Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 48. Junior-ku Sudah Tegang

Share

48. Junior-ku Sudah Tegang

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-08-31 12:15:15

“Oma!” seru Shanum selepas turun dari gendongan tante Ayu nya. Keponakan Damar.

Diana dibuat geleng-geleng kepala karena Shanum bisa-bisanya langsung dekat dengan orang yang belum lama dikenal. Aneh sekali.

“Hai cucu Oma. Duh, cantik banget. Udah mandi apa belum?” tanya Mama Mayang membalas pelukan dengan cara berjongkok.

Shanum menggeleng. “Belum, Oma!” Giginya yang putih berjejer rapi.

“Ya sudah. Ayo kita segera pulang. Kamu ikut Oma ya?” pinta Mama Maya lagi.

“Pulang ke mana?” tanya Shanum tak mengerti.

“Pulang ke rumah ayah Damar, dong!” Bu Maya menegaskan dan menatap Diana beserta Damar secara bergantian. Lantas wanita tua itu menggendong Shanum menuju mobil yang berada di depan.

“Nggak, jangan bawa Shanum, Nyonya! Jangan pisahkan kami.” Diana berontak di pelukan Damar.

“Tenang saja, aku tidak akan memisahkan mu dengan putri kita. Biarkan Mama menyenan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mira
semoga kalian berjodoh kembali tapi tanpa ada carol
goodnovel comment avatar
Mira
hmm...seru jg ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   220. Senjata Makan Tuan

    "Bagaimana? Jadi memecat saya?" Raline tidak membiarkan keheningan itu berlanjut. Ia mendongak angkuh, menantang keputusan Damar.Lalu, ia tatap wajah Damar yang memerah, sarat akan kemarahan yang kini harus ditahan.Sedangkan Damar sudah memikirkan matang-matang apa yang harus ia lakukan. Ia tidak akan membuang waktu dan uang untuk memecat Raline. Damar hanya perlu membuat Raline tidak betah bekerja di sini. Ia akan mengubah neraka Raline dari luar menjadi neraka yang lebih menyakitkan dari dalam."Tidak." Damar merespons dengan nada datar, senyuman tipis di wajahnya tidak mencapai mata. "Kamu boleh kembali. Silakan kerjakan pekerjaanmu sesuai kontrak yang berlaku."Setelah bicara begitu, Damar mengibarkan telapak tangannya. Sebuah gestur penguasa yang mengusir bawahan. Ia pun melirik tajam pada Daisy yang nyaris saja dia pecat."Dan kamu, Daisy, kembalilah ke ruanganmu!"“Baik, Tuan.”Pelototan Dama

  • ENAK, PAK DOSEN!   219. Lihat, Siapa Yang Akan Bertahan

    "Mau apa kamu ke sini, hah?" Wanita yang mendongak itu ternyata adalah Raline.Damar mendelik, matanya memancarkan amarah dan kejengkelan yang luar biasa. Ia tak suka Raline kembali mengusik kehidupannya. Kemarin, Raline meminta Profesor Bima—ayahnya—untuk meluluhkannya dengan drama bunuh diri. Dan kini, Damar justru dipertemukan dengan Raline lagi. Bedanya, Raline kini tampil dalam balutan seragam Petugas Kebersihan atau Office Girl!"Sial benar hidupku! Kenapa hidupku selalu dibayangi oleh wanita gila ini?!" batin Damar.Sedangkan di hadapannya agak ek bawah, Raline memasang wajah tak bersalah yang sempurna. Dia tersenyum kecil, seringai tipis yang hanya bisa dilihat oleh Damar. "Oh, maaf, Tuan. Saya hanya bekerja karena membutuhkan uang. Em, mohon maaf saya lupa menaruh—""Shut up! Apa katamu tadi? Bekerja? Hah! Mustahil kamu bekerja di sini!" Damar berdecih jijik. Ia tak percaya Raline sudi bekerja sebag

  • ENAK, PAK DOSEN!   218. Mau Kamu!

    Penyesalan Damar cepat berlalu, digantikan oleh gairah yang dipicu oleh aroma lemon fresh yang menenangkan itu. Lalu, ia mendekat, pandangannya penuh kerinduan."Aku merindukanmu, Yang," bisik Damar penuh rasa candu pada istrinya.Damar segera menyerang Diana dengan kelembutan yang memabukkan. Ia menarik istrinya ke tengah ranjang dan mulai menciumi Diana dengan dalam dari bibir, turun perlahan ke leher, hingga mencapai garis dada.Lalu, Damar menciumi leher dan dada Diana, meninggalkan bekas merah samar di kulit yang terhisap kuat, jejak hasrat yang tak tertahankan.Diana sendiri tidak tahan. Ia pun mulai meraba punggung Damar. Tangan Diana turun dan mengusap kejantanan Damar yang mengeras di balik bathrobe itu, memicu rintihan pelan dari Damar."Eungh!" Diana mendesah pelan. Meskipun Diana sempat mual, sentuhan Damar yang penuh hasrat dan kehangatan itu memicu gairah yang tertahan lama. Kini, Damar tetap memberinya sentuhan yang terasa memabukkan, ber

  • ENAK, PAK DOSEN!   217. Pay Me With Your Body

    Kini, Damar mendekat, membelai wajah Diana penuh kasih. Lalu, ia bertanya, "Ya, Yang? Ada apa?"Diana berbisik di telinga suaminya, dan seketika itu juga, Damar syok. "Apa?" bisik Damar, suaranya tercekat, kaget karena mengira ada berita buruk. Tapi ternyata, ini berita lebih buruk lagi Diana mengulangi, matanya sedikit memelas karena mual. Ia masih memencet hidung dan menggeleng lemah, "Mas, tidur di kamar sebelah aja. Mas bau! Sumpah, Mas. Aku mual loh deketan sama Mas.”“Ya ampun, Yang!” Damar terdiam. Syoknya berubah menjadi rasa tidak percaya yang mendalam. "Kamu suruh Mas tidur di luar? Setelah semua yang Mas lakuin hari ini?""Ya iya lah, 'kan bau! Aku gak tahan banget! Bau yang menusuk, Mas! Aku gak bisa tidur sambil menahan mual begini, Mas. Mas mau aku kesiksa semalaman, ya?!"Meski kesal, tapi Damar tetap memelankan suaranya. Ia tahu, Diana sedang emosional dan juga labil. "Yang, kok gitu sih! Ini kamar kita!" protes

  • ENAK, PAK DOSEN!   216. Eneg Lihat Mukamu

    "Hm, baru pulang, Mas?" Diana malam ini menyambut Damar di depan pintu. Namun, alih-alih memberikan ciuman selamat datang dan pelukan hangat seperti pagi tadi, ia justru menutup hidung dengan telapak tangannya.Entah kenapa, Diana mual sekali mencium bau badan Damar yang terasa begitu menusuk hidung sensitifnya malam ini."Ya, Yang. Kerjaan banyak sekali akhir-akhir ini. Kamu tahu sendiri, proyek yang di lokasi X baru mulai." Damar mengangguk. Ia melangkah mendekat, lalu ia memegangi pundak istrinya. Ia curiga saat Diana menutup hidung. "Kamu kenapa, Yang? Bau apa? Papa ada bangkai di rumah?"Diana menggeleng disertai dengan ekspresi yang sangat menderita. "Mual, Mas. Badan Mas bau ih, jangan dekat-dekat."Mendengar ucapan istrinya, Damar sedikit tersinggung. Lalu, ia segera menurunkan telapak tangan dari bahu Diana. Ia segera mencium ketiaknya sendiri secara refleks. Namun, ia tak mencium bau apa pun selain aroma sab

  • ENAK, PAK DOSEN!   215. Bos, Apa Bos?

    “Ugh! Sial!”Mereka berdua panik bukan main. Aldo segera mencoba menarik diri dan membenahi celananya hingga nyaris saja ‘lolipop’ nya terjepit.“Argh!” pekiknya tertahan, sementara Raline tersentak menjauh. Raline berkata dengan suara tercekat, "Bagaimana ini? Kamu akan berkata apa kalau Papaku datang?"Kini, Raline buru-buru menuju ranjang dan merebahkan badan lelahnya di sana. Lalu, ia menarik selimut sebatas dada dan mendelik pada Aldo yang mengumpat-ngumpat kesal "Shit!" desis Aldo. Wajahnya yang tadi penuh hasrat, kini pucat pasi dipenuhi amarah dan ketkejutan. Pintu itu sebentar lagi akan terbuka. Dan apa alasan yang akan ia gunakan saat Papa Raline bertanya siapa ia?Tak lama setelah suara putaran handle pintu, pintu kamar Raline terbuka.Seorang pria berambut putih muncul sambil mendorong pintu, dengan tenang membetulkan kacamata yang melorot di hidungnya.Ia adalah Profesor Bima.B

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status