Share

73. Kecemasan

Pramono terbangun dari tidurnya di atas sajadah saat mendengar bising nada dering dari ponsel. Pandangannya sempat menangkap penunjuk waktu digital di meja saat ia melangkah mendekati benda bergetar di sampingnya. Waktu menunjukkan pukul empat pagi, dan diari kejauhan terdengar sayup suara azan subuh.

“Ya, Suf? Pagi sekali kau menggangguku.” Pramono mengusap wajahnya.

“Mumpung ingat. Karena seharusnya aku meneleponmu dua hari lalu.

Ada calon karyawan yang akan interviu hari Senin, kapan kau akan ke sini?”

Seketika Pramono ingat rencananya untuk membawa Nadya pindah ke Bandung. “Sementara tolong hendel dulu, Suf. Mungkin kantornya akan kupindah ke Boyolali saja. Toh, Tasya mengerti kesibukan ayahnya.”

“Pindah? Bagaimana dengan rencana pindah ke Bandung? Dan rumahmu di sana?”

“Mungkin akan kusewakan sampai menemukan pembeli. Entah lah, aku belum tahu.”

“Terjadi sesuatu? Kenapa mendadak sekali?”

Pramono mengedikkan bahu seakan Yusuf, laki-laki di ujung sana, bisa melihatnya. “Beg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status