공유

Rumah yang Masih Mengingat

last update 최신 업데이트: 2025-12-23 10:55:27

Mobil berhenti perlahan di tikungan sepi dekat distrik tua. Rumah keluarga Vogel berdiri dengan anggun khas arsitektur Berlin Timur—jendela-jendela tinggi berbingkai kayu, pagar besi hitam yang mulai kusam, dan taman kecil di depan rumah yang kini dipenuhi dedaunan gugur yang belum tersapu. Gerimis turun tipis, menyelimuti segalanya dengan kilau basah yang dingin.

Leonhardt keluar lebih dulu. Langkah kakinya mantap saat membuka pintu untuk Margarethe dan Adelheid. Tatapannya menyapu sekeliling dengan cepat—kebiasaan lama yang tak pernah benar-benar pergi. Tangannya secara naluriah menyentuh sarung tangan kulit hitam yang terselip di saku dalam mantelnya.

Tak satu pun dari mereka berbicara.

Jendela rumah Ernst tampak gelap. Tak ada cahaya dari ruang depan—hanya sinar samar dari lantai atas, tanda bahwa pria tua itu mungkin belum tidur. Margarethe melangkah ke depan dan menekan bel.

Tak lama kemudian, langkah kaki terdengar dari dalam. Bukan langkah pelayan. Bukan langkah asin
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • ERBLINIE: Warisan Dosa dan Pernikahan Palsu Sang Agen   Rumah yang Masih Mengingat

    Mobil berhenti perlahan di tikungan sepi dekat distrik tua. Rumah keluarga Vogel berdiri dengan anggun khas arsitektur Berlin Timur—jendela-jendela tinggi berbingkai kayu, pagar besi hitam yang mulai kusam, dan taman kecil di depan rumah yang kini dipenuhi dedaunan gugur yang belum tersapu. Gerimis turun tipis, menyelimuti segalanya dengan kilau basah yang dingin. Leonhardt keluar lebih dulu. Langkah kakinya mantap saat membuka pintu untuk Margarethe dan Adelheid. Tatapannya menyapu sekeliling dengan cepat—kebiasaan lama yang tak pernah benar-benar pergi. Tangannya secara naluriah menyentuh sarung tangan kulit hitam yang terselip di saku dalam mantelnya. Tak satu pun dari mereka berbicara. Jendela rumah Ernst tampak gelap. Tak ada cahaya dari ruang depan—hanya sinar samar dari lantai atas, tanda bahwa pria tua itu mungkin belum tidur. Margarethe melangkah ke depan dan menekan bel. Tak lama kemudian, langkah kaki terdengar dari dalam. Bukan langkah pelayan. Bukan langkah asin

  • ERBLINIE: Warisan Dosa dan Pernikahan Palsu Sang Agen   Pulang dengan Kebohongan yang Rapi

    Hujan belum juga reda malam itu. Di kamar tamu yang remang, cahaya lampu hanya menyentuh sebagian wajah mereka—menciptakan suasana seperti ruang interogasi yang sunyi, tempat kebenaran tak pernah benar-benar diucapkan dengan lantang. Leonhardt berdiri di dekat meja kecil. Di hadapannya terbentang sketsa kasar rumah Ernst Vogel, digambar cepat di atas kertas lusuh dengan tinta yang masih tampak basah di beberapa garis. “Dokumennya tidak ada di ruang kerja,” katanya tenang, tanpa perlu menatap mereka. “Bukan pula di brankas bawah lantai. Aku yakin Ernst menyimpannya di tempat yang paling—” Ia berhenti sejenak, memilih kata. “—pribadi.” Margarethe berdiri tak jauh darinya. Tatapannya mengikuti garis-garis sketsa itu dengan sorot mata yang penuh pertimbangan. Ia mengenal rumah itu. Mengenal Ernst. Bukan hanya sebagai ayah angkat—tapi sebagai seseorang yang pe

  • ERBLINIE: Warisan Dosa dan Pernikahan Palsu Sang Agen   Mencuri Kebenaran dari Orang yang Kita Cintai

    Margarethe dan Adelheid menoleh bersamaan. Adelheid cepat-cepat menyeka sudut matanya, lalu duduk tegak, seperti seseorang yang berusaha menyembunyikan kelemahan sebelum orang lain sempat melihatnya. Margarethe bangkit perlahan dan membuka pintu—ragu, tapi tak mundur. Di ambang pintu berdiri Leonhardt. Mantel panjangnya masih basah oleh sisa hujan, rambutnya sedikit kusut, tapi wajahnya tetap tenang, serius seperti biasa. Sorot matanya langsung menyapu ruangan, berhenti sejenak pada Edelheid, lalu kembali ke Margarethe. “Kita harus bicara,” katanya datar. Lalu, tanpa basa-basi, ia menoleh pada Adelheid. “Denganmu juga.” Tanpa menunggu persetujuan, Leonhardt melangkah masuk. Pintu menutup pelan di belakangnya, dan udara di kamar seolah berubah tekanan—lebih berat, lebih padat. Ia berdiri

  • ERBLINIE: Warisan Dosa dan Pernikahan Palsu Sang Agen   Rahasia yang Memilih Kami

    “Jawaban itu tidak akan mengubah apa pun,” ujar Leonhardt akhirnya. Suaranya tenang, tapi ada beban berat di setiap katanya. “Tapi bisa menghancurkan segalanya.” Margarethe melangkah lebih dekat. Jarak di antara mereka menyempit—bukan karena dorongan emosi, melainkan keputusan. “Maka biarkan aku yang menentukannya.” Leonhardt menatapnya beberapa detik. Lalu ia menghela napas pelan, seolah menerima sesuatu yang tak bisa lagi ditunda. Ia berbalik ke rak buku di belakang meja kerjanya, menekan sisi kayu tertentu. Klik. Dinding kayu itu bergeser perlahan, membuka ruang sempit yang tersembunyi rapi di baliknya. Leonhardt meraih sebuah map cokelat tua—tebal, berdebu—lalu membawanya kembali ke meja dan meletakkannya tepat di hadapan Margarethe. “Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar pernikahan ini,” katanya pelan. “Sesuatu yang melibatkan ayahku… dan mungkin juga keluargamu.” Ia membuka map itu. Foto-foto hitam-putih tersaji satu per satu. Gedung laboratorium terpencil.

  • ERBLINIE: Warisan Dosa dan Pernikahan Palsu Sang Agen   Ketika Kebohongan Kehabisan Malam

    Malam itu udara terasa berat. Langit di luar menggantung kelabu, masih menyisakan sisa hujan sore yang menempel di kusen jendela dan aroma tanah basah yang mengambang di udara. Di kamar tamu lantai atas, lampu gantung berayun pelan, memantulkan cahaya temaram ke dinding dan perabot tua yang terlalu rapi untuk disebut hangat. Margarethe duduk di tepi ranjang, sebuah dokumen terbuka di pangkuannya. Lembaran-lembaran tua. Kertas menguning. Di pojok atas—sebuah lambang yang langsung dikenalnya, bahkan sebelum matanya benar-benar fokus. Simbol intelijen. Simbol yang selama ini tersembunyi rapi di balik ketenangan Leonhardt. Jarinya menggenggam kertas itu erat, seolah menahan getaran yang merambat naik dari telapak tangan ke dadanya. “Langkah ini…” bisiknya pelan.

  • ERBLINIE: Warisan Dosa dan Pernikahan Palsu Sang Agen   Meja Tertutup, Darah Terbuka

    Langkah sepatu kulit menyusuri lorong berkarpet merah tua yang dijaga ketat. Leonhardt berjalan setengah langkah di belakang Friedrich—cukup dekat untuk disebut bayangan, cukup jauh untuk tidak terlihat sebagai anak yang mengikuti. Friedrich tampak tenang, bahkan nyaris puas. Tapi di balik wajahnya, tak ada jejak kemenangan yang benar-benar hidup. Mereka dibawa memasuki sebuah ruang kecil berpanel kayu tua, bergaya kolonial. Dua pria tanpa insignia berdiri di dekat pintu—netral, dingin, dan terlalu profesional untuk disebut pengawal biasa. Di dalam ruangan itu, tiga orang telah menunggu. Yang pertama, Duta Besar Inggris: Sir Malcolm Hargrove. Jas abu-abu sempurna, saputangan biru muda terlipat terlalu rapi—seperti seseorang yang percaya keteraturan bisa menahan kekacauan. Di sisi lain, Letnan Colbert dari Prancis, duduk santai sambil mengaduk kopi hitam. Aromanya pahit, menusuk udara, seolah sengaja dibiarkan begitu. Dan di sudut ruangan, Ny. Irina Petrovna dari Uni Soviet.

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status