author-banner
Pilar Waisakha
Pilar Waisakha
Author

Novels by Pilar Waisakha

ERBLINIE: Warisan Dosa dan Pernikahan Palsu Sang Agen

ERBLINIE: Warisan Dosa dan Pernikahan Palsu Sang Agen

“Istriku adalah rahasia negara. Dan aku adalah algojonya… yang mulai jatuh cinta.” Ia menikah demi misi. Ia mencintai demi kehancuran. Berlin pasca-perang — dunia di mana kebohongan bersembunyi di balik kehormatan. Margarethe Vogel terjerat dalam pernikahan palsu dengan Leonhardt von Richter, bangsawan sekaligus agen intelijen yang menyimpan rahasia lebih gelap dari perang itu sendiri. Ketika penyamaran berubah menjadi kenyataan, dan masa lalu mereka terbuka seperti luka lama, cinta dan kebenaran menjadi dua hal yang tak bisa diselamatkan bersamaan. Pernikahan hanyalah awal. Permainan sebenarnya baru dimulai.
Read
Chapter: Malam Ketika Kesetiaan Diuji
Leonhardt angkat bicara—halus, namun cukup tegas memotong arah serangan. “Dia tamu di rumah ini. Jika ada kekeliruan, itu tanggung jawabku.” Nada suaranya datar seperti baja dingin. Friedrich mengalihkan tatapan. “Kau terlambat makan malam. Kau membiarkan istrimu berjalan sendiri di rumah asing. Dan kau tidak memberi instruksi apa pun kepada adik iparmu.” Leonhardt tidak bergeming. “Kukira rumah ini cukup aman, Ayah.” Kata Ayah diucapkan seperti gelar militer—bukan panggilan keluarga. Margarethe menahan napas. Adelheid memandang mereka bolak-balik seperti penonton pertandingan anggar kelas bangsawan. Friedrich menyandarkan diri, wajah tetap tanpa emosi. “Rumah ini aman bagi mereka yang tahu cara berjalan di dalamnya.” Tatapannya kembali menembus Margarethe. “Dan bagi seorang istri keluarga von Richter… kedudukan itu menuntut kecermatan.” Itu bukan nasihat. Itu ujian yang dilemparkan seperti tantangan resmi. Margarethe menegakkan bahu. Sorot matanya na
Last Updated: 2025-12-11
Chapter: Dipanggil ke Meja Sang Jenderal
Ruang makan keluarga Von Richter sunyi seperti aula pengadilan yang menunggu vonis. Pelayan berjalan tanpa suara, menata peralatan makan seolah sedang menyusun bukti persidangan. Hanya denting logam halus yang menjawab keheningan. Friedrich sudah duduk tegap di ujung meja panjang itu, tubuhnya seperti monumen zaman perang yang menolak roboh. Tatapannya tidak mengarah pada makanan—melainkan pada pintu. Menunggu. Margarethe dan Adelheid masuk, menarik kursi dengan sopan seperlunya. Tidak ada yang menyebutkan satu fakta mencolok: seorang von Richter belum hadir. Atau mungkin… sengaja tidak disebutkan. Tanpa etiket bangsawan, Adelheid langsung mengambil garpu, gerakannya seperti seseorang yang sudah bertemu lapar dari dua generasi sebelumnya. Margarethe baru hendak mengangkat garpu ketika suara rendah Friedrich memotong udara: “Di mana Leonhardt?” Garpunya berhenti di tengah langkah. Adelheid membeku, mata membesar sedikit seperti kucing yang kepergok mencuri ikan. Ked
Last Updated: 2025-12-11
Chapter: Lorong yang Mengintai
Lorong rumah Von Richter terasa lebih panjang sore itu. Cahaya matahari condong masuk lewat jendela-jendela tinggi, menciptakan bayangan-bayangan tipis yang merayap pelan di sepanjang dinding seperti tangan-tangan halus yang mengikuti setiap langkah. Adelheid berdiri di tengah lorong, memelototi kiri–kanan seperti anak kecil yang dilepas di museum mahal tanpa tur pemandu. “Baik,” gumamnya pelan sambil menepuk pipi sendiri, “mari kita lihat… seberapa aneh keluarga baru kakakku ini.” Ia mulai berjalan. Di sudut lorong, sebuah patung wanita tanpa wajah berdiri anggun, gaunnya mengalir seperti dikerjakan pemahat dengan obsesi berlebihan. Adelheid mendekat sambil menyipitkan mata. “Patung tanpa muka… sangat menenangkan,” komentarnya datar. Ia mengetuk bahu patung itu pelan. Klik. Suaranya kecil, tapi cukup membuatnya membeku. “…hah?” “Fräulein.” Adel hampir melompat. Seorang pelayan muncul tepat di belakangnya—diam, rapi, dan terlalu dekat untuk dianggap normal. S
Last Updated: 2025-12-10
Chapter: Saat Ia Mengawasi dari Bayangan
Lorong panjang rumah Von Richter sunyi seperti lorong museum setelah jam tutup. Cahaya pagi menembus kaca patri, membentuk pola merah-biru yang terpantul di dinding—indah, namun terlalu dingin untuk disebut rumah. Leonhardt menaiki anak tangga pelan, kedua tangannya berada di saku mantel. Dari luar ia tampak tenang. Dari dalam—pikirannya belum berhenti bergerak sejak percakapan dengan ayahnya. Dua Vogel datang bersamaan… peringatan. Kata-kata Friedrich masih menggantung seperti asap mesiu yang menolak hilang. Setibanya di lantai atas, ia berhenti. Ada suara. Suara dua perempuan. Pelan. Tidak jelas. Tapi berbeda dari percakapan kosong yang biasanya memenuhi rumah tua itu. Ia mendekat beberapa langkah, berhenti tepat sebelum sudut koridor. Kamar tamu terbuka sedikit. Cahaya lembut jatuh ke lantai, menciptakan irama senyap yang terasa terlalu hangat untuk rumah Von Richter. Dari celah itu ia melihat—tidak sepenuhnya, hanya bayangan dan siluet: Margarethe duduk d
Last Updated: 2025-12-10
Chapter: Ketika Dua Vogel Masuk ke Sarang Serigala
Leonhardt hanya menunjuk satu pintu di ujung lorong, tanpa banyak komentar. “Kamar tamu yang paling jauh dari kamar kami,” katanya singkat. Setelah itu, ia kembali ke ruang makan dengan langkah tenang—tenang seperti seseorang yang memilih mundur dari medan perang yang ia tahu tidak bisa ia menangkan pagi-pagi begini. Margarethe menggiring Adelheid menyusuri lorong gelap rumah tua itu. Karpet Persia yang memudar meredam langkah mereka, sementara koper besar Edelheid berdecit setiap kali menabrak sudut dinding, seolah menuntut penjelasan mengapa ia ikut dalam drama keluarga bangsawan hari ini. ***** Friedrich duduk dengan tangan bersedekap, ekspresi tak bergeraknya seperti pahatan batu. “Siapa yang datang?” tanyanya datar. Tidak menoleh. “Fräulein Vogel,” jawab Leonhardt sambil kembali duduk dan meneguk kopi. Friedrich mendesis pelan—nyaris tidak terdengar. “Vogel…” Nada itu bukan kejutan. Bukan marah. Lebih seperti seseorang yang melihat nama lama yang berusaha ia
Last Updated: 2025-12-09
Chapter: Ketika Rumah Bangsawan Disusupi Adik Ipar
Cahaya pagi menerobos jendela besar kamar utama, memecah gelap yang tersisa. Butiran debu menari di udara, terlihat jelas di antara sinar lembut yang jatuh tepat di wajah Margarethe. Ia terbangun perlahan, mengusap wajahnya dengan gerakan yang lebih tampak seperti mengembalikan nyawanya. Dua hari tinggal di rumah von Richter—rumah megah, dingin, dan penuh bayangan—tidak memberi kesempatan sedikit pun untuk tidur nyenyak. Ia duduk, menatap keluar jendela seperti seorang jenderal yang sedang menyusun perang kecilnya sendiri. Saat ia menoleh, sofa di sisi ruangan kosong. Hanya jas Leonhardt tergeletak rapi di sana, ditinggalkan seperti jejak samar yang enggan menjelaskan dirinya. Margarethe menghela napas panjang dan bersandar pada sandaran ranjang. “Apalagi yang harus kulakukan di rumah ini…?” bisiknya ke ruangan kosong. Gelar Nyonya von Richter terasa seperti mantel mahal yang terlalu besar dan terlalu berat untuknya. ***** Sebastian turun dengan pakaian rapi, wajah setenang
Last Updated: 2025-12-08
Pengantin Bangsawan Yang Kubenci

Pengantin Bangsawan Yang Kubenci

Antara cinta dan dendam, siapa yang akan hancur lebih dulu?. Dendam membara menuntun Avelinne Rosse masuk ke lingkaran Sebastian Devereux—bangsawan anggur yang merampas warisan keluarganya. Namun di balik kebencian, ia mulai merasakan tarikan yang memabukkan. Saat cinta dan pengkhianatan berbaur, siapakah yang lebih dulu hancur? “Aku tidak mencintaimu, Sebastian… aku hanya ingin tanahku kembali.” - Avelinne Rosse. “Kau bisa merampas kebunku, Avelinne… tapi jangan pernah coba merampas hatiku.” - Sebastian Devereux.
Read
Chapter: Ketika Hening Melahirkan Pengkhianatan
Di dapur yang mulai sunyi, Sebastian menumpuk mangkuk terakhir. Gerakannya teratur seperti biasa, namun tiba-tiba ia berhenti—seolah ada sesuatu yang melintas begitu halus di udara hingga hanya naluri paling dasar yang mampu menangkapnya. Ia menegakkan tubuh, memiringkan kepala sedikit. Elowen, yang sedang mengeringkan tangan dengan kain lusuh, memperhatikannya. “Ada apa? Kau seperti… mendengar sesuatu.” Sebastian tidak langsung menjawab. Tatapannya mengarah ke lorong menuju kamar tempat Avelinne beristirahat—bukan curiga, hanya kepekaan tak jelas yang membuatnya meraih lentera. “Aku ingin memastikan Avelinne baik-baik saja.” Elowen menghela napas kecil, lalu mengambil Mocha yang mengekor di kakinya. “Baiklah. Sekalian aku bawa Mocha tidur.” Mereka berjalan menyusuri lorong remang menuju kantor, langkah keduanya lembut agar tidak mengganggu siapa pun yang mungkin sudah terlelap. Elowen sebenarnya ingin bercanda, tetapi melihat raut Sebastian—hati-hati, tapi tidak geli
Last Updated: 2025-12-11
Chapter: Keheningan yang Menyembunyikan Kehidupan
Langit di luar sudah menghitam ketika para pekerja pulang satu per satu, meninggalkan gudang dalam keheningan yang nyaman. Bangunan besar itu, yang biasanya dipenuhi suara langkah berat, denting perkakas, dan bisik-bisik percakapan para pekerja, kini seperti menutup dirinya sendiri. Hanya dapur kecil di sudut bangunan itu yang masih bercahaya—sebuah titik hangat di tengah gelapnya malam—beraroma sup dan rempah yang mengepul lembut, mengisi udara dengan kenyamanan sederhana yang sulit dijelaskan.Avelinne baru saja menutup panci ketika Elowen melahap suap demi suap dengan semangat yang hanya dimiliki gadis kelaparan. Gerakan tangannya cepat, seolah takut mangkuk itu akan direbut darinya kapan saja. “Pelan sedikit, Elowen. Kau bisa tersedak,” tegur Avelinne sambil tersenyum. “Ini terlalu enak untuk pelan,” jawab Elowen, mulutnya masih penuh. Ia menunduk pada Mocha di bawah meja. “Iya kan, Mocha?” Mocha mengeong kecil, mengunyah potongan daging yang diberi Elowen seolah menyetujui.
Last Updated: 2025-12-10
Chapter: Sekutu Senja dan Pengkhianatan Sunyi
Cahaya jingga senja merayapi kebun anggur Devereux yang mulai pulih. Sulur-sulur merambat naik, daun muda bergetar oleh angin lembut, dan bulir-bulir anggur menggantung berat, berkilau seolah dilapisi madu tipis. Marcus berjalan perlahan di antara deretan tanaman itu, sepatu botnya menginjak tanah lembap dengan ritme yang hampir sombong. Lucianne menyusul satu langkah di belakangnya—anggun, diam, namun mata hijaunya memantulkan perhitungan yang tak pernah padam. “Luar biasa,” gumam Lucianne sambil menyentuh satu tandan anggur. “Sepertinya sudah siap panen.” “Lebih dari siap,” sahut Marcus, dagunya terangkat sedikit. “Tak lama lagi aku punya bisnis anggurku sendiri. Devereux akan kembali bersinar di tanganku.” Lucianne tersenyum—senyum tipis seorang wanita yang tahu betul apa artinya berada di sisi pemenang. Dan aku, pada akhirnya akan menjadi satu-satunya nyonya Devereux di kastil itu, batinnya puas. Namun pikiran itu tergelincir begitu nama tertentu muncul dalam benaknya.
Last Updated: 2025-12-09
Chapter: Awal Keruntuhan yang Tak Terlihat
Begitu mobil berhenti, aroma fermentasi anggur menyambut mereka—hangat, manis, dan nyaris menenangkan. Avelinne menarik napas dalam-dalam seperti sedang kembali ke tempat yang selalu memeluknya. Elowen, lupa sejenak pada kecemasannya, berlari kecil sambil menggendong Mocha. “Osric! Kami kembali!” Osric muncul dari balik tumpukan tong kayu, wajahnya berseri. “Elowen! Nona Rosse. Senang melihat kalian lagi.” “Bagaimana fermentasi dan selainya?” tanya Elowen, matanya berbinar. “Semua berjalan baik,” jawab Osric. “Meski—jika boleh jujur—kami merindukan kehadiran kalian di sini.” Sebastian mendekat, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Kabar baiknya, aku sudah memutuskan menikahi Avelinne.” Osric terbelalak.
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: Pertanda yang Tak Seorang Pun Berani Sebut
Matahari siang memukul ladang anggur Marlowe dengan panas yang tak biasa—panas yang membuat udara bergetar, dan membuat setiap napas terasa seperti menelan logam. Di dalam rumah kecilnya, Marlowe duduk membungkuk, memperbaiki gunting besar yang bilahnya sudah tumpul. Ritme krek—krek dari batu asah memecah keheningan. Tiga ketukan keras menghajar pintu. Tidak ada salam. Tidak ada seruan nama. Marlowe berhenti. Gunting di tangannya nyaris terpeleset. Dengan napas berat, ia bangkit. Sepatu bot tuanya menghantam lantai batu dengan bunyi pendek yang seakan menandai awal sesuatu yang buruk. Ia membuka pintu hanya separuh. Di luar berdiri dua pria asing berjaket gelap, topi hitam menunduk rendah, wajah mereka tertutup bayangan. “Siapa kalian?” suara Marlowe serak, namun masih berusaha tegar. Pria di depan menjawab cepat, seperti seseorang yang tidak terbiasa ditanya balik. “Apa kau mengenal Avelinne Rosse?” Nama itu menghantam ruangan kecil itu seperti badai. Namun M
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: Saat Sang Putra Memilih Hasrat di Atas Darah
Pagi itu meja makan keluarga Devereux terasa terlalu sunyi. Hanya denting halus gelas teh Marcus yang beradu dengan piring—ritme kecil yang justru membuat keheningan tampak lebih tajam. Lucianne duduk di sampingnya dengan anggun; bahunya tegak, posturnya nyaris santai. Seperti seorang nyonya yang kembali menikmati paginya… walau semua orang tahu semalam kastil nyaris hancur moralnya. Pintu ruang makan terbuka perlahan. Lady Vareen masuk. Kecantikannya—yang biasanya begitu sempurna dan menuntut penghormatan—pagi ini tampak retak. Bekas cakaran Mocha masih memerah di sisi wajahnya, menurunkan wibawa itu beberapa derajat. Ada guratan lelah yang bahkan bedak tipis pun tak mampu sembunyikan. Marcus yang pertama bersuara. “Selamat pagi, Ibu.” Lucianne menyusul, suaranya lembut namun sarat ironi terbungkus satin. “Bagaimana lukamu? Sudah membaik?” Lady Vareen menarik napas sebelum duduk, seperti seseorang yang tidak yakin tubuhnya masih sanggup menahan martabatnya sendiri. “Aku tid
Last Updated: 2025-12-05
You may also like
Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan
Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan
Romansa · Rina Safitri
203.5K views
HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY
HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY
Romansa · Dita Sintiya
203.5K views
Gairah Paman Sahabatku
Gairah Paman Sahabatku
Romansa · Tari suhendri
201.7K views
SAAT KU TAK LAGI DIHARGAI
SAAT KU TAK LAGI DIHARGAI
Romansa · Reinee
201.4K views
(Not) His Sugar Baby
(Not) His Sugar Baby
Romansa · Susi_miu
200.9K views
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status