Home / Romansa / Emergency Couple / Chapter 4: Couple Goals

Share

Chapter 4: Couple Goals

Author: Anaa
last update Last Updated: 2024-08-31 22:10:42

Samudra menghembuskan napanya kasar, lelaki itu tidak sedang dalam kondisi baik, memukul samsak boxing dengan membabi buta, meluapkan segala emosi yang mengganjal di dalam hatinya.

"Bang Sam...."

Seorang perempuan memanggilnya, membuat atensi Samudra teralihkan, memandang perempuan yang memanggilnya sambil tersenyum lebar.

"Iya? Ada apa, Sya?"

Disya yang sedari tadi menyembulkan kepalanya dibalik pintu masuk, ikut menampilkan senyumnya, memperlihatkan sebuah nampan yang terdapat segelas minuman dingin untuk Abangnya. "Boleh Disya masuk?"

Samudra tentu saja mengangguk, menghampiri Disya dan mengambil alih nampan yang masih dipegang oleh adiknya, mengajak Disya untuk duduk di salah satu sofa yang memang ada di ruangan itu.

"Terima kasih," kata Samudra yang langsung meneguk minuman itu hingga habis setengahnya.

Disya mengangguk sebagai balasan. "Abang lagi ada masalah ya, hm?" tanya Disya yang membuat Samudra mengernyitkan dahinya bingung. "Kata Mamah Gina, kalau Abang lagi ada masalah pasti mukul boxing, tadi Disya lihat muka Abang juga tegang banget, kaya orang marah."

Samudra terkekeh, mencoba mencairkan suasana. "Masa Abang mukul samsak boxing sambil ketawa-ketawa, kan ngga ada yang lucu, Sya."

Disya ikut terkekeh. Benar apa yang dikatakan Abangnya, tidak mungkin ada orang yang memukul samsak boxing sambil tertawa? Bukankah akan terlihat sangat aneh? Tapi Samudra memang saat ini sedang dalam keadan tidak baik-baik saja.

"Mba Ais mau ke sini dulu ya, nanti?" tanya Disya.

Samudra mengangguk sambil menyeka keringatnya. "Sengaja booking penerbangan besok lusa. Mau bagiin undangan ke beberapa temannya secara langsung katanya."

Disya menganggukkan kepalanya mengerti.

Naisya akan menikah dengan Nando, lelaki kelahiran Solo yang ditemuinya di London. Samudra kira, Naisya tidak akan pernah memutuskan untuk mempunyai hubungan dengan seseorang lagi setelah kejadian beberapa tahun yang lalu. Naisya lebih fokus dengan Kai akhir-akhir ini.

Nando datang seorang diri ke rumah, memperkenalkan dirinya sendiri, langsung meminta ijin kepada Doni dan Samudra untuk menikahi Naisya. Terkejut? Tentu saja! Awalnya bahkan Samudra menentang dengan keras hal itu. Naisya juga tentu sangat terkejut, mereka berdua tidak menjalin hubungan yang serius katanya, hanya sebatas kenal satu sama lain. Namun, Nando meyakinkan seluruh keluarga jika dia akan selalu berusaha membahagiakan Naisya. Samudra tidak tahu percis jalan percintaan mereka bagaimana, yang pasti Nando benar-benar berusaha meyakinkan Naisya.

"Ngga nyangka ya, Bang. Mba Naisya beneran mau nikah sama Mas Nando," komentar Disya.

Samudra mengangguk, lalu menyunggingkan senyumnya.

"Abang inget ngga, dulu Abang yang paling ketus sama Mas Nando, 'kan?" kata Disya sembari mengingat-ingat memori yang lalu sambil terkekeh pelan, menggoda Abangnya.

"Abang sudah pernah kecolongan, tentang kamu, tentang Ais. Abang ngga mau itu terulang lagi...."

Disya terdiam bungkam seketika. Kisah itu menjadi luka untuk banyak orang. Di sini Devan benar-benar satu-satunya orang yang paling brengsek, bukan?

Lelaki itu memang sudah merencanakan semuanya. Parahnya dia tahu semua cerita tentang keluarga Disya? Lelaki itu memang sengaja menghancurkan kehidupan kedua adiknya.

"Disya mau ijin keluar hari ini ya, Bang," ucap Disya mencoba mencairkan suasana yang langsung terasa hening karena ucapan Samudra.

"Mau ke mana?" tanya Samudra cepat, menatap Disya penuh tanya.

"Mau ke store, nanti sebentar lagi Fani jemput." Melihat Samudra yang sepertinya tidak yakin membuat Disya mengerucutkan bibirnya. "Disya ngga bohong. Nanti Fani jemput. Yumna, Alya juga di store kok," jelas Disya.

"Oke!"

Samudra mengangguk, lelaki itu setuju. Bukan tanpa alasan dia menjadi lelaki super protektif kepada kedua adiknya. Samudra hanya tidak ingin kejadian beberapa tahun silam terulang kembali.

"Oh iya, Abang juga sore ini mau ke Bandung 'kan?"

Samudra mengangguk. Dia hampir lupa dengan rencananya sore ini. Untung Disya mengingatkan.

***

"Sam... " Samar suara seorang perempuan terdengar oleh telinga Samudra, lelaki itu segera menolehkan pandangannya, menatap seorang perempuan yang duduk di sampingnya.

"Ya?"

"Kamu bengong ya?!" dumel perempuan itu sembari memukul lengan Samudra. "Meskipun jalanan lagi sepi, tetep harus fokus, Sam! Aku ngga mau kenapa-kenapa ya!" lanjutnya, kali ini matanya juga sudah melotot marah.

"Sorry...." Samudra mengelus lengan perempuan yang duduk di sampingnya lembut, lalu kembali fokus mengemudi.

"Aku tadi lagi ngajak ngobrol kamu lho, kamu ngga denger?"

Samudra membasahi bibirnya, pikirannya tadi benar-benar sedang dipenuhi oleh Naya. Siang tadi, Naya benar-benar membuat perasaan Samudra tak menentu.

"Tuh kan! Bengong lagi, males ah!"

Samudra kembali menatap perempuan yang ada di sampingnya. "Maaf ya, tadi kamu bilang apa? Apa yang mau kamu obrolin, hm?" Samudra menggenggam salah satu tangan perempuan itu, dengan tangan satunya yang masih memegang kemudi, Samudra menatap perempuan yang ada di sampingnya dengan tatapan lembut.

"Tante Eni pasti bertanya tentang kelanjutan pernikahan kita... kita harus gimana?" tanyanya dengan bibir yang dikerucutkan.

Raut wajah Samudra berubah seketika mendengar ucapan perempuan itu. Kembali mengalihkan pandangan ke jalanan yang dilaluinya. "Kamu mau gimana?"

"Aku ikut kamu," katanya. Melalui sudut matanya, Samudra bisa melihat jika perempuan di sampingnya tertunduk dalam.

Samudra kembali mengangguk. "Kita putuskan setelah rumah kita selesai seratus persen ya?"

Perempuan itu mengangguk.

"Kamu lapar? Ingin makan apa?" tanya Samudra mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Sate!" jawabnya semangat sambil menunjuk penjual sate yang berada di pinggiran jalan.

Samudra menampilkan senyumnya, mengacak bagian atas kepala perempuan di sampingnya sayang.

Raina—calon istri Samudra.

Perempuan yang dikenalnnya sewaktu masih mengenyam bangku kuliah. Raina dan Samudra—bukan rahasia umum lagi jika keduanya sering diberi julukan couple goals yang sesungguhnya. Semua karyawan di Rumah sakit, bahkan beberapa pasien, dan teman-teman keduanya sangat setuju jika mereka pada akhirnya menjadi pasangan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Emergency Couple   Chapter 25: Restu

    Samudra menghela napas untuk yang kesekian kalinya ketika dia sudah duduk di sofa ruang tengah, berhadapan dengan Gina yang sedang menatapnya dengan maniknya yang berkaca menyiratkan kekecewaan. "Kita berdua tidak saling mencintai, Mah. Raina juga sebenarnya mencintai Wisnu, bukan aku—" "Lalu kamu mencintai siapa?" tanya Gina cepat memotong ucapan Samudra. "Ada... seseorang, nanti aku kenalkan." Gina menggeleng pelan. "Terserah! Mamah peringatkan saja sejak awal, jangan salahkan Mamah kalau Mamah akan selalu membandingkan perempuan yang kamu pilih dengan Raina," katanya lalu beranjak pergi meninggalkan Samudra seorang diri. Jelas kedatangan Samudra ke rumah untuk menjelaskan alasan hubungan pertunangannya dengan Raina berakhir, tidak akan berujung baik, Gina marah—Samudra tahu, dia juga menebak hal seperti ini akan terjadi. Gina salah satu yang sangat-sangat setuju tentang hubungan Samudra dan Raina, bisa dibilang Raina adalah sosok menantu idaman, tidak hanya mempunyai paras yan

  • Emergency Couple   Chapter 24: Mengarang Cerita

    Keduanya memang merencakan untuk bertemu, besok mereka akan membicarakan tentang hubungan mereka kepada Devan dan Disya. Tentu saja harus ada persiapan sebaik munkin—harus mengarang cerita yang sangat menyakinkan, agar dimengerti Devan maupun Disya. Akan sangat kacau jika Naya dan Samudra tidak bertemu untuk membicarakan tentang ini terlebih dahulu. Pertemuan akan dilakukan sekitar jam tiga sore, menyesuasikan dengan pekerjaan Samudra, semalam sudah disepakati akan bertemu di caffe Angkasa dekat perumahan Naya—tetapi entah kenapa Naya bisa lupa dengan janjinya. Andai saja ia tidak lupa mungkin tidak akan jadi seperti ini—Samudra tidak akan datang ke rumah. Naya sedang berada di kamarnya sekarang, berbaring di kasur menatap langit-langit kamar, berharap rasa kantuknya akan datang. Mamahnya pergi sekitar satu setengah jam yang lalu, secara mendadak ia mendapat kabar jika Ria—salah satu temannya masuk ke rumah sakit. Meninggalkan Naya dan Kai di rumah—Samudra masih ada, sedang berm

  • Emergency Couple   Chapter 23: Kunjungan Samudra

    “Siapa?” “Gue kenal sama dia?” “Atau anak-anak yang lain ada yang kenal sama dia ngga?” “Lo kenal di mana?” “Kerjanya di mana?” “Anak keluarga mana? Kenalan bokap lo? Atau lo di jodohin ya, Nay?” “....” Naya hanya diam, tidak berniat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Stevani. Membuat perempuan itu terlihat kesal ketika Naya hanya diam mengabaikan pertanyaannya. “Ngga usah banyak tanya tentang dia, nanti aku kenalin dia sama kamu, sama kalian semua....” Kalimat yang jelas membuat mulut Stevani terdiam, beberapa kali perempuan itu terus memaksa Naya untuk bercerita, memintanya memberi tahu tentang calon suami yang dimaksud oleh Naya. Naya menggeleng, tetep kekeh dengan pendiriannya tidak akan memberi tahu. Akhirnya Stevani capek sendiri. Walaupun kesal karena Naya tidak memberi tahu, Stevani sangat senang mengetahui Naya sudah kembali membuka hatinya untuk seorang lelaki—Stevani berbicara seperti itu kepada Naya sebelum pergi dari kediaman Nay

  • Emergency Couple   Chapter 22: Calon Suami

    +628xxxxxxxxxx |Disya sedang pergi ke Jogja, pertemuan akan dilakukan setelah Disya pulang dari sana. Naya mengulum bibirnya, hatinya merasa sedikit lega ketika Samudra menggiriminya pesan seperti itu. Setidaknya masih ada beberapa hari lagi untuk mempersiapkan diri sebelum pertemuannya dengan Disya dan kakak lelakinya untuk membahas hubungan mereka. Memejamkan mata, Naya manarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh hingga wajahnya. Mencoba tidak memikirkan bagaimana tanggapan Disya dan Devan saat Naya dan Samudra memberi tahu tentang hubungan mereka—apa Disya dan kakak lelakinya akan sangat marah—sudah pasti iya ‘kan? Naya frustasi, tidak bisa menghentikan pikirannya. Suara ketukan pintu terdengar, membuat Naya langsung membuka selimut yang menutupi wajahnya. “Nay?” Mamahnya memanggil. “Iya, Mah,” balas Naya yang langsung menuruni kasur untuk membuka pintu kamar. “Mamah jemput Kai ya, kamu mau ikut atau di rumah saja, Nay?” tanya Maya ketika putri bungsunya baru saja membuka p

  • Emergency Couple   Chapter 21: Losmen

    Naya membuka matanya perlahan ketika merasa lapar, mengerjap pelan supaya penglihatannya jelas untuk melihat ke sekeliling. Menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, lalu mencoba duduk di tepi kasur sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya. Menundukkan wajahnya, matanya terbuka lebar ketika tubuhnya dibalut dengan kemeja berwarna hitam, seingatnya ia tidak punya kemeja sebesar ini. “Pakaianmu basah, tadi.” Suara lelaki yang tentu Naya mengenalnya terdengar di telinga, dengan refleks kepalanya menengok ke arah sumber suara. Lelaki itu berjalan masuk ke dalam kamar dengan membawa dua mangkuk yang terlihat jika makanan itu masih panas, terbukti dari asap yang mengepul bersumber dari makanan itu. Naya memberengut kesal ketika tahu jika pasti Samudra sendiri yang menggantikannya pakaian. Benar-benar mesum! Seingatnya ia menangis di depan Samudra di bawah guyuran hujan, lalu entah apa yang terjadi, kenapa juga ia berada di sini sekarang? “Kamu jatuh pingsan tadi. Tidak ada cara lain se

  • Emergency Couple   Chapter 20: Takdir Jahat

    Naya meremas permukaan dadanya kuat sekali, berharap rasa sakit yang timbul akan berangsur membaik, namun itu benar-benar tidak berpengaruh sama sekali. Naya memilih untuk memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Ia menunduk, menangis tergugu, dadanya semakin sesak rasanya. Naya sudah menahan mati-matian rasa sakit itu ketika berbicara dengan Nathan di dalam caffe. Menahan air matanya agar tidak keluar, hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja di hadapan lelaki itu. Kenyataannya tidak! Naya benar-benar hancur ketika mengatakan setiap kalimatnya. Apa yang dikatakan oleh Naya semuanya hanyalah kebohongan! Suara ketukan dari kaca mobil, membuat Naya mendongakkan wajahnya. Samudra ada dibalik pintu mobil, menatap ke arahnya. “Turun! Duduk di sana, saya yang akan mengantar kamu pulang.” Masih mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Samudra, Naya masih diam duduk di kursi kemudi. Namun, detik berikutnya, lelaki itu sudah menarik tangan Naya untuk keluar dari mobil. “Tidak!”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status