Beranda / Romansa / ENAK, PAK DOSEN! / 61. Menyerah Daripada Tersakiti

Share

61. Menyerah Daripada Tersakiti

Penulis: OTHOR CENTIL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-02 21:15:39

“Kalau sampai Damar dan juga wanita itu memiliki anak lagi, pasti kamu tidak akan di pedulikan!” desis Helen semakin emosi.

Carol menyangkal. Meski dirinya tidak pernah dicintai oleh Damar, tetapi wanita itu tahu betul bagaimana sikap suaminya selama ini.

“Mas Damar bukan lelaki seperti itu. Aku yakin dia bisa adil dalam membagi waktu!” yakin nya pada diri sendiri.

“Itu hanya pemikiran mu saja, Carol! Tetapi sejatinya menurut logika, tentu lelaki itu akan berubah. Apalagi di antara kamu dengannya tidak memiliki anak. Sementara dengan wanita itu, dia memiliki dua keturunan.”

“Mana yang akan di pedulikan? Tentu saja mereka, anak kandung suamimu sendiri! Bukan kamu! Buka matamu lebar-lebar untuk melihat keadaan yang pernah ada di sekitar kita. Jangan jadi wanita bodoh!” terang Helen mencoba meruntuhkan ke keras kepalaan sang anak bungsu.

Sementara Max hanya terdiam saat mama dan juga adiknya saling beradu mulut. Sete
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ENAK, PAK DOSEN!   273. Target Sudah Masuk Perangkap

    “Ya ampun!” Claudia spontan menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya membulat tak percaya. Seperti pada umumnya anak kecil yang diberi barang berharga, ia menatap takjub. Kedua bola matanya berkaca-kaca seolah mendapatkan keberuntungan bertubi-tubi. Tanpa ia sadari, ada bahaya yang mengancam nyawanya kalau ia terlalu dekat dengan Raline. Di hadapannya, Raline menyodorkan sebuah ponsel! Itu hal yang sangat tak terduga. Nasihat Om-nya tentang bahaya menerima pemberian dari orang asing langsung terngiang di benaknya. “Ingat, tidak ada orang yang memberikan barang cuma-cuma. Kalau kamu diberi barang oleh seseorang, atau uang, maka kamu harus menolak dan tidak boleh menerimanya.” “Kenapa tidak boleh, Om?” “Karena di dunia ini harus ada timbal balik. Memberi dan menerima, pahami dua konsep itu. Kalau ada orang asing

  • ENAK, PAK DOSEN!   272. Kejutan Untuk Claudia

    Claudia memasuki rumah dengan langkah riang setelah pintu dibukakan oleh Mbok, pembantu rumah tangga om dan tantenya. Ia bersenandung kecil dan tersenyum-senyum sendiri. Diana yang sedang bersantai di ruang keluarga bersama sagar, lekas menoleh. Ia langsung menegurnya, "Hei, Clau." "Hai, Tante. Assalamualaikum," jawab Claudia ceria. Ia berjalan menghampiri Diana dan mengulurkan telapak tangannya pada tantenya. Sambil menerima salaman Claudia, hati Diana menghangat. Kini, ia penasaran kenapa Claudia begini. "Hm, kelihatannya semangat sekali. Ada apa? Tumben sekali ceria? Dapat teman baru di sekolah tadi?" tanya Diana. Claudia enggan menceritakan tentang uang yang diberikan orang asing tadi. Ia memilih berdalih, "Iya, dong. Teman-temanku baik dan ramah." "Nah, gitu dong, semangat sekolahnya," sahut Diana singkat. Ia mengusap rambut Claudia yang dikepang dua. “Nanti kalau nilainya bagus tanpa ada C-nya, maka Tan

  • ENAK, PAK DOSEN!   271. Tak Tik Jitu: Masuk Ke Kandang Lawan

    Sebelum turun dari mobil, tangan Raline bergerak cepat membuka dompet, mencari-cari di antara kartu dan uang kertas. Akhirnya, Raline menemukan beberapa lembar uang dan menyodorkannya pada Claudia sebelum turun dari mobil. “Eh, tunggu.” “Apa, Kak?” Claudia memandang penuh rasa tak percaya. Bagaimana tidak? Pasalnya, orang yang tak ia kenal memberinya uang begitu banyak, ada beberapa lembar malah. Orang asing ini terlihat royal, beda jauh dari orang yang merawatnya Sedangkan Diana dan Damar yang notabene keluarganya, hanya memberinya uang 25 ribu sehari. Sangat berbanding terbalik, ‘kan? “Tidak apa. Ini, ambillah buat jajan,” kata Raline berusaha terdengar ramah. Ia memiliki niat tertentu pada Claudia agar bisa melancarkan aksinya. Sejenak, Claudia membeku. Matanya membulat, menatap uang itu seolah benda asing. Dalam hatinya berkecamuk. Ia butuh u

  • ENAK, PAK DOSEN!   270. Hilang Kendali

    BRAK! Suara benturan keras terdengar begitu memilukan. Mobil itu nyaris menabrak Claudia. Secara refleks, sang sopir membanting setir ke kiri, berusaha keras menghindari gadis itu. Malang tak dapat ditolak, mobil kehilangan kendali dan menabrak pohon besar di tepi trotoar dengan suara yang menggelegar. Decitan ban memekakkan telinga, beradu keras dengan aspal yang panas, meninggalkan bau karet terbakar yang menyengat di udara.Setelah mobil berhenti dengan kerusakan ringan di bagian depan, sang sopir mengumpat kesal, “Sial! Bagaimana bisa dia menyeberang tanpa aturan?! Untung tidak kenapa-napa! Untungnya mobil ini ada airbag-nya, coba kalau tidak!” Sopir itu kemudian melirik ke belakang, memastikan nona nya selamat. “Nona Raline, Anda tidak apa-apa, ‘kan?” Raline menggelengkan kepala. Meski tidak apa-apa, namun ia tetap saja syok. Kemudian, ia teringat anak kecil tadi. “idak apa-apa, Pak. Ayo cepat keluar, kita lih

  • ENAK, PAK DOSEN!   269. Iri Dengki

    “Om, aku mau diantar sama sopir pribadi kaya Shanum,” ucap Claudia saat ia dan keluarga barunya ini sarapan bersama di meja makan. Damar yang hendak menyuapkan sepotong roti ke dalam mulutnya, segera berhenti. Ia mendongak, menatap wajah Claudia yang agak masam itu.“Maaf, Om gak bisa lakuin itu, Clau.” Claudia yang sudah banyak berharap pun merasa begitu kecewa. Ia memberengut dan meletakkan sendok garpu di atas piringnya. “Kenapa? Gak punya uang buat bayarin sopir buat aku, ya?” tanya Claudia dengan nada merajuk. Sejak tinggal di sini, Claudia mempelajari banyak hal termasuk apa yang membuat Om-nya itu marah dan emosi. Menurut pengamatan Claudia, Om-nya akan naik darah saat direndahkan. Makanya, ia bilang begitu agar Om-nya itu mau menuruti permintaannya. Sayangnya, Damar tak terpengaruh. Ia melanjutkan sarapannya. “Gak juga. Lagian, sekolah kamu dekat loh. Hanya 1 km, bahkan kurang. Mungkin hanya 800 meter. Pakai sepeda l

  • ENAK, PAK DOSEN!   268. Jengkel Akut

    Keesokan harinya, Diana dan Damar mengantarkan Claudia, keponakan kesayangan mereka, ke sekolah barunya. “Om, aku akan sekolah di sekolah yang sama kaya Shanum, ya?” tanya Claudia penuh antusias. Ia membayangkan ruang kelas yang wangi, dingin karena ada AC, dan fasilitas yang bagus.Tapi, khayalan Claudia sirna sudah ketika damar menjawab pertanyaan nya.“Tidak. Kamu sekolah di sekolah dekat rumah saja.”“Ih, kenapa gak sama kaya sekolah Shanum sih, Om? Gak punya duit ya buat bayarin ke sekolah situ?” desak Claudia.Sayangnya, Damar dan Diana tak memberi respon. Mereka segera mengajak Claudia keluar dari mobil menuju halaman sekolah.“Ayo turun,” ajak Diana dengan sabar meski wajahnya menahan rasa kesal. Ia menarik tas yang dikenakan Claudia. Sayangnya, Claudia menanggapinya dengan tak enak. Gadis bandel itu berontak. “Iya, iya! Gak usah tarik tarik kali! Aku bisa turun sendiri.”Akhirnya, mereka bertiga berja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status