Share

22. Tamu Tak Tahu Waktu

“Ayo kita lari.”

Suara Nadya di kafe sore itu kembali terngiang di benak Ali. Dengan tegas, laki-laki itu menolak ide Nadya yang dengan wajah frustrasi meminta dibawa lari.

Dengan alasan pernikahan tak bahagia tanpa restu orang tua Ali menolak mentah-mentah meski akhirnya menyakiti hati wanita yang dicintai. Pun jantungnya pula, ketika Ikhsan tetap pada keputusannya.

Ali hancur. Dia yang berprinsip cara terbaik mencintai wanita adalah dengan menikahinya, nyatanya sekarang justru merusak kesuciannya.

Lihat apa yang terjadi sekarang? Lari jelas lebih baik dibanding mencuri milik orang lain, bukan.

Andai saat itu dia terpikir untuk bernegosiasi. Menemui Pramono dan membicarakannya baik-baik, kira-kira akan berakhir seperti apa sekarang?

Mengabaikan map laporan penjualan mebel bulan ini, Ali mengusap ujung dagunya. Diraihnya ponsel di meja, dan mulai mengetik pesan.

****

Melihat nama Ali muncul di bar notifikasi.

Nadya mengulum senyum. Dia buru-buru membuka lalu meletakkan kembali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status