Share

Entangled in Love: Terikat Cinta
Entangled in Love: Terikat Cinta
Penulis: Nadia

Prolog

    Wanita berambut pirang itu masih melenguh dan mengeluarkan suara desahnya yang sangat erotis karena diterpa kenikmatan tak terhingga kala pria di atasnya terus menghujam liang kewanitaannya di bawah sana.

    Elline mencengkram seprei putih pada kasur yang ia tiduri. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan jeritan nikmat dari mulutnya, merasakan sensasi yang luar bisa ketika lidah Melvin bermain di dadanya.

    Dengan tubuh mereka yang masih menyatu di bawah sana, Melvin terus-menerus mendorong kejantanannya lebih dalam ke lubang kewanitaan Elline yang sempit dan telah mendamba klimaks. Bibirnya mulai menciumi leher jenjang Elline, menjilatinya dengan penuh nafsu dan sesekali menyesapnya dengan intens hingga membuat Elline menggeliat geli dengan diiringi suara desahnya yang begitu seksi.

    "Lebih cepat..." pinta Elline di sela napasnya yang memburu.

    Melvin tersenyum puas melihat betapa menggodanya wajah cantik Elline yang sedang kenikmatan di bawahnya. Sadar kalau dirinya pun sudah mendambakan kepuasan nafsu, Melvin pun menuruti permintaan Elline. Dia mempercepat dorongannya kepada lubang milik Elline, bergerak dengan brutal dan penuh nafsu, menghujani kewanitaan Elline dengan gerakan yang cepat.

    Suara desah Elline terdengar makin keras dan begitu menggebu-gebu. Ketika tubuh Elline menggelinjang, Melvin pun paham bahwa wanita itu hampir tiba pada klimaksnya. Karena ingin menyelesaikan permainan mereka ini secara bersama-sama, Melvin pun makin gencar menggenjot tubuh Elline.

    Hingga beberapa menit kemudian, suara lenguh dan erangan kenikmatan pun keluar dari mulut mereka berdua. Mereka akhirnya tiba pada kepuasan yang telah dinanti-nantikan.

    Melvin mengerang pelan dan memberikan beberapa hujaman terakhir kepada tubuh Elline sebelum akhirnya mengeluarkan kepemilikannya yang berbalut kondom dari lubang kewanitaan Elline.

    Melihat Elline yang napasnya masih tersenggal-senggal, Melvin mengecup kening gadis itu dan kembali meraup bibirnya. Ciuman panas terjadi di antara mereka, dan Melvin pun berbaring di sebelah Elline dan merengkuh tubuh wanita itu ke dalam dekapannya.

    "Kau sudah lelah, huh?" bisik Melvin tepat di telinga Elline sembari mengusap-usap punggung gadis itu.

    Elline hanya diam. Dengan pandangannya yang agak kabur karena pengaruh alkohol yang ia minum sebelumnya, ia memeluk Melvin dengan erat, seolah tak ingin menyudahi posisi mereka saat ini.

***

    Terpaan sinar matahari yang mengenai wajahnya membuatnya mengernyit dalam pejaman mata. 

    Kedua matanya mulai bergerak terbuka ketika ia sadar bahwa ada sebuah tangan yang memeluk tubuhnya dari belakang. Kepalanya terasa agak berat dan sakit. Ia yakin, ini pasti adalah pengaruh alkohol yang ia minum saat acara api unggun semalam.

    Setelah kedua matanya bisa terbuka sempurna dan pandangannya pun telah jernih, Elline memandangi tangan yang melingkar di pinggangnya. Ia menyadari bahwa itu adalah tangan Melvin, dan ia pun turut menyadari bahwa saat ini ia dan Melvin sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai benang pun di tubuh mereka.

    Elline terdiam mematung. Pandangannya mendadak kosong ketika ia mencoba untuk mengingat-ingat apa yang terjadi sampai ia dan Melvin bisa telanjang bersama di atas kasur.

    Setelah berpikir selama sepersekian menit, akhirnya Elline pun ingat rentetan kejadian semalam. Dirinya minum-minum hingga mabuk pada pagelaran api unggun yang selalu diadakan rutin setahun sekali oleh kumpulan mahasiswa seangkatannya. Tahun ini, mereka menyewa sebuah vila di wilayah Toms River, New Jersey.

    Setelah Elline berada di ambang batas kesadaran pada acara api unggun yang digelar di halaman vila, Melvin dengan baik hati mengantar Elline ke salah satu kamar di vila agar Elline bisa segera istirahat sehingga kesadarannya dapat kembali saat pagi hari.

    Dari situlah semuanya dimulai. Melvin yang tadinya hanya berniat untuk mengantar Elline ke kamar, malah harus diterjang ciuman oleh Elline yang mabuk. Dan setelah ciuman itu terjadi, persetubuhan pun tak terhindarkan.

    Elline termangu dalam bisu. Mengingat rentetan kejadian semalam, ia merasa cukup syok.

    "Kau sudah bangun?"

    Mendengar suara berat Melvin yang entah sejak kapan telah memeluknya dari belakang, Elline pun membalik posisi baringnya menjadi menghadap Melvin.

    Di bawah selimut yang sama, ia dan pria itu saling beradu tatap. Ia pun kemudian berkata dengan suara pelan, "Apa yang terjadi? Apa yang sudah kita lakukan?"

    "Semalam kau mabuk, Elline. Kau menciumku dan membuatku tidak bisa menahan diri. Maafkan aku," kata Melvin.

    Elline terdiam menatap lelaki yang merupakan sahabatnya itu. Perasaannya seketika menjadi campur aduk. Mengapa bisa-bisanya ia mabuk dan mencium sahabatnya sendiri? Tanpa sadar, sebenarnya ialah yang telah memancing Melvin untuk menyetubuhinya.

    "Maafkan aku," kata Melvin lagi. Dia menangkup wajah Elline, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik Elline, kemudian mencium kening gadis itu.

    "Kita benar-benar bercinta?" tanya Elline.

    Melvin mengangguk pelan.

    Gadis itu pun menghela napas pelan, "Apa yang akan kita lakukan sekarang? Apa yang akan terjadi pada kita?"

    Melvin membawa Elline ke dalam pelukannya. Sembari mengelus-elus rambut Elline yang kini bersandar pada dadanya, ia pun berkata, "Aku benar-benar minta maaf. Tapi aku bisa menjamin kalau kau tidak akan hamil. Aku menggunakan pengaman."

    "Bukan itu maksudku," balas Elline. Dia membalas pelukan Melvin, lalu melanjutkan, "Kita berteman sejak kecil, Melvin. Kau sahabatku. Apakah hubungan kita akan baik-baik saja setelah ini?"

    Melvin terdiam. Keheningan pun tercipta di tengah mereka berdua untuk waktu yang cukup lama.

    Hingga sekitar 5 menit kemudian, Melvin membuka suara dan memecah keheningan dengan berkata, "Tentu saja kita akan baik-baik saja."

    "Sungguh?"

    "Kau tidak percaya padaku, huh?" bisik Melvin seraya mengecup puncak kepala Elline, "Kalau kau ragu, mari kita berpacaran dan menjalin hubungan yang lebih serius dari sekadar sahabat."

    Elline terperangah. Dia mendongak untuk menatap wajah Melvin, "Apa maksudmu?"

    "Aku memintamu untuk menjadi kekasihku. Aku ingin mulai mencintaimu sebagai kekasihku, dan aku ingin dekat denganmu lebih dari sekadar sahabat. Dengan begitu, hubungan kita pasti akan baik-baik saja. Kau mau?"

    Elline termangu menatap Melvin. Setelah terdiam cukup lama sambil bertatapan dengan pria itu, akhirnya ia mengulas senyum dan mengangguk pelan.

    Ia percaya pada Melvin. Ia sudah mengenal pria ini selama belasan tahun. Sejak ia dan Melvin masih kecil hingga kini sama-sama telah beranjak dewasa, tak sekalipun Melvin pernah mengecewakannya. Karena itulah, apapun yang Melvin lakukan, Elline tak ragu untuk mengiyakan karena ia begitu mercayainya, termasuk soal ajakan Melvin untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status