Home / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 60. Lama-lama Kau Akan Dibuang

Share

60. Lama-lama Kau Akan Dibuang

Author: OTHOR CENTIL
last update Last Updated: 2025-09-02 17:15:28

Atmosfer panas semakin terasa di ruangan ini. Mama Helen membuang napasnya dengan kasar. Dadanya sangat sakit saat mendengar keputusan putrinya yang dianggap semena-mena.

“Baiklah kalau begitu, kamu bukan anak mama lagi. Hiduplah sesuai keinginanmu dan jangan pernah kembali pada keluarga kami! Mama benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang ada di kepalamu!” umpat Helen dengan nada tinggi.

Dia sudah tak tahan lagi. Bahkan, air mata menetes mendengar putri semata wayangnya harus diduakan demi sebuah keturunan. Sakit, mana ada ibu yang mau melihat putrinya seperti itu?

“Sekali lagi aku minta maaf, Ma,” ucap Caroline dengan sungguh-sungguh sambil membungkuk kan tubuh. Dia merasa sangat bersalah, namun juga tak bisa berbuat banyak. Penyakit itu tak bisa membuatnya memiliki keturunan.

“Sampai kapan pun, mama tidak akan pernah memaafkanmu. Camkan itu!” desis Helen dengan debaran dada tak menentu.

"Ma, tolong jangan seperti ini. Sampai kapan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mira
Aku suka dengan apa yg dikatakan mama Mayang, semua yg disampaikannya adalah realita.supaya Helen tidak berbicara sesuai dgn pandangannya saja. yg aku herankan ko Helen itu karakternya berubah ya, padahal dulu baik bgt dan pengertian
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ENAK, PAK DOSEN!   270. Hilang Kendali

    BRAK! Suara benturan keras terdengar begitu memilukan. Mobil itu nyaris menabrak Claudia. Secara refleks, sang sopir membanting setir ke kiri, berusaha keras menghindari gadis itu. Malang tak dapat ditolak, mobil kehilangan kendali dan menabrak pohon besar di tepi trotoar dengan suara yang menggelegar. Decitan ban memekakkan telinga, beradu keras dengan aspal yang panas, meninggalkan bau karet terbakar yang menyengat di udara.Setelah mobil berhenti dengan kerusakan ringan di bagian depan, sang sopir mengumpat kesal, “Sial! Bagaimana bisa dia menyeberang tanpa aturan?! Untung tidak kenapa-napa! Untungnya mobil ini ada airbag-nya, coba kalau tidak!” Sopir itu kemudian melirik ke belakang, memastikan nona nya selamat. “Nona Raline, Anda tidak apa-apa, ‘kan?” Raline menggelengkan kepala. Meski tidak apa-apa, namun ia tetap saja syok. Kemudian, ia teringat anak kecil tadi. “idak apa-apa, Pak. Ayo cepat keluar, kita lih

  • ENAK, PAK DOSEN!   269. Iri Dengki

    “Om, aku mau diantar sama sopir pribadi kaya Shanum,” ucap Claudia saat ia dan keluarga barunya ini sarapan bersama di meja makan. Damar yang hendak menyuapkan sepotong roti ke dalam mulutnya, segera berhenti. Ia mendongak, menatap wajah Claudia yang agak masam itu.“Maaf, Om gak bisa lakuin itu, Clau.” Claudia yang sudah banyak berharap pun merasa begitu kecewa. Ia memberengut dan meletakkan sendok garpu di atas piringnya. “Kenapa? Gak punya uang buat bayarin sopir buat aku, ya?” tanya Claudia dengan nada merajuk. Sejak tinggal di sini, Claudia mempelajari banyak hal termasuk apa yang membuat Om-nya itu marah dan emosi. Menurut pengamatan Claudia, Om-nya akan naik darah saat direndahkan. Makanya, ia bilang begitu agar Om-nya itu mau menuruti permintaannya. Sayangnya, Damar tak terpengaruh. Ia melanjutkan sarapannya. “Gak juga. Lagian, sekolah kamu dekat loh. Hanya 1 km, bahkan kurang. Mungkin hanya 800 meter. Pakai sepeda l

  • ENAK, PAK DOSEN!   268. Jengkel Akut

    Keesokan harinya, Diana dan Damar mengantarkan Claudia, keponakan kesayangan mereka, ke sekolah barunya. “Om, aku akan sekolah di sekolah yang sama kaya Shanum, ya?” tanya Claudia penuh antusias. Ia membayangkan ruang kelas yang wangi, dingin karena ada AC, dan fasilitas yang bagus.Tapi, khayalan Claudia sirna sudah ketika damar menjawab pertanyaan nya.“Tidak. Kamu sekolah di sekolah dekat rumah saja.”“Ih, kenapa gak sama kaya sekolah Shanum sih, Om? Gak punya duit ya buat bayarin ke sekolah situ?” desak Claudia.Sayangnya, Damar dan Diana tak memberi respon. Mereka segera mengajak Claudia keluar dari mobil menuju halaman sekolah.“Ayo turun,” ajak Diana dengan sabar meski wajahnya menahan rasa kesal. Ia menarik tas yang dikenakan Claudia. Sayangnya, Claudia menanggapinya dengan tak enak. Gadis bandel itu berontak. “Iya, iya! Gak usah tarik tarik kali! Aku bisa turun sendiri.”Akhirnya, mereka bertiga berja

  • ENAK, PAK DOSEN!   267. Rencana Jahat

    “Tante, ih … Tante kok diam? Ayo lah kasih tahu aku, caranya dapat duit yang banyak itu gimana? Aku harus jadi youtuber apa gitu? Aku buat konten apa?” desak Claudia sambil terus menggoyangkan lengan Diana.Diana sendiri tidak paham, sejauh mana minat Claudia pada hal itu. Kini, ia memberi nasehat pada keponakannya agar tak menjadikan uang sebagai obsesi.“Dengar, Clau. Kamu baru 10 tahun, harusnya kamu fokus sekolah dan tidak usah memikirkan caranya cari uang. Uang biar kami yang pikirkan, kamu hanya tinggal belajar, dan tingkatkan nilai kamu agar membanggakan kami. Lagi pula kalau kamu jadi konten kreator, hal itu akan mempengaruhi proses belajar kamu. Sudah, jangan pikirkan itu dulu. Kamu harus fokus belajar. Dan selama itu, Om dan Tante gak akan ngasih ponsel sebagai hukuman hari ini. Paham?”Sayangnya, nasehat itu tak ditanggapi serius oleh Claudia. Gadis kecil itu tetap kekeh ingin jadi konten kreator. “Aaah, gak, gak! Aku gak mau nganggur dong, Tant

  • ENAK, PAK DOSEN!   266. Dari Hati Ke Hati

    “Aku harus melakukan apa ya Tuhan?” gumam Diana lirih. Sejujurnya, ia merasa tidak berdaya menghadapi situasi ini.Sebagai orang tua, Diana memang harus menasehati. Tapi, nyatanya maasalah ini begitu kompleks, dan Diana tidak tahu harus memulai dari mana.Kini, Diana menimang-nimang apa yang harus ia lakukan terlebih dulu, berusaha mencari solusi terbaik untuk Claudia dan keluarganya.Diana ingin bicara begini, tapi takut Claudia tak mau menerima nasehat, dan makin tak terkendali. Tapi kalau didiamkan, jelas Claudia akan bertindak sesuka hati. Akhirnya, Diana memutuskan untuk mendekati Claudia. Ia duduk perlahan di samping keponakannya itu, memberikan jarak yang cukup agar tidak membuatnya semakin takut. Dengan lembut, jemari lentiknya segera memegangi dagu Claudia, mendongakkannya agar gadis kecil itu menatap wajahnya. “Lihat Tante,” ucap Diana dengan nada lembut dan penuh kasih sayang. Meski ia kesal, namun tak ada alasan un

  • ENAK, PAK DOSEN!   265. Ampun, Om! Ampun!

    Claudia meremas ujung kaos pres body yang ia kenakan. Dengan kepala tertunduk, ia menjelaskan apa yang ia lihat dan ia pelajari dari apa yang dilakukan Maminya. “A-aku .…” jawab Claudia dengan suara tercekat. Ia sangat ketakutan melihat kemarahan Damar. Bahkan, ia juga ikut menangis. “Jawab!” bentak Damar tanpa ampun hingga membuat Claudia tersentak kaget, dan akhirnya Claudia mau mengakui hal tersebut meski dengan air mata berderai. Claudia refleks menjatuhkan tubuhnya di lantai. Ia merangkak mendekati Damar, kemudian memeluk kaki Damar yang dibalut celana panjang bahan slim fit itu. Di bawah kaki Damar, Claudia menangis dan menjerit-jerit. “Ampun, Om! Ampun! Aku cuma niru apa yang dilakuin oleh Mami, Om!” “Apa yang Mami kamu lakukan?” Ki ini, Diana angkat bicara. Ia tarik Claudia dari kaki suaminya dan ia ingin tahu, apa alasan suaminya marah besar pada keponakannya yang satu ini. “Apa yang kamu lakukan cep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status