(21+) Elline memercayakan segalanya pada Melvin, pria yang telah menjadi tetangga sekaligus teman dekatnya sejak ia kecil. Suatu hari, ia tidak sengaja bercinta dengan Melvin saat dalam kondisi mabuk. Dan setelah kejadian tersebut, akhirnya ia memutuskan untuk setuju menjalin hubungan asmara dengan sahabatnya itu. Namun, setelah setahun berpacaran, Melvin melakukan hal yang tak pernah ia duga akan Melvin lakukan padanya. Ia memeregoki pria itu selingkuh dengan seorang wanita yang merupakan temannya di kampus. Elline hancur. Satu-satunya pria yang ia percaya telah menyakitinya. Melvin adalah teman, sahabat, sekaligus pria yang paling ia kasihi. Selama ini ia pikir hidupnya yang berantakan karena dirundung trauma masa lalu akan berubah jauh lebih baik setelah ia jatuh cinta pada Melvin. Rupanya ia salah besar! Hingga suatu hari, Elline tidak sengaja berinteraksi dalam konteks yang tak terduga dengan Luke Warren, pria yang dianggap paling berpengaruh bagi hati para wanita di seluruh penjuru New York. Dari interaksi tersebut, tanpa sadar justru mereka bergerak semakin dekat. Tidak ada yang menyangka, bahwa kedekatan itu membuat sebuah fakta mengejutkan terkuak melalui Luke. Fakta tersebut berhasil mengoyak-ngoyak luka basah dari masa lalu dalam diri Elline, sehingga luka itu makin menganga lebar ketika turut melibatkan peran Melvin. Jatuh cinta, kasih sayang, tawa, rasa kecewa, tangis, pengkhianatan, perpisahan, dan segala lika-liku manis-pahit yang tak ada habisnya, terus muncul dari sekitar. Setelah semua pengaruh yang membawa perasaannya terombang-ambing, akan seperti apa nasib Elline dengan orang-orang terdekatnya?
View MoreWanita berambut pirang itu masih melenguh dan mengeluarkan suara desahnya yang sangat erotis karena diterpa kenikmatan tak terhingga kala pria di atasnya terus menghujam liang kewanitaannya di bawah sana.
Elline mencengkram seprei putih pada kasur yang ia tiduri. Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan jeritan nikmat dari mulutnya, merasakan sensasi yang luar bisa ketika lidah Melvin bermain di dadanya.
Dengan tubuh mereka yang masih menyatu di bawah sana, Melvin terus-menerus mendorong kejantanannya lebih dalam ke lubang kewanitaan Elline yang sempit dan telah mendamba klimaks. Bibirnya mulai menciumi leher jenjang Elline, menjilatinya dengan penuh nafsu dan sesekali menyesapnya dengan intens hingga membuat Elline menggeliat geli dengan diiringi suara desahnya yang begitu seksi.
"Lebih cepat..." pinta Elline di sela napasnya yang memburu.
Melvin tersenyum puas melihat betapa menggodanya wajah cantik Elline yang sedang kenikmatan di bawahnya. Sadar kalau dirinya pun sudah mendambakan kepuasan nafsu, Melvin pun menuruti permintaan Elline. Dia mempercepat dorongannya kepada lubang milik Elline, bergerak dengan brutal dan penuh nafsu, menghujani kewanitaan Elline dengan gerakan yang cepat.
Suara desah Elline terdengar makin keras dan begitu menggebu-gebu. Ketika tubuh Elline menggelinjang, Melvin pun paham bahwa wanita itu hampir tiba pada klimaksnya. Karena ingin menyelesaikan permainan mereka ini secara bersama-sama, Melvin pun makin gencar menggenjot tubuh Elline.
Hingga beberapa menit kemudian, suara lenguh dan erangan kenikmatan pun keluar dari mulut mereka berdua. Mereka akhirnya tiba pada kepuasan yang telah dinanti-nantikan.
Melvin mengerang pelan dan memberikan beberapa hujaman terakhir kepada tubuh Elline sebelum akhirnya mengeluarkan kepemilikannya yang berbalut kondom dari lubang kewanitaan Elline.
Melihat Elline yang napasnya masih tersenggal-senggal, Melvin mengecup kening gadis itu dan kembali meraup bibirnya. Ciuman panas terjadi di antara mereka, dan Melvin pun berbaring di sebelah Elline dan merengkuh tubuh wanita itu ke dalam dekapannya.
"Kau sudah lelah, huh?" bisik Melvin tepat di telinga Elline sembari mengusap-usap punggung gadis itu.
Elline hanya diam. Dengan pandangannya yang agak kabur karena pengaruh alkohol yang ia minum sebelumnya, ia memeluk Melvin dengan erat, seolah tak ingin menyudahi posisi mereka saat ini.
***
Terpaan sinar matahari yang mengenai wajahnya membuatnya mengernyit dalam pejaman mata.
Kedua matanya mulai bergerak terbuka ketika ia sadar bahwa ada sebuah tangan yang memeluk tubuhnya dari belakang. Kepalanya terasa agak berat dan sakit. Ia yakin, ini pasti adalah pengaruh alkohol yang ia minum saat acara api unggun semalam.
Setelah kedua matanya bisa terbuka sempurna dan pandangannya pun telah jernih, Elline memandangi tangan yang melingkar di pinggangnya. Ia menyadari bahwa itu adalah tangan Melvin, dan ia pun turut menyadari bahwa saat ini ia dan Melvin sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai benang pun di tubuh mereka.
Elline terdiam mematung. Pandangannya mendadak kosong ketika ia mencoba untuk mengingat-ingat apa yang terjadi sampai ia dan Melvin bisa telanjang bersama di atas kasur.
Setelah berpikir selama sepersekian menit, akhirnya Elline pun ingat rentetan kejadian semalam. Dirinya minum-minum hingga mabuk pada pagelaran api unggun yang selalu diadakan rutin setahun sekali oleh kumpulan mahasiswa seangkatannya. Tahun ini, mereka menyewa sebuah vila di wilayah Toms River, New Jersey.
Setelah Elline berada di ambang batas kesadaran pada acara api unggun yang digelar di halaman vila, Melvin dengan baik hati mengantar Elline ke salah satu kamar di vila agar Elline bisa segera istirahat sehingga kesadarannya dapat kembali saat pagi hari.
Dari situlah semuanya dimulai. Melvin yang tadinya hanya berniat untuk mengantar Elline ke kamar, malah harus diterjang ciuman oleh Elline yang mabuk. Dan setelah ciuman itu terjadi, persetubuhan pun tak terhindarkan.
Elline termangu dalam bisu. Mengingat rentetan kejadian semalam, ia merasa cukup syok.
"Kau sudah bangun?"
Mendengar suara berat Melvin yang entah sejak kapan telah memeluknya dari belakang, Elline pun membalik posisi baringnya menjadi menghadap Melvin.
Di bawah selimut yang sama, ia dan pria itu saling beradu tatap. Ia pun kemudian berkata dengan suara pelan, "Apa yang terjadi? Apa yang sudah kita lakukan?"
"Semalam kau mabuk, Elline. Kau menciumku dan membuatku tidak bisa menahan diri. Maafkan aku," kata Melvin.
Elline terdiam menatap lelaki yang merupakan sahabatnya itu. Perasaannya seketika menjadi campur aduk. Mengapa bisa-bisanya ia mabuk dan mencium sahabatnya sendiri? Tanpa sadar, sebenarnya ialah yang telah memancing Melvin untuk menyetubuhinya.
"Maafkan aku," kata Melvin lagi. Dia menangkup wajah Elline, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik Elline, kemudian mencium kening gadis itu.
"Kita benar-benar bercinta?" tanya Elline.
Melvin mengangguk pelan.
Gadis itu pun menghela napas pelan, "Apa yang akan kita lakukan sekarang? Apa yang akan terjadi pada kita?"
Melvin membawa Elline ke dalam pelukannya. Sembari mengelus-elus rambut Elline yang kini bersandar pada dadanya, ia pun berkata, "Aku benar-benar minta maaf. Tapi aku bisa menjamin kalau kau tidak akan hamil. Aku menggunakan pengaman."
"Bukan itu maksudku," balas Elline. Dia membalas pelukan Melvin, lalu melanjutkan, "Kita berteman sejak kecil, Melvin. Kau sahabatku. Apakah hubungan kita akan baik-baik saja setelah ini?"
Melvin terdiam. Keheningan pun tercipta di tengah mereka berdua untuk waktu yang cukup lama.
Hingga sekitar 5 menit kemudian, Melvin membuka suara dan memecah keheningan dengan berkata, "Tentu saja kita akan baik-baik saja."
"Sungguh?"
"Kau tidak percaya padaku, huh?" bisik Melvin seraya mengecup puncak kepala Elline, "Kalau kau ragu, mari kita berpacaran dan menjalin hubungan yang lebih serius dari sekadar sahabat."
Elline terperangah. Dia mendongak untuk menatap wajah Melvin, "Apa maksudmu?"
"Aku memintamu untuk menjadi kekasihku. Aku ingin mulai mencintaimu sebagai kekasihku, dan aku ingin dekat denganmu lebih dari sekadar sahabat. Dengan begitu, hubungan kita pasti akan baik-baik saja. Kau mau?"
Elline termangu menatap Melvin. Setelah terdiam cukup lama sambil bertatapan dengan pria itu, akhirnya ia mengulas senyum dan mengangguk pelan.
Ia percaya pada Melvin. Ia sudah mengenal pria ini selama belasan tahun. Sejak ia dan Melvin masih kecil hingga kini sama-sama telah beranjak dewasa, tak sekalipun Melvin pernah mengecewakannya. Karena itulah, apapun yang Melvin lakukan, Elline tak ragu untuk mengiyakan karena ia begitu mercayainya, termasuk soal ajakan Melvin untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
***
"Iya, Ibu. Aku mengerti," ujar Elline seraya menuangkan air putih di gelas kaca yang ia letakkan di atas meja makan. Gagang telepon dari pesawat telepon yang ada di dapur, masih menempel di telinga kirinya, berbicara dengan Rachel, ibunya, yang masih berada di kantor karena ada urusan penting bahkan hingga jam sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam. "Jangan mengerti-mengerti saja. Pokoknya kau tidak boleh pergi ke mana-mana malam ini. Diam saja di rumah sampai Ibu pulang. Ibu tidak mau kau pergi sehari semalam seperti kemarin. Dasar anak nakal!" oceh Rachel dari seberang telepon. "Astaga, iya, Ibu. Harus berapa kali aku bilang? Aku mengerti. Aku tidak akan pergi ke manapun malam ini. Besok aku ada kelas pagi di kampus," sahut Elline yang lama-kelamaan merasa agak jengkel diocehi terus sejak 5 menit yang lalu. "Ya sudah kalau begitu. Sampai jumpa," kata Rachel.
"Dengar, Elline, aku..." "Kalau sebegitu pedulinya kau padaku, lalu mengapa kau mengkhianatiku? Kenapa kau selingkuh dariku, huh?" potong Elline. Melvin pun terdiam ketika melihat air mata mulai membendung di kedua pelupuk mata Elline. "Jangan diam saja. Jawab aku, Melvin," tuntut Elline. Melvin tetap diam. "Apa kau tahu kalau perasaanku sekarang mungkin telah mati karenamu? Sakit hati yang kau timbulkan pada jiwaku jauh lebih mengkhawatirkan dibandingkan fisikku yang tidak terluka sama sekali. Lihat mataku, Melvin. Apa kau tidak melihat kalau aku sangat terluka karenamu? Kau berkata seolah kau mengkhawatirkanku, tapi justru kaulah yang menyakitiku dan menghancurkanku..." ungkap Elline dengan suara yang bergetar hebat dan air mata yang mulai mengalir di kedua pipinya. Elline menatap pria di hadapannya itu dalam-dalam dengan kedua matanya y
Elline turun dari taksi dengan Luke yang membantu memegangi tangannya agar tubuhnya bisa bertumpu sehingga tidak kehilangan keseimbangan karena kaki kirinya yang terkilir. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Hellington, akhirnya ia dan Luke tiba di New York. Begitu tadi tiba di New York, Luke menyempatkan diri untuk membawa Elline ke klinik untuk memeriksa keadaan kaki gadis itu yang terkilir. Beruntungnya dokter sudah mengobati kaki Elline sehingga kini sudah tak separah sebelumnya, dan dokter bilang keadaan kaki kiri gadis itu akan segera kembali normal. Saat ini Elline dan Luke telah sampai di depan sebuah rumah setelah sebelumnya mereka menaiki taksi dari klinik yang terletak tak terlalu jauh dari stasiun kereta. Luke membantu Elline untuk berjalan sampai ke depan pagar rumah bergaya modern yang merupakan rumah Elline itu. Kemudian, Elline pun berbalik menghadap Luke dan tersenyum pada pri
Elline menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ia duduki. Saat ini dirinya dan Luke sudah berada di dalam kereta yang membawa mereka dari Hartford, Connecticut menuju Manhattan, New York. Rasa nyeri masih terus menggerayangi area pergelangan kaki kirinya. Karena saking lelah dan tidak sanggup lagi memaksakan diri berjalan menggunakan heels, tadi ia tersandung kakinya sendiri saat berjalan di trotoar, hingga akhirnya ia jatuh dan kondisi kakinya malah makin parah karena terkilir. Ia pikir Luke tidak mau peduli dan akan menelantarkannya di pinggir jalan Hartford, kota yang sama sekali tidak pernah ia datangi sebelumnya. Tapi tak disangka, meski sangat dingin dan cuek, ternyata sosok Luke tetap memiliki rasa peduli yang cukup besar. Pria itu mau menolongnya. Luke bahkan juga tidak protes sama sekali ketika tadi tanpa sadar Elline melayangkan tamparan ke wajahnya karena dia menekan memar d
Gadis itu menghela napas keras. Uap putih keluar dari hidung dan mulutnya ketika ia melakukan itu. Hal tersebut jelas menjadi pertanda bahwa suhu udara saat ini semakin bergerak rendah. Tapi setidaknya ia tidak terlalu merasa kedinginan karena ia memakai coatcokelat yang dipinjamkan oleh Luke. Coat yang tentunya sangat kebesaran di tubuhnya itu memberi kehangatan yang lebih dari cukup pada tubuhnya yang sebelumnya hanya memakai gaun pesta yang panjangnya hanya sampai seatas lutut. Saat ini dirinya dan Luke telah keluar dari area jalan tol dan sedang menyusuri trotoar jalan umum untuk mencari stasiun. Mereka berdua sudah tak lagi berada di negara bagian Massachusetts di mana kota Boston berada, melainkan telah berada di wilayah negara bagian Connecticut, tepatnya di kota Hartford. Sementara itu, mobil Luke masih berada di jalan tol untuk menunggu di tangani oleh montir. Luke juga s
Melvin mengerutkan keningnya karena heran. Rachel Clifton, ibunya Elline, tidak biasanya menelpon nomornya. Kalau membutuhkan sesuatu, ibunya Elline yang telah ia anggap seperti ibunya sendiri itu pasti hanya menghubunginya sekadar melalui pesan tulis. Paham bahwa pasti ada sesuatu yang penting dan mendesak, Melvin pun langsung mengangkat telepon tersebut. "Halo, Melvin?" sapa ibunya Elline dari sebrang telepon. "Ya, ini aku. Ada apa?" tanya Melvin. "Apa Elline sedang bersamamu?" "Tidak. Kenapa?" "Dia pergi dari semalam dan belum pulang sampai sekarang. Aku pikir dia menginap di rumah temannya dan langsung berangkat ke kampus saat pagi hari, makanya aku tidak mengkhawatirkannya. Tetapi, barusan Olivia datang ke sini dan menanyakan keberadaan Elline. Dia mengatakan kalau Elline sama sekali tidak datang ke kampus sejak tadi pagi." &n
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments