Share

23. Pergulatan Batin

Setelah paginya sang ibu dan malamnya Pramono, Nadya semakin sadar, dilihat dari sudut mana pun, meski hati saling mencintai—dalihnya—hubungan dua manusia di luar pernikahan tetaplah salah. Bukan cinta namanya jika harus ada yang dikhianati sebab cinta salalunya adalah pemberian yang penuh kasih dan tanpa pamrih.

Dengan wajah tertegun dan senyum getir, pandangan Nadya kembali tertuju pada dua cangkir kopi yang bersanding di meja. Andai keadaan semudah dua gelas itu. Alangkah bahagianya.

Bukan hanya tentang niat menjodohkan Annisa, sesaat Nadya bahkan lupa pada suami, anak, dan keluarga yang pasti sangat kecewa—andai semua perbuatan bejat mereka sampai terbongkar.

Nadya meletakkan gawai yang semula dia genggam ke atas meja sebelum duduk dengan kedua tangan mengusap letih wajahnya. Entah akibat tekanan yang baru diterima atau akibat kelelahan, Nadya merasa kepayahan menghadapi perasaannya sendiri.

Detik berikutnya, perempuan itu menoleh pada Ali saat terdengar sebuah pertanyaan, “Jad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status