"Turunin ga?!"
"Berisik Lex! Kamu mau orang liatin kita?" Tutupin muka kamu pake tas kalo ga ada yang mau liat." Dia terus berjalan tanpa peduli aku bergerak terus.
Saat lift tiba di lantai kamarnya aku melotot, aku tahu kemana pikirannya.
"An! Jangan gila ya kamu!! Aku ga mau tidur sama kamu!". Aku memukul dadanya.
Dia menurunkan aku didepan lift. "Lex.. aku tau kamu butuh tidur. Kamu ga pulang kan hari ini? Aku cuma mau kamu tidur dengan nyaman. Itu aja."
"Ya tapi kan....." Mulutku membeku saat aku mendengar derap langkah mendekati kami. Mataku terbuka lebar membayangkan apa yang akan mereka pikirkan jika melihat aku dan kak Drian malam-malam begini.
Kak Drian membuka ikatan rambutku, saat bekerja aku tidak pernah menggerainya. Helaian rambut menutupi samping wajahku dan kak Drian memelukku, membuat wajahku tidak terlihat.
"Hoooo... Dokter Samuel malem-malem selundupin perempuan yaaa...." Terdengar beberapa pria itu bersahutan. Asta
Aku melebarkan kupingku. Mendengar suara lebay wanita itu. Aku menggeleng tidak percaya dia mengetuk pintu kak Drian malam-malam."Maaf dok, belum tidur?"Aku melirik, kak Drian masih menahan pintu. Sudut bibirku terangkat."Belum. Ada apa Kar?""Mau ngobrol soal acara malam terakhir nanti. Boleh aku masuk?" Sahutnya dengan suara sok seksi.Gila, berani banget dia!"Silahkan."Aku mengangkat kedua alisku saat kak Drian mempersilahkan wanita itu masuk.Sayangnya aku tidak dapat melihat ekpresi wajah wanita itu karena aku membelakangi mereka. Aku hanya pura-pura bernapas teratur."Mmm, maaf dok, itu siapa?" Tanya dr.Kara yang rupanya melihat ada orang tidur di ranjang."Itu tunangan saya. Gimana? Apa yang mau dibahas?" Kak Drian menjawab dengan sambil lalu membuatku menahan tawa. Rasain lo!"Tu ... tunangan dokter?" Suara wanita itu berubah, seperti ikan dicemplungin ke air sirop gitu.
Hari ke-enam acara seminar itu di isi dengan acara ramah tamah, perkenalan nama semua dokter yang hadir, dan acara hiburan lainnya.Sore jelang pukul enam aku dan Krista berdiri diluar ruanganmeeting. Kami sedang menunggu acara itu selesai untuk memberitahukan pada peserta bahwa malam ini, makan malam akan di adakan di halaman samping kolam renang.Aku dapat mendengar suara kak Drian yang tengah jadi pembicara. Aku dan Krista sedang berdebat tentang rencana sahabatku itu malam ini ingin mengajak hangoutdokter incarannya. Krista sedang merayuku untuk ikut, sedangkan aku hanya cemberut dan terus menggeleng. Lalu Kenneth membuka pintu dan keluar dengan terburu-buru."Oh, bu Alexys, bu Krista ... maaf permisi bu ..." Dia setengah berlari menjauh sebelum aku sempat bertanya. Sepuluh menit kemudian dia kembali dengan laptop ditangannya."Laptop sayaerrorjadi ambil punya dr. Samuel."Dia langsung kembali
Aku mengerjap pelan merasa silau dengan cahaya lampu. Tanganku terangkat dan sesuatu ikut tertarik. Terlihat selang infus dengan jarum tertancap di punggung tanganku. Aku berusaha bangun tapi sepasang tangan menahan bahuku."Jangan bangun dulu."Aku menatap kak Drian yang duduk disamping ranjang. Kepalaku terasa berputar saat aku mencoba dengan penuh menyadarkan diri."Aku dimana?""Dikamarku. Kamu pingsan semalam diruangan kamu."Pingsan? Aku tidak merasakan apa-apa, aku pikir aku tertidur.Kak Drian menghembuskan napas sambil mengarahkan gelas berisi teh manis hangat. "Kamu anemia Lex ..."Aku meminumnya sedikit lalu kembali memejamkan mata."Krista lagi on the way abis dari rumah kamu, dia bawain baju kamu. Sementara kamu tidur disini sama aku untuk beberapa hari."Aku membasahi bibirku yang terasa kering. "An ... kamu ga perlu ..." Tapi kemudian segera ku katupkan mulut melihat tatapannya yang tajam. Pria it
Suara berisik membuat aku membuka mata yang terasa lengket. Pastinya aku menangis terlalu lama. Kepalaku terasa berat, dan aku mulai sadar spenuhnya, aku melihat kak Drian tengah bolak balik membereskan seluruh barang-barangnya dan memasukannya ke dalam koper.Aku menggigit bibirku. "Kamu mau pergi?"Kak Drian mengacuhkanku. Dia masuk ke kamar mandi dan keluar lagi membawa perlengkapan mandinya dan dilempar begitu saja ke dalam koper. Lalu mengambil pakaian yang ada di dalam lemari dan memasukannya asal-asalan."An ..." Aku mengerahkan tenagaku hanya untuk memanggilnya. Tapi dia seolah tidak peduli.Saat dia mengunci kopernya, hatiku seperti ditikam pisau tajam."Ini mau kamu kan? Kamu selalu mendorong aku menjauh! Padahal jelas kamu ga pernah lupain aku! Kamu jelas masih cinta sama aku! Tapi kamu selalu menolak. Sekarang tanpa kamu minta aku akan pergi!"Dia menurunkan kopernya ke lantai, lalu mengambil tas kerjanya dan beranjak keluar.
"Lex, tugasku pada Elle dan Brielle hanya sebatas tugas seorang suami dan seorang Papa." Kak Drian menatapku, meyakinkan dengan matanya."Tapi kamu sama kak Elle ...""Waktu kamu liat dia cium aku, dia bilang mau mastiin kalau dia tetap ga ada perasaan sama aku. Kami biasa berendam bareng kalau lagi penat. Tapi hanya sebatas itu, Lex. Cuma yang kakakmu ga perhitungkan, yaitu kamu yang tiba-tiba nongol.""Tapi kenapa dia ga pernah bilang apa-apa sama aku, seolah hubungan kalian memang sudah seperti suami istri?""Elle pernah bilang, dia mau menjaga kenangan baik tentang Brian. Terutama didepan orang tua kamu. Tapi aku bilang, saat dia bisa kembali membuka hati dan mulai mencintai orang lain, jangan ragu untuk minta pisah sama aku, karena saat itu juga aku akan berusaha dapetin kamu lagi. Aku bakal tunggu kamu sampai kapan pun. Walau kamu akhirnya punya anak sama Reno dan kalian bahagia, aku hanya akan jaga kamu dari jauh."Mataku basah mendengar per
"Beneran gapapa aku tinggal?" Reno menatapku cemas.Aku mengangguk sambil tersenyum, "Gapapa. Aku udah sehat kok. Aku malah pengen ke kantor kalau kamu ga ngelarang."Seharian kemarin aku beristirahat bak putri raja. Reno tidak membiarkan aku melakukan apapun, padahal aku sudah bisa beraktifitas normal. Tapi aku juga tidak bisa memegang ponselku, Reno menyimpannya agar aku tidak terganggu dengan urusan kantor katanya, padahal aku ingin menghubungi kak Drian.Dan hari ini dia melarangku berangkat ke hotel, dia bilang satu hari lagi aku perlu beristirahat. Padahal aku sudah bosan berbaring dan duduk terus.Aku mengantarnya ke pintu, dan melambaikan tangan saat mobilnya menjauh. Aku duduk di ruang tengah, tidak tahu harus berbuat apa. Aku mengambil ponselku, dan menatap kecewa karena tidak ada satu pun notifikasi dari kak Drian. Aku jadi bingung apa aku harus menghubunginya terlebih dahulu, aku tidak tahu apakah dia marah atau bagaimana saat melihat Reno kem
"Aah ..." Aku mendesah sambil menjilat bibirku sambil terus menggerakan pinggulku mencari sengatan yang akan membuatku melayang. Tanganku memeluk erat bahunya berpegangan agar aku tidak hilang arah. Tangannya terus mengikuti gerakanku, sesekali bibirnya mengulum puncak dadaku dan menghisapnya membuat pening dan semakin mengejar kepuasanku. Kalimat cinta yang dia bisikan ditelingaku membuatku merasa dipuja. Aku meremas rambutnya saat gelombang itu datang dan dia mendekapku erat, mengerang dalam saat aku mencapai puncak, dan dia juga mencapai pelepasannya. Erangannya dalam, berat dan terdengar seksi membuatku bangga bahwa akulah yang membuatnya seperti itu. Peluh kami berdua bercampur saat dia rebah dan aku ambruk di atasnya. Napas kami berdua masih memburu dan bersahutan. Lalu aku bangkit menahan tubuhku
Tok. Tok. Tok.Suara ketukan pintu membuatku berhenti mengaduk supcreamyang ku buat untuk makan malam hari ini. Aku menyernyitkan dahi, jarang sekali aku menerima tamu di rumah, biasanya tetangga sebelah tapi mereka pun selalu mengabariku via ponsel sebelum berkunjung.Aku berjalan ke depan setelah mengecilkan kompor. Dan mengintip di jendela, seorang wanita berdiri didepan dan aku membuka pintu sedikit karena aku tidak mengenalnya."Iya. Cari siapa ya?" tanyaku. Wanita yang berdiri menggunakan terusan floral dan tas selempang mahal juga koper kecil dibelakang tubuhnya."Bu Alexys kan?" Dia bertanya dengan wajah ragu.Aku mengangguk. "Betul saya, siapa ya?""Saya Karina, klien yang pernahgatheringdi Rilex Anyer." jawabnya.Aku mencoba mengingat nama itu dan mengangguk ragu sambil mempersilahkan wanita itu masuk dan duduk."Maaf mengganggu waktu liburnya Bu." katanya saat aku mengambilka