Angkasa terkekeh dengan tindakannya, ia kira Amara tidak mau makan dengannya.
”Untung saya tadi tidak pesan seafood semua.” Angkasa membuka bungkusan yang berbeda dari yang lain.
Amara tidak bisa mengabaikan. Perkataan adiknya membuat alam bawah sadarnya terusik. Kakak dan adiknya mengapa membuat keadaan yang semakin kacau begini dalam waktu bersamaan. ”Eh Mar, kamu habisngapain Pak Kasa?” tanya Yessi yang menggeser kursinya mendekati meja Amara.
Angkasa tidak marah bahkan kesal karena Amara tapi ada sesuatu yang tidak baik untuk perempuan itu. Ia merasa akan menjauhkan Amara dari gosip kantor, karena itu akan berdampak buruk pada kinerjanya yang bernotabene sebagai anak baru di perusahaan ini. Melihat wajah polos yang terpampang di hadapannya membuat hati Angkasa sedikit bergejolak. Mengenal Amara Lania membuat pacu jantung yang kosong menjadi sedikit demi sedikit terisi. Amara yang ia ketahui perempuan mandiri nan bekerja keras membuat sisi jantannya sediki
”Kenapa diam? Kamu terkejut saya berbicara seperti itu?” Angkasa menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia menjadi seperti orang dungu di hadapan perempuan muda ini. Amara diam sejenak, ia tak tahu harus berbicara seperti apa. Melihat dari gelagat ayahnya dan wanita tadi membuat Amara harus berpikiran dua kali untuk dekat dengan pria ini. Pria yang belum ia tahu latar belakangnya. Ia juga belum tahu apa yang sedang Angkasa jalani sekarang, karena ia juga tak munafik saat melihat Angkasa. Pria yang memiliki pesona luar biasa tak mungkin belum ada ‘ekor’ di belakangnya.
Pagi ini, Venus dihebohkan dengan banyaknya karyawan yang sudah siap-siap menjalani Family Gathering. Ya meskipun kecewa karena mereka melakukannya bukan di Singapura melainkan di puncak Bogor. Banyak dari mereka yang membicarakan tentang hal ini, ada yang sangat antusias dan ada juga yang mengeluh. Bukan hal yang mudah untuk menaikkan produk secara drastis dalam waktu yang hanya tiga bulan saja, launching kemarin memang cukup sukses daripada produk sebelum
Tak ada yang berani lagi untuk berbicara, Angkasa dengan pikirannya dan Amara yang kembali menjadi jiwa melankolis. Telinga mereka hanya mendengar bunyi jangkrik dan binatang malam lainnya. Tidak menginginkan kecanggungan yang ada, Angkasa berdiri dan mengajak Amara untuk pergi. “Ayo!” “Mau ke mana?” heran Amara saat dirinya ternyata dibawa Ang
Angkasa menggenggam tangan Amara, menikmati udara malam ini yang begitu memesona. Bukan, bukan suasana malam ini yang indah melainkan ada Amara di sisinya. Beberapa hari ini ia seperti ABG labil yang mendapatkan cinta tulus dari sang kekasih. Membuat dunia seakan selalu berpihak padanya. Bunga yang bermekaran di taman kota, binatang yang saling bersahut-sahutan seakan mendukung hubungan mereka. Andai saja ....
Hari ini Amara sengaja mengambil izin kerjanya dan lebih fokus pada dirinya sendiri. Kepalanya masihsakit karena terlalu banyak menangis kemarin. Untung saja Angkasa tak mempermasalahkan haltersebut. Pria itu mau memberikannya tempat untuk berbagi cerita begitu juga berbagi ranjang dengannya. Ralat, Angkasa tidur di sofa. “Mungkin dalam beberapa minggu bahkan bulan ini saya akan sibuk karena transisi pekerjaan. Tapi kamu tidak perlu khawatir, saya menepati janji untuk selalu menjemput dan juga a
Tiba memasuki kantor, Amara dikejutkan oleh semua orang yang memandang sinis ke arahnya. Bukan cuma para karyawan, para penjaga dan jugaofficeboyikut serta memandangnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Melihat hal seperti itu Amara jadi merasa risi sendiri, bahwasanya apakah adaoutfityang salah padanya untuk hari ini? Atau