Chapter 48Tanda KeseriusanSuasanya kamar yang tadinya dipenuhi dengan desahan dan geraman, juga suara dua tubuh yang berbenturan kini menjadi hening. Evander menyurukkan kepalanya di ceruk leher Bianca seraya mengatur napasnya dan setelah beberapa saat ia mengangkat kepalanya lalu mendaratkan kecupan di kening Bianca yang memejamkan mata.Bianca perlahan membuka matanya dan tatapannya dan tatapannya bersobok dengan Evander, ia tersenyum canggung.Evander ragu-ragu tersenyum dan berkata, “Apa kau menyesal?” “Kenapa harus menyesal?” ucap Bianca seraya membelai kening Evander, mendorong rambut Evander ke atas. Evander kembali mengecup kening Bianca dengan lembut. “Aku sangat mencintaimu,” bisiknya.Bianca sudah mendengar kalimat itu berkali-kali saat mereka bercinta dan setiap Evander mengatakannya, Bianca merasakan jika tubuhnya terasa ringan seolah hendak melayang.Bianca tersipu dan mengusap pipi Evander. “Aku juga mencintaimu.” Evander menatap Bianca beberapa saat lalu berkata,
Chapter 47MilikkuEvander memeluk Bianca dari belakang, mereka berada dalam bathtub yang berisi air hangat dan ini adalah pertama kali mereka mandi bersama. Setelah kembali dari pusat rehabilitasi mental, Evander tidak banyak bicara bahkan saat mereka makan malam Evander lebih banyak diam, Bianca ingin bertanya apa yang dibicarakan Evander dengan ibunya, tetapi sepertinya kurang tepat karena setelah berbincang hanya berdua dengan ibunya mata Evander terlihat merah dan sembab. “Kau harus berjanji untuk tidak membuatku khawatir selama aku berada jauh darimu, oke?” kata Evander seraya meletakkan dagunya di pundak Bianca sementara tangannya berada di atas paha Bianca.“Aku tidak akan pingsan lagi, jangan khawatir,” kata Bianca sembari tersenyum tipis.“Ingat untuk selalu memberiku kabar, jangan mematikan ponselmu.” Bianca menoleh dan ujung hidungnya menyentuh pipi Evander. “Bukannya kau yang sering mematikan ponselmu?” Evander tersenyum hambar. “Aku tidak pernah melakukannya lagi, sek
Chapter 46Perlindungan IbuSelasa pagi Bianca telah berada di tokonya, ia keluar dari rumah sakit Senin pagi dan keadaannya dipastikan telah dipastikan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Rasanya kembali beraktivitas sangat menyenangkan, berada di rumah sakit meskipun hanya dua hari sungguh membosankan. Sebenarnya Bianca sudah merengek untuk meninggalkan rumah sakit sejak hari minggu sore karena ia tidak merasakan keluhan apa pun lagi, tetapi dokter mengatakan masih ingin mengobservasi keadaannya. Don seperti biasa disibukkan dengan tanamannya, ia terlihat lebih bersemangat karena cuaca pagi itu cerah dan hangat sehingga ia memindahkan beberapa tanaman di dalam pot agar mendapatkan cahaya matahari langsung sementara Alma seperti biasa membersihkan ruangan toko dan menata bunga-bunga di vas. Bianca membaca laporan aktivitas penjualan dan pengeluaran toko, ia juga memeriksa jumlah pesanan bunga hari ini.Pukul dua belas pintu tokonya digeser dan Bianca yang sedang membungkus buke
Chapter 45Fakta BaruPagi-pagi sekali Lisa tiba di rumah sakit, Bianca telah dipindahkan ke kamar inap. Dokter mengatakan kalau masa kritis Bianca telah berlalu dan hanya tidur karena efek obat yang dokter berikan, tetapi hal itu tidak membuat Evander merasa lega sebelum Bianca membuka matanya dan berbicara dengannya.“Apa kata dokter?” tanya Lisa seraya memegangi telapak tangan Bianca dengan lembut.“Keadaannya sudah stabil,” jawab Evander muram. Lisa menghela napas lega. “Syukurlah. Jangan khawatir lagi.”Evander menghela napasnya dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. “Aku sudah mencelakainya.” Lisa beringsut dan menatap Evander. “Jangan bilang begitu, ini murni kecelakaan. Tidak ada yang tahu.” “Seharusnya aku tidak ceroboh,” kata Evander penuh penyesalan. Bianca memiliki alergi alkohol dan tingkat alergi Bianca ternyata sangat tinggi, bahkan sisa alkohol yang tertinggal di mulut Evander saja membuat Bianca masuk ke ruangan ICCU. Bagaiamana jika Bianca suatu saat tidak sen
Chapter 44Keracunan?Setelah mengobrol tidak lebih dari lima menit dengan Isabel, Evander meninggalkan tempat pesta dan tidak menyangka di pintu keluar ia bertemu Delina yang masih mengenakan pakaian formal. Delina menyapa Evander, tetapi Evander hanya menganggukkan kepalanya karena terburu-buru untuk pulang.Ia sudah berjanji pada Bianca untuk pergi berkencan di luar, tentu saja bukan makan malam romantis di restoran karena watu sudah terlalu larut untuk makan malam dan mereka telah makan malam di rumah sebelum Evander pergi ke pesta ulang tahun Isabel. Evander mengemudikan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi karena khawatir Bianca menunggunya terlalu lama, juga ia ingin segera melamar Bianca. Evander mengambil kotak cincin di box organizer lalu memasukkannya ke dalam saku celananya. Ketika tiba di tempat tinggalnya ia mendapati Bianca sudah rapi mengenakan bluse berbahan lembut berwarna ivory yang dimasukkan ke dalam celana longgar hi-waist berwarna taupe sementara rambutnya
Chapter 43Penuh Kepura-puraan Evander mengemudikan supercar yang dua jam yang lalu diantar oleh Valeria dan mengganggu kegiatannya dengan Bianca. Mobil itu bernilai jutaan Euro, ia tidak menyangka jika ayahnya akan begitu saja membelikannya Bugatti padahal Evander hanya mengatakan secara acak mobil yang diinginkannya. Evander tidak mengambil pusing, toh jika kembali berselisih dengan ayahnya, ia akan mengembalikan mobilnya meskipun Evander tidak mengharapkan perselisihan dengan ayahnya lagi. Evander menggeser tutup box organizer yang terletak di samping joknya lalu mengambil sebuah kotak perhiasan, di dalamnya terdapat sebuah cincin yang bertatahkan berlian. Ia baru membeli cincin itu tadi siang dan meletakkan di mobil lama Bianca, tidak membawanya pulang karena khawatir Bianca menemukannya lalu saat hendak pergi ke pesta ulang tahun Isabel, ia memindahkan cincin itu ke mobil barunya.Evander tersenyum puas lalu meletakkan kembali kotak itu ke dalam tempat semula sembari memikirka