Share

Kembali Padanya

Author: Nona_El
last update Last Updated: 2022-08-14 14:14:23

Perjalanan pulang ke kampung memakan waktu sekitar kurang lebih enam jam. Itu pun jika tidak ditambah dengan istirahat yang lama. Kebiasaan buruk Ganta adalah berlama-lama, di suatu tempat yang menurutnya indah. Mobil miliknya terjebak macet di jalanan. Jalanan di kota besar terhambat, karena arus mudik yang ramai.

Kue kering buatan ibu sudah kuhabiskan sendiri. Kami tidak bertegur sapa selama dua jam. Aku mulai merasa tidak enakan dengannya. Karena gengsi menegur duluan, aku pun memilih untuk bermain gawai. Sesekali kulirik pria yang mengenakan jaket denim di sebelahku. Masih sama. Ganta terlihat dingin, siang itu.

Notifikasi W******p yang kusenyapkan, menampilkan dua pesan dari nomor ibu. Aku membukanya dengan cepat, takut terjadi apa-apa. Benar saja, itu bukan ibu yang menulis tapi Dek Wita.

"Kak Keyra, maag ibu kambuh lagi. Kami belum bayar uang sekolah. Ayah nggak pulang dari tadi." Satu pesan saja sudah hampir membunuhku. Aku tidak kuat menahan diri, untuk tidak menumpahkan bening-bening berharga, dari pelupuk mata.

"Bisa nggak Kakak pinjem duit sama Kak Dean? Aku udah hubungi ayah tapi nggak aktif." Pesan kedua semakin mempercepat detak jantungku. Rasanya melebihi kecepatan pesawat jet yang terbang di cakrawala. Kutahan sesak sambil mengatur deru napas.

Tanganku merasakan gemetar hebat, hingga ke ujung kepala. Bagaimana mudahnya semesta mempermainkanku? Melepaskannya saja sudah tidak bisa, aku harus apa?

"Kenapa, Ra? Kamu laper? Mau makan siang apa?" Ganta akhirnya membuka suara, setelah berdiam diri bak patung, selama berjam-jam lamanya.

"Gan, soal omonganku di chat W******p tadi, aku ...."

Ucapanku terpotong, karena dia sudah lebih dulu menyahut, "Udahlah, nggak papa kok. Aku tahu, kamu pasti sakit di posisi itu. Aku cuman mau jujur, udah itu aja. Aku nggak punya niatan buat mempermainkan perasaan kamu, Ra."

"I iya, aku minta maaf, ya?" ucapku meminta padanya. Semoga saja aku masih diberikan kesempatan kedua.

"Kamu kenapa minta maaf? Kamu nggak salah kok. Aku yang salah di sini. Harusnya aku nggak bilang hal sekejam itu sama kamu. Jujur, aku masih ngerasa trauma juga ngejalani hubungan. Makanya, aku jadi salah tingkah terus kalau dekat kamu," Ganta berterus-terang sambil terkekeh.

Aku takut berbicara, dan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Kalau aku bilang ingin meminjam uang padanya, pasti dia sangat marah. Dia mungkin akan berpikir bahwa, aku adalah perempuan yang matre (gila harta). Walaupun, aku sebenarnya hanya dituntut faktor ekonomi. Tidak ada niatan jahat padanya. Aku bukan perempuan yang cinta karena uang.

Lisanku membisu di sepanjang jalan menuju rumah makan padang. Ganta sangat menyukai rendang, sedangkan aku tidak. Kami makan siang di sana, sambil membahas tentang bagaimana ke depannya pernikahan kami. Membicarakan masa depan dengan orang yang berbeda, menyakitkan rasanya. Elgin, mungkinkah kamu masih menunggu?

Seusai lunch, kami mampir cukup lama di PTC Mall. Katanya Ganta, habiskan saja uangnya untuk berfoya-foya. Diberikan hak istimewa tidak bisa meluluhkan hatiku. Justru, jika ditawarkan secara terang-terangan, aku malah menjadi malu; merasa direndahkan olehnya.

Ganta membelikanku banyak sekali barang-barang mewah, serta baju-baju yang sangat indah. Tak lupa, dia juga membelikan buah tangan untuk keluargaku, di desa. Semuanya dia bawakan untuk kami. Aku tidak keluar uang sepeser pun; aku juga tidak punya uang, kala itu. Hanya ucapan terima kasih yang selalu kuucapkan.

Anak satu-satunya Tuan Ergar adalah pria loyal, dengan kepribadian yang sulit ditebak. Setrauma itukah dirinya sebagai kekasih yang ditinggalkan? Latar belakang asmara kami sama. Ya, kami sama-sama ditinggalkan. Bedanya, dia ditinggal mati, sedangkan aku ditinggalkan olehmu, karena suatu hal yang aku sendiri tidak tahu. Cuek dengan cewek yang menggodanya itulah Ganta. Sosok pria yang sempat 'ku cap tukang selingkuh itu, ternyata berbanding terbalik dari hipotesis awal.

Jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, Ganta merupakan seorang pria yang rapuh, dan mudah terbawa emosi. Semua itu mungkin ada kaitannya dengan masa lalu, dimana dia telah kehilangan seseorang yang berharga. Kecelakaan beruntun yang menimpa mendiang Liora, mungkin masih menjadi alasan pria itu memiliki sifat posesif.

Bersama Ganta seharian, mengubah pola pikirku tentang dirinya yang buruk. Pikiran yang labil, seringkali membawaku pada keputusan yang salah. Untunglah Ganta adalah orang yang sabar. Dia mau menerima kekuranganku, meski itu menyakitkan. Pria baik sepertinya mungkin perlu dibimbing, agar tidak terjerumus mabuk-mabukan, dan kekerasan lagi.

"Bilangin sama Dek Wita, aku udah transfer ke rekening ibu. Malam ini udah bisa diambil kayaknya," Ganta berkata sambil tersenyum. Wajahnya yang segar, diterpa angin malam. Matanya menyipit, kesulitan melihat; poni sapaan angin menghalangi penglihatannya.

Aku bertanya penuh keheranan, "Dari mana kamu tahu kalau Dek Wita mau minjem duit?"

"Nggak tahu, aku cuma menjalankan kewajiban sebagai calon suami aja. Lagian, ini udah deadline-nya kirim uang ke ibu, kan? Maaf ya, aku telah lagi." Ganta nampak menyenggir lebar.

Aku menopang dagu sambil berkata, "Aku cuma ngerepotin kamu, ya, Gan?"

"Teng. Hahaha." Tawa Ganta pecah.

Aku yang baru koneksi, akhirnya ikut tertawa. Gan ditambah teng, pantasan dia selalu senyum-senyum, ketika aku memanggilnya dengan sebutan pendek itu. Haduh, Ganta ada-ada saja!

"Udah jam tujuh malam. Kamu mau ke mana lagi, Ra? Aku bisa antar kamu ke mana pun yang kamu mau. Ke Kuto Besak, Jakabaring, atau kamu maunya ke Monas?"

"Monas mah adanya di Jakarta kali, Gan." Aku mengambil sedotan, lalu meletakkannya di dalam cangkir es tehku.

"Ya, iyalah, emang mau kubangunin Monas buat kamu di Kalimantan?"

Aku tertegun. Bagaimana caranya agar aku bisa cepat melupakanmu, Elgin, sedangkan semesta seakan selalu punya cara, untuk kembali mengingatkanku tentang semua kisah kita. Terburu-buru, aku menghabiskan makan malam itu. Steak ayam yang kukunyah tidak lagi berasa enak. Segalanya berasa hambar.

Candaan Ganta terdengar lucu. Namun, maknanya sangat menyayat nadi. Aku jadi tidak bersemangat, setelah mendengar perkataannya. Ingin rasanya aku bujuk semesta, agar bisa menukar tubuhnya dengan tubuhmu. Aku tidak ingin bercanda dengan orang lain–terutama bukan dirimu. Berat rasanya menjalani kepura-puraan dalam hubungan seperti ini.

Pernikahan yang akan dijalani adalah jenjang yang sangat serius. Aku tidak boleh memilih orang yang salah, karena itu pasti sangat berpengaruh ke depannya. Tisu di dekat mangkuk sambal cabe ijo kutarik. Aku membersihkan es teh yang tak sengaja tertumpah.

"Biar aku aja, Ra. Kamu ke mobil aja duluan. Nggak kukunci kok," ucap Ganta meminta padaku.

"Ta tapi ...."

"Udahlah, jangan kebanyakan tapi-tapian, deh. Sekali-sekali, kamu harus dengerin orang lain, biar nggak salah dalam bertindak. Udah sono." Ganta menebar seulas senyum di sudut wajahnya.

"Iya," jawabku singkat.

Aku menggendong tas kecil. Kemudian, berjalan ke parkiran mobil, yang berada tidak jauh dari cafe serba ada itu. Mempunyai calon suami yang baik, siapa yang tak menginginkannya? Masalahnya, aku belum bisa mencintai Ganta, dan juga belum bisa melepasmu, Elgin. Aku masih penasaran dengan informasi dari Dara. Ketika semua sudah terbukti, aku baru bisa memulai kisah baru dengan orang lain.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Eternal Love For Keyra   Menyusul

    Sudah terjatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa itu cocok disandangkan padamu, Elgin. Setelah lima belas hari ibumu berpulang, ayahmu juga ikut kembali ke langit.Banyak tetangga yang mencibir, jikalau keluarga Zoidern terkena covid. Ya meksi, ayahmu sempat panas tinggi, Dokter Farhat tidak membenarkan itu adalah gejala covid 19.Penghujung tahun yang mengenaskan. Siapa yang dapat memperhitungkan kematian secara akurat? Tanda-tanda mungkin saja bisa disadari. Namun, apakah bisa ditentukan?Batu nisan yang ada di sana, kamu peluk erat seakan tak ingin lepas lagi. Mata yang paling indah di semesta tak kunjung berhenti mengeluarkan permata indahnya. Kamu terlihat sangat rapuh, ketika menangis.Payung-payung hitam yang ada di atas kepala, satu per satu mulai bepergian. Masker yang kita kenakan basah terkena derasnya musim hujan. Saat itu, hanya tersisa aku, kamu, dan Rossa. Gadis cantik di sampingku masih setia memayungimu. Ketulusannya berbahaya untuk hubungan kita. Aku akui, ra

  • Eternal Love For Keyra   Surat Wasiat

    "Kau pikir ini bukan kesalahanmu? Kau lihat sendiri surat ini baik-baik!" Kak Lintang meletakkan kertas yang sebelumnya kamu remukan di atas meja."Kalau saja mamah nulis nama kamu sebagai alasan dia bunuh diri, kamu mungkin udah beneran masuk penjara, El." Kak Meri yang baru datang malah memanaskan emosi.Kita berempat berkumpul di gudang belakang, setelah pemakaman selesai dilakukan. Dalam suasana duka, kedua kakak tirimu itu masih saja menaruh dendam.Ayahmu memanggil, mungkin tak keenakan karena pertengkaran itu terdengar hingga ke luar, "Elgin, Keyra, Meri, Lintang, kalian di dalam, kan?"Kak Meri meletakkan jari telunjuk ke bibirnya. "Sttt! Awas aja ada yang ngomong!"Aku sedikit menundukkan kepala, takut pada wajah bengis kakak perempuanmu. Tidak lama setelahnya, ayahmu tak lagi berteriak memanggil nama kita. Tampaknya dia sudah cukup bosan berdiri di depan pintu yang masih saja tertutup itu. Karena tak ingin ayahmu menguping, Kak Lintang memastikan, apakah dia pergi atau mas

  • Eternal Love For Keyra   Kita Gagal Menikah

    "Aku punya kabar baik untukmu, Ra." Kamu berjingkrak-jingkrak, seperti orang yang menang undian seratus milyar."Apa?" Aku antusias mendengarkan apa yang ingin kamu sampaikan, di kala senja itu. Rinai hujan yang mengguyur kita, tak kugubris.Kamu mendekat, memegangi kedua bahuku. "Kita akan segera menikah."Aku bahagia bukan kepalang. Rasanya, hanya aku yang paling beruntung. Sayap-sayap cinta kita yang selalu gagal terbang, akhirnya melebar jua."Kamu seneng, kan? Sama, aku juga." Kamu memelukku dengan sangat erat. "Aku nggak bakalan nyakitin kamu lagi, Ra."Aku menyadari sesuatu yang aneh. Tiba-tiba mataku membulat, lebar seperti lingkaran sempurna. "Elgin?" aku memanggilmu seraya membuat jarak di antara kita.Kamu bertanya dengan keterkejutan di wajah, "Kamu kenapa kayak nggak senang gitu, Ra? Kamu nggak suka ya kalo kita nikah? Atau jangan-jangan kamu masih mikirin Si Ganta?"Tuduhan yang kamu layangkan, kubalas dengan satu pertanyaan, "Apakah kita mendapatkan restu dari keduanya?

  • Eternal Love For Keyra   Lukamu

    Satria membuatkan mie celor yang sangat lezat. Kurasa dia lebih cocok jadi chef. Pria itu memberikan sejumput bunga kol sebagai hiasan. Makan siang telah siap, tinggal menyantapnya saja."Jadi, kamu terima tawarannya?" dia bertanya, "kalo misal tidak, itu mungkin jauh lebih baik.""Apa rasanya mencintai orang yang memiliki banyak drama di dalam hidupnya, Sat?" aku balik bertanya pada pria yang memakai apron biru, di depan kompor.Tangan kanannya memutar pengatur besar-kecil api, menjadi off. Kemudian, berbalik ke arahku. Mata hitam pekat itu menatap khawatir, seakan ingin menyerahkan bahagianya untuk melindungi perasaanku.Aku benci situasi konyol seperti itu. Lagi pula, hidupku bukan untuk dikasihani. Kuhentakkan meja, terdengar keras sekali."Itu bukan tingkah laku yang baik, Keyra," Satria memperingatkan, tetap dengan nada lembut. Mungkin dia tak ingin menyakiti perasaanku yang hancur, karena kamu ingin menjadikanku istri sirih, Elgin.Kita bertemu, tetapi tak kunjung bersatu juga.

  • Eternal Love For Keyra   Nikah Sirih

    Kamu meminum banyak air putih. Itu merupakan ke-lima belas kali kamu menuangkan air di dalam teko. Wajahmu merana, ingin cepat keluar dari masalah."Aku nggak pengen mamah kecewa sama aku, Ra. Berbakti pada orang tua itu memang sulit. Lihatlah aku, hancur." Kamu menyandarkan tubuh ke kursi kayu.Mungkinkah aku meminta pada ibumu, agar kita bisa bersatu? Ataukah perlu mengemis, menangis, memohon tanpa jeda, untuk mendapatkan restunya? Kenapa dia tak menyukai hubungan kita?Aku mungkin bisa saja memilih Ganta sebagai pendamping hidup; merahasiakan segalanya tentangmu, setelah pulang dari Kalimantan Tengah. Namun, sosokmu, ya, hanyalah dirimu, Elgin. Aku merasa tak bisa mendapatkan orang yang sama, dalam raga berbeda.Yang paling sulit itu adalah menghancurkan kenangan, yang kita lalui selama ini. Mengapa masih ada sesak, ketika aku ingin berkata ikhlas? Nyatanya, sebaik apa pun Ganta, sampai detik itu pun, dia belum bisa menggeserkanmu sepenuhnya.Dua lelaki yang berbeda, tetapi seperti

  • Eternal Love For Keyra   Alasan Rossa

    Tri Muryani adalah adik angkat Rossa. Dia adalah gadis berusia dua puluh tahunan. Kami pernah tak sengaja bertemu di sebuah antrian Boba. Saat itu, aku mana tahu, kalau Tri–yang pakaiannya tertumpah Boba Hana, adalah adiknya Rossa."Maaf, Mbak, nanti saya ganti rugi, deh." Hana melepaskan jaket Dilannya, lalu memberikannya pada Tri.Dia hanya mengangguk, mungkin tak enakan jika ingin marah pada orang berada. "Ra, kasih uang seratus ribu buat dia, besok aku ganti," ujar Hana meminta padaku.Aku membuka dompet, dan memberikan selembar uang berwarna merah kepada Tri. Gadis yang mempunyai rambut pendek sebahu dengan potongan bob itu menerimanya, tanpa berkata apa-apa.Kupikir di hari itu adalah pertemuan terakhir kami. Namun nyatanya, kami bertemu lagi, saat kita mengunjungi rumah Rossa."Dia bukan gadis miskin seperti perkiraan Hana," gumamku sambil melihat-lihat pagar setinggi empat meteran itu."Rumahnya punya banyak keamanan tingkat tinggi. Wajar sih, orang yang punya rumah aja harga

  • Eternal Love For Keyra   Permintaan Ayahmu

    Kita mampir ke sebuah rumah yang dihuni oleh keluargamu. Tempat tinggal yang tergolong minimalis, tetapi cukup lengkap perabotnya itu menggetarkan benak. Apakah kamu tidak merasa sesak berada di dalamnya?Sofa yang terlihat usang, dan warnanya sudah berubah itu kududuki dengan sedikit ketidaknyamanan. Aku menatapmu, mengode ingin cepat-cepat pulang saja.Bukannya tidak betah. Aku justru ketakutan karena mungkin akan bertemu dengan ibumu. Apa yang harus kulakukan, ketika bersalaman dengan ibumu? Argh! Otakku hampir meledak memikirkannya.Kamu meletakkan dua cangkir teh hangat, di depanku. Makanan ringan yang kamu bawa tak lupa juga ditaruh. Kamu berlaku sopan, dan nampak baik."Harus ya mengunjungi rumah kamu, El? Bukannya kita bakalan ke rumah Rossa, ya?" Aku memulai obrolan, tidak ingin terlibat kecanggungan.Kamu mengernyitkan dahi. "Loh, kok nggak mau? Ini, kan, bakalan jadi rumah kamu juga, Ra. Masa nggak mau sih ketemu sama camer sendiri."Aku memandang ke sebuah potret pernikaha

  • Eternal Love For Keyra   Menjauhimu

    Cincin Semanggi Empat yang pernah kita bicarakan, sebelum bertemu. Sebelumnya, aku begitu menginginkan benda melingkar kecil, khusus hiasan jemari itu."Kenapa Semanggi, By? Bukannya bisa motif yang lain? Misalnya kayak bentuk yang lain kayak kucing, bunga, naga," saranmu, saat itu.Bagi mereka yang tak mengerti makna, mungkin tak bisa memahami secara detail. Daun semanggi empat adalah variasi langka dari daun semanggi tiga yang umum. Perbandingan dengan daun semanggi berhelai tiga adalah 1:10.000. Itu sebabnya, ada legenda yang mengatakan bahwa, daun semanggi berhelai empat membawa keberuntungan.Aku memang tak terlalu percaya pada hal seperti itu. Namun, keinginan memilikinya sudah menjadi bagian dari impian. Rumit, kan? Ya, salah sendiri resiko mencintai seorang gadis tukang khayal.Pernikahan bukanlah ajang permainan, ataupun lomba agar tak terus dihujat tetangga, karena belum juga mendapatkan pasangan hidup. Kata ibu, hubungan sehidup semati pun bisa putus–cerai atau talak. Oleh

  • Eternal Love For Keyra   Cincin Semanggi Empat

    Kain penutup mataku dilepaskan olehmu. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar. Ada banyak lilin yang menyala, di pinggiran jalan setapak kecil. Taman kecil itu dipenuhi dengan bunga-bunga mawar berwarna merah muda, merah terang, dan putih. "Aku ingin kamu menjadi orang yang kusebut sebagai istri. Kamu tahu, aku nggak bisa romantis-romantis kayak di film Dilan. Tapi aku selalu punya cara untuk mencintaimu, lebih dari kamu mencintaiku, Ra." Kamu yang mengenakan toxedo memasangkan sebuah cincin di jari manisku.Kamu sangat sempurna, meksi tak bisa menjadi pria romantis, Elgin. Aku jatuh cinta bukan pada caramu memperlakukan, tetapi karena hati. Ketulusan yang kulihat dari matamu yang indah. Aku jatuh hati padamu, dan akan selalu begitu.Dritt!Nada ponselku mengacaukan suasana bahagia kita. Masih malu-malu, aku pun meminta izin, untuk mengangkat telepon sebentar. Kamu mengiyakan.Aku berjalan sekitar lima belas langkah darimu. Buru-buru kuangkat panggilan dari Ganta. Kenapa dia? Apakah ad

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status