Beranda / Romansa / FLOWIE / 1 – MEET ALVIAN SANCHEZ

Share

1 – MEET ALVIAN SANCHEZ

Penulis: Renjana Tira
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-15 10:51:49

15 tahun kemudian

“Hari ini pak Alvian Sanchez dan keluarganya akan makan malam disini. Dia juga akan melakukan inspeksi sekaliani, jadi tolong berikan pelayanan terbaik kalian. Ini pertama kalinya pak Alvian membawa keluarganya kemari. Jangan sampai kita mengecewakan beliau,” kata Bobby, saat briefing shift siang jam 3 sore dengan seluruh karyawan di Spanish Rosseta Restaurant.

“Baik pak," sahut seluruh karyawan serentak.

“Erica, di mana Flowie?” tanya Bobby yang menyadari bahwa Flowie, salah satu karyawan barunya tidak ada ditengah-tengah mereka.

“Ah, itu- mungkin sedang dalam perjalanan pak," jawab Erica sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

“Anak itu baru 4 bulan kerja, tapi sudah tidak disiplin,” kata Bobby kesal sambil berkacak pinggang.

Karyawan yang lain hanya menundukan kepala, enggan terlibat dalam kekesalan manager Rosetta ini yang memang terkenal dengan disiplinnya.

“Baiklah. Nanti suruh dia mengahadap saya. Kalian bisa bekerja sekarang. Pak Sanchez dan keluarganya akan tiba pukul 4. Beliau akan melakukan inspeksi terlebih dahulu, setelah itu akan makan malam jam 6,” jelas Bobby.

Semua karyawan langsung bubar menyibukan diri dengan pekerjaan masing-masing. Erica berlari kecil menuju pintu belakang restoran dan mengeluarkan ponsel dari saku rok seragamnya. Tampak ia menekan nomor ponsel yang sudah dihafalnya dan mencoba menghubungi nomor itu, namun tidak ada jawaban.

“Flowie, dimana kau?” gumam Erica cemas.

Berulang-ulang dia kali menekan tombol memanggil, mencoba menghubungi sahabatnya itu. Flowie adalah sahabat Erica? Ya, mereka sudah berteman semenjak SMP. Hanya saja Erica lebih lama bekerja di Rosseta, sedangkan Flowie sudah mengecap beberapa pekerjaan hingga akhirnya dia bekerja disini, Spanish Rosseta Restaurant.

10 menit

15 menit

Seorang pria menghentikan mobil Mercedes Benz GLK hitamnya tepat di depan Rosseta, dan menurunkan dua orang tua, seorang wanita dan seorang anak laki-laki yang langsung disambut oleh pelayan Rosseta. Pria ini menatap sekeliling parkiran dan tampaknya tidak ada parkiran yang tersisa.

"Ck, kenapa mereka tidak menyisihkan tempat untukku?" batinnya kesal sambil menginjak pedal gas dan memutar mobilnya ke arah belakang restoran.

Pria itu memakirkan mobilnya dengan sempurna di parkiran belakang dan segera turun. Setelah yakin dia mengunci mobilnya, pria dengan tinggi 185 cm ini berjalan dengan mantap menuju pintu belakang tempat karyawan keluar masuk. Walapun pintu itu bertulisan 'STAFF ONLY', yang artinya hanya karyawan yang boleh masuk, namun siapa yang bisa melarangnya memasuki pintu tersebut? Karena dia sendiri adalah pemilik dari restoran ini.

Benar. Pria ini adalah Alvian Sanchez, pemilik dari Spanish Rosseta Restaurant.

“Maaf, pak. Anda tidak boleh memasukinya!” teriak seorang gadis menghentikan tangan Alvian yang nyaris mendorong pintu masuk tersebut.

Alvian membalikan badannya dan melihat seorang gadis sedang berlari kecil dan berhenti tepat di depannya. Gadis ini tampak baru saja maraton. Dia sedikit membungkuk karena kelelahan, nafasnya tersengal-sengal, dan keringat mengucur pada dahinya.

“Anda mau ke restoran bukan? Masuknya dari depan, pak. Bukankah tulisan itu sudah cukup jelas?” Kata gadis itu tegas sambil mengangkat dagunya menunjuk tulisan 'STAFF ONLY' yang ada di pintu, masih dengan nafas tersengal-sengal.

Alvian hanya menatap datar pada gadis di depannya. Gadis ini sedikit berantakan. Rambut yang berantakan, wajah yang sedikit kusam karena keringat bercampur debu, pakaian yang sudah lusuh, tapi tetap saja itu semua tidak menutupi kecantikannya. Mata hazelnya yang sayup karena kelelahan, hidungnya yang mancung dan bibirnya. Entah mengapa Alvian terpaku menatap bibir itu. Bibir yang sangat sensual. Membuat Alvian tersenyum sekilas.

Kini pandangannya beralih ke bagian tas selempangnya. Saku tasnya yang transparan membuat Alvian dapat melihat ID Card di dalamnya. "Flowie Hillebrand," Alvian mengulangi nama itu dalam hatinya.

KLEK

Pintu belakang yang nyaris Alvian masuki tadi terbuka dan tampak Erica keluar dari pintu tersebut. Ia melihat seorang pria membelakanginya dan Flowie berada di hadapan pria tersebut yang tampak kelelahan.

“Flowie! dari mana saja kau?” tanya Erica langsung mengahampiri Flowie dan seketika ia terkejut bukan main melihat sesosok pria yang berdiri di depan Flowie adalah Alvian.

“P-pak Alvian. Selamat sore, pak,” sapa Erica yang gelagapan dan penuh kebingungan sambil menatap Alvian dan Flowie bergantian.

"Alvian?" Flowie mengulangi nama itu dalam benaknya, dia seperti pernah mendengar nama itu. Tapi dimana? Siapa dia?

DEG

Tiba-tiba saja mata hazel Flowie membesar seolah dapat pencerahan atas pertanyaannya sendiri. "Astaga!" jerit Flowie dalam hati. Flowie akhirnya menyadari bahwa pria di depannya adalah Alvian Sanchez, owner dari tempatnya bekerja, dan itu berhasil membuat raut wajah Flowie berubah 180 derajat.

“Ma-maaf, pak. Saya ti-tidak tahu,” lirih Flowie sambil menundukan kepalanya dalam-dalam dan memeras kuat tangannya. Suaranya kini tidak sekeras saat dia menghentikan Alvian tadi.

Alvian hanya menghela nafas berat. Dia sama sekali tidak menunjukan ekspresi apapun. Marah atau senang, tidak sama sekali. Hanya datar. Kini pandangannya beralih kepada Erica.

“Apa keluargaku sudah diantar ke ruangan yang kupesankan sebelumnya?” tanya Alvian datar dengan suara baritonnya.

“Sudah, pak. Apakah makanannya mau dihidangkan sekarang?” tanya Erica.

“Hidangkan saja makanan pembukanya dulu. Ini belum jam makan malam mereka,” jawab Alvian sambil melihat jam tangannya.

“Baik, pak. Kalau begitu saya permisi dulu,” ucap Erica cepat.

“Oh iya. Ayo Flowie ikut aku, pak Bobby menyuruhmu menghadapnya," kata Erica sembari menarik lengan Flowie yang melemas.

"Oh Tuhan! Bodohnya aku! Kesialan apa lagi yang akan menimpaku?" batin Flowie masih menunduk, membiarkan tangannya ditarik Erica.

“Apa yang terjadi Flow? Kenapa kau bisa bersama pak Alvian?” tanya Erica berentet saat mereka sudah memasuki ruangan khusus karyawan yang menembus ke bagian dapur restoran itu.

“Hua Erica!! Aku tidak tau kalau dia Alvian Sanchez. Bagaimana ini??” teriak frustasi Flowie sambil mengacak-ngacak rambutnya.

“Wajar saja kau tidak tahu. Terakhir kali dia datang ke sini, sebelum kau bekerja di sini, tapi ada apa sebenarnya, Flow?” tanya Erica masih penasaran.

Kini Flowie tampak acak-acakan.

“Ah sudahlah, nanti saja ceritanya. Sekarang kau ganti saja bajumu dan temui pak Bobby,” sambung Erica lagi sambil mendorong tubuh Flowie ke ruangan loker karyawan wanita.

===

“Maaf pak, tadi saya telat. Saya– ” Flowie berusaha menjelaskan keterlambatannya kepada Bobby di ruangan kerjanya. Kini Flowie sudah menggenakan seragam Rosseta. Flowie menundukan kepalanya karena dia tau, Bobby adalah pimpinan yang cukup tegas dalam hal disiplin.

“Sudahlah Flowie, tidak apa-apa. Pak Alvian sudah menjelaskannya tadi," potong Bobby sebelum Flowie melanjutkan kata-katanya yang membuatnya mendongakkan kepalanya untuk melihat Bobby.

“Pak Alvian?” tanya Flowie kebingungan.

“Iya. Beliau sudah menjelaskannya, bahwa beliau menahan kamu sebentar di pintu belakang untuk ditanyakan beberapa pertanyaan,” jelas Bobby sambil menyusun beberapa kertas ke dalam map.

Flowie mengangakan mulutnya. Ia sungguh bingung.

“Baiklah. Saya mau mendampingi pak Alvian untuk inspeksi. Kamu kembali saja bekerja,” lanjut Bobby sambil tersenyum kepada Flowie yang masih membatu.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • FLOWIE   58 – THE END, BUT NOT THEIR END

    DEGAlvian mematung. Ia sungguh tidak percaya akan apa yang ia lihat. Wanita yang sudah memporak porandakan hatinya kini berdiri di hadapannya. Bukankah Alice meninggalkannya demi cita-citanya? Bukankah Alvian merasa begitu sakit? Namun mengapa ia masih merasakan getaran yang sama saat seperti pertama sekali ia bertemu wanita ini bertahun-tahun yang lalu? Getaran yang membuatnya ingin menarik gadis ini ke dalam pelukannya.“Alice,” gumam Alvian dengan suara yang tidak kalah serak. Sepertinya sesuatu sedang tersangkut pada tenggorokannya.Luke yang tersadar lebih dahulu, menarik tangan Flowie dengan lembut dan melangkah keluar, meninggalkan mereka tanpa kata-kata pamitan. Luke hanya tidak ingin mengganggu momen yang menurutnya sangat pas untuk saling menyerukan kerinduan mereka.“Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alvian memecah keheningan.“Aku merindukanmu. Apakah aku masih berhak berada di sisimu?” tanya Alice dengan mata berkaca-kaca.Alice menunggu dengan harapan Alvian m

  • FLOWIE   57 – ALICE IS BACK

    “Maaf, apakah ini apartemennya Alvian Sanchez?” tanya wanita tersebut dengan sedikit ragu-ragu.“Benar. Silakan masuk,” kata Flowie mempersilakan masuk.Wanita itu menatapnya bingung. Ia menyeret kopernya memasuki apartemen Alvian.“Maaf, tapi kau siapa?” tanya wanita itu saat Flowie sudah menutup pintunya.“A-aku. Aku teman Alvian,” jawab Flowie terbata.Tunggu dulu. Mengapa ia harus terbata dan mengapa ia yang harus ditanya?Wanita itu menatap Flowie penuh selidik. Ia menatap Flowie dari bawah hingga ke atas. Flowie hanya menggenakan dress berwarna dark green dan flat shoes saat ini. Uhm, sepertinya ia lupa menata rambutnya yang hanya dikucir ekor kuda saat ini.“Dimana Alvian?” tanya wanita itu sedikit kesal.“Dia sedang keluar. Mungkin sebentar lagi kembali,” jawab Flowie mengikuti jawaban bibi Gissel padanya tadi.“Kau tinggal di sini? Siapa kau sebenarnya? Teman one night stand nya?” tanya wanita itu lagi yang membuat Flowie membulatkan matanya terkejut.“Tidak. Aku tidak tingga

  • FLOWIE   56 – I AM COMING HOME

    “Mama?” Flowie membuka sedikit pintu kamar Anna dan mendapati Anna yang sedang duduk termenung memegang rajutanAnna hanya menoleh sesaat lalu membuang muka dan melanjutkan rahutannya. Sedangkan Flowie melangkahkan kakinya masuk dan menutup pintu kamar dengan sempurna sebelum ia mengambil posisi duduk di sebelah Anna.“Aku kangen sekali dengan mama,” kata Flowie sambil memeluk Anna dari belakang dan menyenderkan kepalanya di bahu Anna.Anna hanya menghela napas dan kemudian melanjutkan aktivitasnya.“Apa yang sedang mama buat? Baju hangat? Apa ini untuk Hans, ma?” tanya Flowie berusaha memecah kecanggungan karena ia tahu Anna senang membuatkan Hans baju hangan sarung tangan bahkan topi dari wool.“Hm,” gumam Anna singkat.“Apakah mama marah karena aku sama Luke akan menikah?” tanya Flowie yang membuat Anna menghentikan rajutannya dan menoleh ke arah Flowie.“Apa kau benar-benar ingin menikah dengannya?” tanya Anna.“Hm. Aku mencintainya ma,” jawab Flowie apa adanya.Anna sekali lagi m

  • FLOWIE   55 – TRULY HOME

    “Aku tidak punya tujuan hidup ataupun impian. Aku tidak dicintai orangtuaku hingga aku memutuskan untuk pindah ke Madrid. Aku menghabiskan hari-hariku dengan bersenang-senang di sana dan aku sungguh tidak mau memikirkan persoalan kedua orangtuaku. Hingga aku pulang dan bertemu denganmu, aku kembali merasa hidup dan memiliki rencana masa depan denganmu,” Luke menatap lekat kedua mata hazel Flowie yang sudah dibanjiri air mata.“Namun belakangan, aku memahami satu hal. Ibumu tidak bersalah. Bahkan dia dan papa adalah korban permainan kotor mama dan nenekku dan mengetahuinya membuatku sangat sakit. Aku adalah rencana kotor itu, Flow. Aku adalah rencana kotor mama untuk memisahkan papa dan ibumu saat itu,” Luke terisak berusaha menekan rasa sakit di dadanya.Flowie menutup mulutnya tidak percaya, air mata tidak henti keluar dari mata cantiknya.“Sebelum kecelakaan, aku baru mengetahui bahwa kau adalah anak dari Mrs. Annabelline, dan aku merasa sangat sesak, Flow. Aku sudah sangat jatuh ci

  • FLOWIE   54 – THE PAIN

    Sepanjang makan malam mereka membicarakan hal-hal yang Flowie tidak mengerti, namun entah mengapa Flowie merasa Luke tidak terlalu menyukai pertemuan ini. Padahal sikap keluarganya tidak seburuk yang Flowie bayangkan, mengingat betapa mengerikannya Elya.“Jadi kalian sudah memutuskan tanggalnya?” tanya Diego tiba-tiba kepada Luke dan Flowie.“Dua minggu dari sekarang,” jawab Luke mantap yang membuat Flowie menoleh kearah Luke dengan tatapan tidak mengerti.“Kenapa cepat sekali, Luke?” tanya Alberto.“Kami sudah memutuskannya, pa. Jangan dipikirkan lagi. Aku akan mengurus semuanya.” jawab Luke kemudian mengelap lembut bibirnya dengan napkin.Flowie yang tidak mengerti apapun yang mereka bicarakan hanya diam saja dan kemudian ia meraih gelas berisi wine dan meneguknya cukup banyak. Entah mengapa wine ini sungguh terasa nikmat di tenggorokan Flowie.“Baiklah. Siapkan pesta yang besar untuk mereka Alberto,” kata Diego.“Baiklah pa,” kata Alberto mengangguk setuju.“Tidak perlu, kek. Aku s

  • FLOWIE   53 – CROOSE FAMILY

    Flowie mengerjapkan matanya berkali-kali. Hal pertama yang ia dapat adalah wajah Luke yang tampak sibuk dengan sesuatu di i-padnya. “Uhmm,” Flowie berdeham pelan. Tenggorokannya terasa begitu kering. Sudah berapa lama ia tidur? Bukankah sebelumnya ia tertidur di pesawat? Lalu kenapa ia sekarang tidur di paha Luke? Dan kenapa mereka berada dalam mobil? “Kau sudah bangun, sayang?” tanya Luke ketika menyadari Flowie yang sudah terbangun. “Kita di mana? Di mana Hans?” tanya Flowie sambil mengucek matanya. “Hans tertidur di kursi belakang. Kita sedang dalam perjalanan menuju apartemen,” jawab Luke sambil mengelus rambut cokelat Flowie. Mendengar kata apartemen, membuat Flowie tiba-tiba bangkit dari rebahannya dan menatap Luke tidak setuju. “Tidak, Luke. Aku tidak mau kembali ke apartemenmu!” Flowie menggeleng kuat. Luke menarik Flowie ke dalam pelukannya. “Ssst! Tenanglah, sayang. Aku tidak akan membawamu ke situ, kita sedang di Swiss, kita akan ke apartemenku yang ada di Swiss maks

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status