Share

Wasiat Bag. 2

Suara tangis Hasna menjadi pengiring perjalanan sang ibu ke rumah sakit. Selama di ruang ICU perempuan itu tak sekejap pun bisa duduk tenang.

Seorang dokter membuka pintu. Dia menyampaikan, “Hanya satu orang yang boleh mendampingi, dan pastikan tidak ada kegaduhan.” Laki-laki itu menatap bergantian Ali dan Alifiya, sebagai intervensi bahwa merekalah yang dimaksud.

Keduanya saling menatap lalu mengangguk paham sebelum dokter itu melangkah pergi.

Ali meminta Hasna menunggu di luar kecuali dia bisa menahan tangisnya.

Memasuki ruang ICU yang dingin, Ali memandang wajah wanita terlelap itu seiring langkah mendekat. Dia lalu meraih satu tangan sang ibu, mengecup dan menggenggamnya.

“Maaf, Ibu.”

Meski telah berupaya menahan agar air matanya tak luruh, nyatanya kecemasan tetap merajai hati. Ali mengusap sudut matanya sebelum menganak sungai.

“Ibu ndak apa-apa,” Roro berucap, dan kontan membuat air mata Ali justru membanjir di pipi, bukan hanya akibat sakitnya sang ibu, namun ... lebih d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status