Share

Chapter 6

Eline bangun jam lima pagi setiap hari untuk berlari dua kilometer setiap pagi sejak berumur tiga belas tahun berkeliling kompleks dan melupakan apa yang ia mimpikan dan tidak menghiraukannya dan menganggap angin lalu sebagai mimpi indah yang ia lupakan.

Eline memang tidak tahu apa yang akan dihadapinya di masa depan tetapi orang tuanya menyewa tutor seni bela diri untuknya untuk melindungi dirinya sendiri sejak ia berumur sepuluh tahun, sejak hari itu setiap minggu ia mempelajari seni bela diri sampai sekarang.

Tahun lalu Eline penasaran dengan Hacker jadi ia diam-diam mempelajari tentang komputer dan berhasil membuat virus komputer yang bernama Uniqe Vladirmia. Setelah menyelesaikan virusnya, Eline mempersiapkan diri untuk pergi ke Jepang bersama teman-temannya.

Ketika hari keberangkatan Eline memakai kimono modifikasi yang bisa di atur sesuai dengan tinggi dan bentuk tubuhnya hadiah ulang tahun ke-13nya dan itu terbuat dari sutra halus bordir berwarna putih-pink dengan kelopak bunga sakura.

"Wow, Line. Kimonomu cantik di mana belinya?" tanya Cindy penasaran.

"Ini hadiah ulang tahun ke-13 di buat khusus untukku oleh ibuku." jawab Eline.

"Oh, begitu." kata Cindy.

Walaupun mereka semua kaya sebanding dengan kekayaan keluarga Roux. Pakaian yang di pakai Eline bisa mencapai harga ratusan juta belum lagi sepatu, aksesoris dan sebagainya bisa mencapai miliaran.

Kipas yang dipegangnya itu modifikasi khusus yang di buat untuknya dan dikatakan harganya mencapai € 50.000.000, menurut rumor yang beredar. Bisa dikatakan Eline dimanjakan dengan barang-barang super mewah dengan harga fantastis.

Eline yang sudah terbiasa memegang kipas dengan beratnya 220 gram itu di tangannya dan membawanya kemana-mana tanpa melepaskannya kecuali di rumah.

Sesampainya di Jepang mereka berempat beristiharat di hotel yang telah di pesan satu orang satu kamar untuk privasi masing-masing. Kamar mereka berempat bersebelahan dan bersebrangan.

Grup CESW

"Kita pergi ke kuil Jepang yang bernama kiyomizudera mau ngga?" (Cindy)

"Boleh." (Siska)

"Tidak apa-apa." (Eline)

"Hm, boleh juga." (Wenny)

"Jadi sepakat kita pergi ke kuil besok." (Cindy)

"Oke/Ya." (Eline, Siska, dan Wenny)

Keesokan harinya mereka berempat mengenakan pakaian casual untuk pergi ke kuil.

Mereka pergi ke kuil Kiyomizudera di Kyoto menggunakan bus umum. Eline bisa berbahasa jepang dengan lancar.

Mereka bertiga melongo melihat aksen jepang Eline yang seperti orang jepang.

"Ada apa? Terkejut." tanya Eline kepada mereka bertiga.

Mereka mengangguk kepada Eline.

"Berapa bahasa yang kamu kuasai sih, Line?" tanya Siska penasaran.

"Tunggu biar ku hitung dulu dari Jepang, Inggris, Mandarin, Jerman, Rusia, Belanda, Prancis, Italia, Korea, sama ada beberapa bahasa yang baru ku pelajari ada lima lagi." jawab Eline.

"Otakmu itu terbuat dari apa sih? Kayak komputer aja bisa nampung ini itu. By the way, kamu juga belajar kedokteran tahun ini." tanya Siska heran.

"Itu karena aku pintar." kata Eline sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Iya, Line. Aku tahu kamu itu pintar." kata Siska.

"Kita sudah sampai di kuil Kiyomizudera ayo turun." kata Wenny dengan bahasa inggris.

Mereka berempat turun dari bus dan berdoa di sana setelah berdoa mereka mencicipi makanan di sana terutama dango, taiyaki, gyoza, onigiri, takoyaki, dan okonomiyaki jajanan khas Jepang.

Mereka kemudian kembali ke hotel dan kembali tidur.

Keesokan harinya mereka berempat pergi ke museum bersejarah jepang mereka berempat berpencar dan melihat-lihat dan kembali berkumpul di luar museum pukul lima sore.

Eline yang melihat-lihat museum bertemu dengan seorang tentara di dalamnya dan tentara itu berkata, "Tidak ada yang diizinkan masuk ke sini kecuali diizinkan untuk masuk baru bisa masuk."

"Maksud perkataanmu itu apa?" tanya Eline penasaran.

"Kalau kamu mau keluar dari sini kamu harus membawaku juga." kata tentara itu.

"Baiklah aku akan membawamu keluar setelah keluar kita berpisah bagaimana?" tanya Eline.

"Itu tergantung pada situasinya." jawab tentara itu.

"Ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya Eline kepada tentara itu.

"Hm, entahlah. Aku lupa namaku." jawab tentara itu.

Eline melihat nama yang pin nama di baju kanan bagian atas bertuliskan Genji.

"Namamu Genji itu yang tertera di pin namamu." ucap Eline menggunakan bahasa jepang standar sederhana.

"Bahasa jepangmu, Gen. Sangat berat dan tradisional. Sudah berapa lama kamu terjebak di sini?" tanya Eline kepada Genji.

"Mungkin puluhan sampai ratusan tahun tetapi tidak ada yang pernah datang ke sini kecuali kamu yang di takdirkan untuk datang." jawab Genji.

Mereka berdua mengobrol selama perjalanan keluar dari museum.

Genji sebenarnya adalah jendral muda dimasanya dan entah bagaimana dirinya terjebak di meseum ini selama bertahun-tahun.

Mereka berdua keluar dari museum dan jam baru menunjukkan pukul empat sore jadi Eline duluan keluar dari museum yang hancur dan tidak pernah digunakan lagi.

Eline mencari makanan jalan untuk di makan bersama teman-temannya, Eline memilih melonpan, roti jepang yang seperti tekstur renyah dan keras seperti melon dan lembut dan manis di dalamnya.

Eline membeli empat buah melonpan di toko dan membeli senbei di pinggir jalan.

Eline kembali ke museum tempat mereka berkumpul sebelum masuk dan berpencar.

Mereka bertiga keluar dari museum dan melihat Eline memegang makanan ditangannya.

"Ni, ambil masing-masing satu rotinya." kata Eline sambil membuka kantong plastiknya.

Mereka masing-masing mengambil satu roti dan mengambil beberapa senbei dab memakannya.

"Ini lembut dan manis di dalam apa ini? Dan yang ini juga renyah." tanya Cindy.

"Di luar renyah dan keras, ini enak manis." kata Wenny.

"Enak, aku suka. Ini apa?" tanya Siska setelah komentar.

"Ini namanya melonpan dan senbei. Baguslah kalau kalian suka." jawab Eline.

Setelah menghabiskan melonpan mereka pergi ke restoran untuk makan malam. Mereka memesan empat mangkuk ramen, sepiring tonkatsu, dua piring kaiseki ryori, dan sipiring yakitori. Semuanya dibayar dengan harga ¥5000.

Dan berbelanja keesokan harinya di Ginza jepang. Mereka berempat bersenang-senang dan membeli pakaian. Eline membeli sepasang kalung yang membuatnya melihatnya dan tertarik untuk membelinya dengan harga murah sekitar ¥50.

Setelah membelinya Eline memakai Pheonix di lehernya dan yang naga di simpan di dalam tasnya.

Eline membeli pakaian untuk keluarganya masing-masing punya 2 set baru.

Setelah selesai berbelanja dan membeli beberapa makanan ringan dan mainan anak-anak untuk di bawa pulang.

Mereka berempat mengepak tas mereka dan siap untuk kembali ke Prancis.

Di bandara 東京国際空港 Tōkyō Kokusai Kūkō. Bandara Internasional Tokyo. Mereka langsung menaiki pesawat untuk First class.

Sesampainya di bandara prancis.

Sudah ada supir yang menunggu untuk menjemput mereka.

Mereka berempat masuk ke dalam mobil dan kembali ke rumah Roux dan Eline masuk ke dalam kamarnya sementara teman-temannya kembali ke rumah masing-masing dan tidur setelah masuk ke kamar.

Beberapa hari kemudian Eline membongkar hadiahnya dan membagikan kepada keluarganya.

Masing-masing mendapat dua set pakaian dan makanan ringan dan mainan untuk keponakan-keponakan kecilnya.

Beberapa keponakan-keponakan kecilnya langsung memeluk dan mencium pipinya secara bergantian.

Setelah itu mereka pergi berhampuran setelah mendapat yang di inginkannya dan bermain dengan anak-anak di sebelah.

Eline ingin hidup seperti ini selalu, dan ia tidak ingin meminta apapun lagi kepada Tuhan. Sebuah senyum kecil muncul dibibirnya yang membuatnya seolah-olah seperti malaikat yang jatuh ke bumi.

Siapapun yang melihat senyumnya pasti akan terpesona padanya dan pandangan tidak bisa lepas darinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status