebuyutannya melakukan ‘tugas’ mendisiplinkan putranya adalah pemandangan yang cukup menghibur.Setelah Arnold tampak terengah karena lelah melampiaskan emosinya, dan wajah Sagara sudah dihiasi lebam serta sudut bibir yang pecah, barulah Damar melangkah mendekat. Ia menatap putranya yang terduduk lemas di lantai dengan pandangan tanpa simpati. “Tenang, anakku bakalan tanggung jawab,” kata Damar santai, seolah tidak baru saja terjadi baku hantam di depan matanya.Arnold memicingkan mata, menyeka keringat di dahinya sambil menatap tajam ke arah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status