Adelheid menunduk, menggigit bibir bawahnya. Lalu ia mencoba tersenyum—senyum kecil yang terlihat rapuh di antara cahaya senja. “Hei, kita bisa kabur saja dari rumah. Kita buat tenda di luar, seperti dulu waktu kecil. Kau masak air hujan, aku masak rumput—dan kita pura-pura tak punya dunia selain itu.” Margarethe menatap surat di depannya lama. Kemudian, tanpa kata, ia meletakkan bolpen, melipat kertas itu dengan hati-hati, dan mengikatnya dengan pita biru kecil dari laci—satu-satunya pita yang masih ia simpan dari masa kanak-kanak mereka. “Kau tahu kenapa dulu aku membiarkanmu menang dalam setiap permainan masak-masakan itu?” katanya perlahan, suaranya tenang tapi lelah. “Karena aku tahu... aku tak bisa menang melawan kenyataan. Sekarang pun sama.” Ia berdiri, meraih mantel di gantungan. Gerakannya teratur, nyaris seremonial. Adelheid ikut berdiri, matanya mengikuti setiap gerakan kakaknya. “Kau tahu di mana rumahnya, kan?” tanya Margarethe, nadanya tenang, tapi matan
Terakhir Diperbarui : 2025-11-09 Baca selengkapnya