Share

Elina and The Eight Ghost
Elina and The Eight Ghost
Penulis: prince_elina

Chapter 1

Namaku Elina Salim, dan mempunyai nama lain Elina Vladimira Shaqueela Verischa Evrenera Roux biasa di panggil Eline atau Dear. aku berusia 7 tahun. Saat itu aku bisa melihat seseorang kakak laki-laki sedang duduk di samping tangga tanpa sadar aku mendekatinya dan duduk di sebelahnya dan bertanya, "Kakak-kakak sedang apa? Ayuk main, kak."

Anak laki-laki itu hanya diam bagaikan patung. 

Setiap hari Eline melihatnya hanya duduk di sana tanpa bergerak sedikitpun seolah-olah dirinya memikirkan sesuatu tanpa terganggu olehku.

"Kak, Eline sendirian."

"Kak, Eline ngga ada teman."

"Kak, ayuk main sama Eline."

"Kakak ngga ngomong-ngomong, Eline sedih."

"Yasudah. Kalau kakak ngga mau ngomong sama main dengan Eline."

"Eline ngga akan ganggu kakak lagi."

Beberapa hari berlalu Eline yang terus berbicara dengan anak laki-laki itu akhirnya berhenti bicara dengannya dan menggambar setiap hari.

Eline mahir menggambar dan selalu membawa buku gambarnya kemana-mana.

Eline melewati tangga dan melihat anak laki-laki itu tersenyum menyeramkan.

"Aaahhhh." Eline teriak histeris karena wajahnya penuh dengan sayatan.

Naila yang duduk membaca majalah di ruang tamu terkejut mendengar teriakan Eline dan terburu-buru menghampirinya.

"Ada apa, Dear. Kenapa kamu berteriak." tanya Naila lembut.

"Itu, Mom." Eline menunjuk ke arah tangga dengan takut-takut.

Naila tidak melihat siapa-siapa di sana dan berkata, "tidak ada siapa-siapa di sana, Dear."

"Ada, Mom. Di sana ada kakak laki-laki." Eline bersihkeras bahwa ada orang di sana.

Eline menggambar dan menunjukkannya kepada Naila. Naila melihat gambar tersebut dan terkejut karena gambar itu penuh dengan sayatan di sekujur tubuh dan wajahnya.

"Gambar siapa itu, Dear." tanya Naila penasaran.

"Kakak yang duduk di tangga itu Mom." jawab Eline polos.

"Tapi tidak ada siapa-siapa, Dear." kata Naila.

"Ada, Mom. Ada kakak laki-laki di sana." ucap Eline.

Naila melihat putri tunggalnya hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat kelakuan putri semata wayangnya dan berkata, "Iya, Mom percaya, Dear. Ada kakak laki-laki di sana."

Naila melirik ke arah jam ternyata sudah pukul 4 sore. Naika pergi ke dapur untuk memasak dan Eline berjalan-jalan di sekitar rumahnya.

Eline melihat anak kecil yang seumuran dengannya dan bertanya, "Mau main?"

Anak-anak itu mengangguk dan bermain sampai ayahnya pulang.

"Besok datang ke sini main lagi."

Anak-anak itu mengangguk dan Eline masuk ke dalam rumah bersama ayahnya.

"Dear, dengan siapa kamu bicara tadi?" tanya Andri.

"Eline bicara sama Sasa, Edo, dan Kevin, Dad." jawab Eline jujur.

Andri mulai bermulai bertanya kepada istrinya, Naila. Naika menceritakan semuanya, Andri cukup terkejut dan mulai melihat putri kecilnya yang tertidur lelap.

"Ini gambar yang ia gambar tadi."

"Gambar ini. Mustahil."

"Kenapa wajahmu terkejut begitu."

"Ikut aku sekarang." Naila mengikuti Andri ke sebuah ruangan. Sebuah ruangan tua yang berisi buku-buku tua, dan koran tua.

Andri mengobrak-abrik ruangan itu dan akhirnya menemukan yang ia cari, sebuah koran lama.

"Lihat itu." kata Andri sambil menyerahkan koran lama itu.

Naila mengambil koran lama itu dan melihatnya, "Anak ini persis seperti yang gambar putrinya hanya saja penuh sayatan di sekujur tubuhnya."

"Nai, kamu lihat tanggalnya."

"Tahun 1808. Ia tiba-tiba menghilang setelah turun dari pesawat M-709 ke Indonesia."

"Terus kamu lihat namanya."

"Nielsen Willem Roux. Apa hubunganmu dengan keluarga Roux?"

"Ya, itu nama keluargaku di Prancis. Sepuluh tahun lalu aku kabur dari rumah karena tidak mau menikah dengan orang yang mereka pilih untukku dan menggunakan nama panggilan yang diberikan ibuku dibandingkan dengan nama yang mereka berikan."

"Setelah kabur, aku datang ke Indonesia untuk memulai perusahaan lagi. Usahaku membuahkan hasil setelah empat tahun."

"Jadi waktu itu kamu melarikan diri dari pernikahan."

"Ya, keluargaku menjodohkanku dengan keluarga Sanchez."

*Apa? Sanchez."

"Ya. Ada apa, Nai."

"Tidak. Tidak ada apa-apa. Apa kamu ingin kembali ke Prancis?"

"Aku ada rencana untuk kembali ke Prancis. Bagaimanapun sepuluh tahun telah berlalu."

"Aku dan Eline akan ikut denganmu ke Prancis."

"Seminggu lagi kita akan pergi ke Prancis. Aku akan menghubungi temanku dan akan kembali." ucap Andri.

Keesokan harinya, Eline terbangun dan terkejut melihat kakak laki-laki itu berada disampingnya.

"Maaf membuatmu takut tadi malam." kata anak laki-laki itu.

"Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong siapa namamu? Namaku Eline."

"Entahlah. Aku juga tidak tahu, Eline. Bisakah kamu memberiku nama?" tanya anak laki-laki itu.

Eline mengangguk dan memikirkan nama yang cocok untuknya, dan berkata, "Bagaimana kalau Peter? Ya Peter."

"Peter, tidak apa-apa." kata anak laki-laki itu.

"Kalau begitu aku akan memanggil Peter mulai sekarang." ucap Eline sambil tersenyum polos.

Naila melihat putrinya bicara sendirian dan bertanya, "Dear, dengan siapa kamu berbicara."

"Mom, Eline berbicara dengan Peter." jawab Eline.

"Peter. Siapa dia?" tanya Naika kembali.

"Kakak laki-laki yang duduk di tangga itu, Mom." jawab Eline polos.

"Kita akan pergi ke Prancis dalam seminggu. Bukankah kamu selalu ingin pergi Prancis, Dear." kata Naila sambil mengalihkan pembicaraan.

"Wow, Mom. Thank you, Mom. Muah. Eline senang." Eline langsung menghampiri dan mencium pipi kanannya.

"Dad, tidak di cium juga." kata Andri yang terkekeh melihat putrinya dan menggendongnya di pangkuannya.

"Muah." Eline mencium pipi kirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status