Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 32. Enam Tahun Kemudian

Share

32. Enam Tahun Kemudian

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-08-28 12:15:26

Tengah hari, Damar merasakan jika tubuhnya sudah kembali seperti semula. Dia kemudian masuk ke dalam ruang kerjanya dan mengunci pintu dari dalam.

Setetes air mata jatuh membasahi pipi saat dia duduk di sebuah sofa tunggal sambil memandang foto Diana di laman media sosial. Dia tahu jika foto tersebut diambil di apartemen miliknya sesaat setelah mereka adalah saja pergi berbelanja di mall, beberapa bulan yang lalu.

“Ya Allah, dimana pun ibu dari mana aku dan anakku tinggal di bumi- Mu, maka lindungilah dia dan melancarkan proses persalinannya,” ucapnya setelah mengusap layar ponsel tersebut.

Tangis Damar semakin tak terbendung. Dia sungguh yakin jika yang dikandung Diana adalah putrinya. Namun, lagi dan lagi, kenapa ego lebih penting dari sekedar mendengar penjelasan Diana?

Bukan kah seharusnya dia berada di samping Diana saat wanita itu melahirkan? Menemani tumbuh kembang putra mereka. Namun pada akhirnya, Damar menyesal atas sikapnya sendiri
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Sutini tin
Diana dijodohkan saja sama max kak
goodnovel comment avatar
Sutini tin
jangan jadi pemulung dong Diana
goodnovel comment avatar
Sutini tin
cepet banget waktunya langsung 6 th
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   269. Iri Dengki

    “Om, aku mau diantar sama sopir pribadi kaya Shanum,” ucap Claudia saat ia dan keluarga barunya ini sarapan bersama di meja makan. Damar yang hendak menyuapkan sepotong roti ke dalam mulutnya, segera berhenti. Ia mendongak, menatap wajah Claudia yang agak masam itu.“Maaf, Om gak bisa lakuin itu, Clau.” Claudia yang sudah banyak berharap pun merasa begitu kecewa. Ia memberengut dan meletakkan sendok garpu di atas piringnya. “Kenapa? Gak punya uang buat bayarin sopir buat aku, ya?” tanya Claudia dengan nada merajuk. Sejak tinggal di sini, Claudia mempelajari banyak hal termasuk apa yang membuat Om-nya itu marah dan emosi. Menurut pengamatan Claudia, Om-nya akan naik darah saat direndahkan. Makanya, ia bilang begitu agar Om-nya itu mau menuruti permintaannya. Sayangnya, Damar tak terpengaruh. Ia melanjutkan sarapannya. “Gak juga. Lagian, sekolah kamu dekat loh. Hanya 1 km, bahkan kurang. Mungkin hanya 800 meter. Pakai sepeda l

  • ENAK, PAK DOSEN!   268. Jengkel Akut

    Keesokan harinya, Diana dan Damar mengantarkan Claudia, keponakan kesayangan mereka, ke sekolah barunya. “Om, aku akan sekolah di sekolah yang sama kaya Shanum, ya?” tanya Claudia penuh antusias. Ia membayangkan ruang kelas yang wangi, dingin karena ada AC, dan fasilitas yang bagus.Tapi, khayalan Claudia sirna sudah ketika damar menjawab pertanyaan nya.“Tidak. Kamu sekolah di sekolah dekat rumah saja.”“Ih, kenapa gak sama kaya sekolah Shanum sih, Om? Gak punya duit ya buat bayarin ke sekolah situ?” desak Claudia.Sayangnya, Damar dan Diana tak memberi respon. Mereka segera mengajak Claudia keluar dari mobil menuju halaman sekolah.“Ayo turun,” ajak Diana dengan sabar meski wajahnya menahan rasa kesal. Ia menarik tas yang dikenakan Claudia. Sayangnya, Claudia menanggapinya dengan tak enak. Gadis bandel itu berontak. “Iya, iya! Gak usah tarik tarik kali! Aku bisa turun sendiri.”Akhirnya, mereka bertiga berja

  • ENAK, PAK DOSEN!   267. Rencana Jahat

    “Tante, ih … Tante kok diam? Ayo lah kasih tahu aku, caranya dapat duit yang banyak itu gimana? Aku harus jadi youtuber apa gitu? Aku buat konten apa?” desak Claudia sambil terus menggoyangkan lengan Diana.Diana sendiri tidak paham, sejauh mana minat Claudia pada hal itu. Kini, ia memberi nasehat pada keponakannya agar tak menjadikan uang sebagai obsesi.“Dengar, Clau. Kamu baru 10 tahun, harusnya kamu fokus sekolah dan tidak usah memikirkan caranya cari uang. Uang biar kami yang pikirkan, kamu hanya tinggal belajar, dan tingkatkan nilai kamu agar membanggakan kami. Lagi pula kalau kamu jadi konten kreator, hal itu akan mempengaruhi proses belajar kamu. Sudah, jangan pikirkan itu dulu. Kamu harus fokus belajar. Dan selama itu, Om dan Tante gak akan ngasih ponsel sebagai hukuman hari ini. Paham?”Sayangnya, nasehat itu tak ditanggapi serius oleh Claudia. Gadis kecil itu tetap kekeh ingin jadi konten kreator. “Aaah, gak, gak! Aku gak mau nganggur dong, Tant

  • ENAK, PAK DOSEN!   266. Dari Hati Ke Hati

    “Aku harus melakukan apa ya Tuhan?” gumam Diana lirih. Sejujurnya, ia merasa tidak berdaya menghadapi situasi ini.Sebagai orang tua, Diana memang harus menasehati. Tapi, nyatanya maasalah ini begitu kompleks, dan Diana tidak tahu harus memulai dari mana.Kini, Diana menimang-nimang apa yang harus ia lakukan terlebih dulu, berusaha mencari solusi terbaik untuk Claudia dan keluarganya.Diana ingin bicara begini, tapi takut Claudia tak mau menerima nasehat, dan makin tak terkendali. Tapi kalau didiamkan, jelas Claudia akan bertindak sesuka hati. Akhirnya, Diana memutuskan untuk mendekati Claudia. Ia duduk perlahan di samping keponakannya itu, memberikan jarak yang cukup agar tidak membuatnya semakin takut. Dengan lembut, jemari lentiknya segera memegangi dagu Claudia, mendongakkannya agar gadis kecil itu menatap wajahnya. “Lihat Tante,” ucap Diana dengan nada lembut dan penuh kasih sayang. Meski ia kesal, namun tak ada alasan un

  • ENAK, PAK DOSEN!   265. Ampun, Om! Ampun!

    Claudia meremas ujung kaos pres body yang ia kenakan. Dengan kepala tertunduk, ia menjelaskan apa yang ia lihat dan ia pelajari dari apa yang dilakukan Maminya. “A-aku .…” jawab Claudia dengan suara tercekat. Ia sangat ketakutan melihat kemarahan Damar. Bahkan, ia juga ikut menangis. “Jawab!” bentak Damar tanpa ampun hingga membuat Claudia tersentak kaget, dan akhirnya Claudia mau mengakui hal tersebut meski dengan air mata berderai. Claudia refleks menjatuhkan tubuhnya di lantai. Ia merangkak mendekati Damar, kemudian memeluk kaki Damar yang dibalut celana panjang bahan slim fit itu. Di bawah kaki Damar, Claudia menangis dan menjerit-jerit. “Ampun, Om! Ampun! Aku cuma niru apa yang dilakuin oleh Mami, Om!” “Apa yang Mami kamu lakukan?” Ki ini, Diana angkat bicara. Ia tarik Claudia dari kaki suaminya dan ia ingin tahu, apa alasan suaminya marah besar pada keponakannya yang satu ini. “Apa yang kamu lakukan cep

  • ENAK, PAK DOSEN!   264. Video Vulgar FYP

    “Ya Allah! Claudia, astagfirullah! Apa-apaan ini? Apa yang kamu lakukan, Claudiaaaaaa!” maki Damar dengan intonasi yang makin meninggi. Damar segera berpikir jernih, ia menghapus video tersebut meski Claudia menjerit-jerit. “Jangan hapus, Om! Jangan! Jangaaaan!” Refleks, Damar melepas pegangannya pada Claudia dan rasa respect-nya pada keponakannya seketika menghilang, diganti dengan kemarahan yang memuncak tiada berakhirnya. Jantungnya berdegup kencang, bagaikan genderang perang yang ditabuh bertalu-talu saat melihat video yang katanya baru diunggah Claudia 20 menit tadi. “Dasar anak tidak tahu diri! Ya Allah! Apa yang ada di otak kamu, Claudia? Kamu memposting video ini? Apa kamu gila?” Saking syoknya dengan kelakuan bo-cil kem-atian ini, Damar sampai menangis. Ia jatuh terduduk dan melempar tablet milik Shanum ke lantai, tak p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status