Share

78. Pamit

“Terima kasih.” Nadya menyerahkan sisa uang sewa dan kunci kepada resepsionis.

Wanita berkucir kuda itu mengangguk dan tersenyum ramah, dengan tangan terulur meraih kunci di meja.

***

Apa yang lebih menyakitkan dari dilupakan? Melihat anak yang kau cintai menanyakan di mana ibunya yang bahkan kau tak tahu di mana dia berada. Lalu kau mulai menanyakan apa salahmu dan menyalahkan hal yang mungkin terluput untuk kau lakukan.

Pramono tak pernah terpikir untuk berpisah dari Nadya kecuali kelak salah satu dari mereka akan meninggal terlebih dahulu. Itulah kenapa perpisahan menjadi begitu menyakitkan, karena kini dia harus menanggung kecewa oleh pengkhianatan.

Tangisan Tasya menarik Pramono dari lamunannya. Laki-laki berkaus putih itu mendekati sang putri lalu menanyakan apa yang terjadi. Seperti biasa Tasya teringat Nadya dan kini dia ingin bertemu sang ibu.

“Gimana kalau sore ini kita ke rumah Eyang?” usul Pramono yang akhirnya membuat Tasya mengangkat wajah, memandangnya.

“Mama gima
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status