Terlihat MC sudah naik kepanggung dan akan memulai acara reuni hari itu. Beberapa angkatan lama ada yang naik panggung dan bernyanyi lagu tembang kenangan. Pasti umurnya tua sekali karena lagu-lagunya sama seperti lagu ibu Ilona. Fix reuni yang membosankan meskipun cukup lumayan untuk bersantai setelah satu minggu berurusan dengan pekerjaan.
Tiba-tiba Ilona melihat seseorang yang cukup familiar disana. Sosok yang setiap hari dia lihat dikantor. “Pak Jason!” celetuknya.
“Waduh gaes ada bosku!” Ilona menunduk sambil memberitahu kedua temannya.
“Yang mana?” Indah dan Fransisca mulai kepo.
“Tuh yang pakai kemeja hitam berkacamata!” jawab Ilona sembari menunjukkan keberadaan bosnya itu.
“Wow, cakep juga Lona! Blasteran, wajahnya kaya pinter gitu!” ujar Fransisca mulai menganalisa.
“Eh iya lo, kaya model!” ujar Indah sependapat.
“Tapi masih tetep lebih ganteng CEO mu Ilona, kalau yang ini umurnya lebih tua dari kita, sepertinya kakak tingkat,” ujar Fransisca masih menganalisa.
“Sudah, sudah jangan gibahin suami orang, sudah sold out, sudah jangan dilihatin, nanti orangnya nyadar!” Ilona mengingatkan.
“Ih kan bagus kalau disamperin, bisa kenalan, masa iya bakal di suruh ngantor hari minggu gini, ga mungkin kan!” ujar Fransisca sambil tetap memandang Jason.
“Ya ga enak Sis! Masa timku lembur aku malah libur sendiri, ketahuan reuni lagi, duuh!” Ilona makin menunduk.
“Hah, timmu lembur hari ini? Ahahaha. Pak! Ini Pak ada stafnya disini Pak!” ujar Fransisca mengoda sambil berbisik-bisik.
Belum selesai mereka bercanda mata Jason sudah melihat sosok Ilona dan benar-benar datang menghampiri mereka. Tiga perempuan itu terdiam seolah murid yang ketahuan sedang mencontek.
“Ilona! Kamu dari kampus ini juga?” tanya Jason.
“Iya Pak, saya angkatan 2016,” jawab Ilona canggung.
“Oh, kalau saya angkatan 2010,” ujar Jason.
“Tau gitu tadi bareng dari kantor ya. Eh, kayanya tadi saya ga ngelihat kamu di kantor?” Jason tampak memastikan.
Dua teman Ilona menelan ludah berprasangka bahwa si Lona akan disuruh balik kantor saat itu juga.
“Iya Pak hari ini saya ijin libur, Wenny yang gantikan Pak,” jelas Ilona.
“Oh gitu, ya bagus lah, masa iya kamu lembur terus Lona,” jawab Pak Jason diluar dugaan.
“Ya sudah lanjutkan makannya!” ujar Jason berbalik arah.
“Jason!” terdengar suara seorang laki-laki yang menyapa.
“Aku turut berduka cita ya, maaf aku ga bisa datang waktu istrimu meninggal, aku ada di Australia 2 tahun ini,” tampak seorang teman Jason mengajak ngobrol dengan suara yang masih terdengar dari meja Ilona dan kawan-kawan.
“Iya Bro, ga papa, minta doanya aja ya!” ujar Jason dengan wajah tampak sedih membicarakan mendiang istrinya.
“Leni sakit apa?” tanya temannya itu bersimpati. Mereka mengobrol dan semakin menjauh dari meja Ilona dan kawannya.
“Kamu dengar itu..? Istrinya meninggal!” tampak Fransisca memastikan apa yang di dengarnya.
“Oh iya, pantas saja setahun lalu Pak Jason sempat cuti berminggu-minggu, mungkin karena istrinya sakit,” ujar Ilona bersimpati.
“Kasihan ya, padahal masih muda!,” ucap Indah.
Berbeda dengan Indah, Fransisca malah tampak mengkode Ilona agar mulai mendekati bosnya itu.
“Available ternyata, kamu masih jomblo kan?” tanya Fransisca tanpa basa-basi.
“Huss! Udah makan saja tuh siomaynya!” jawab Ilona tampak tidak nyaman.
MC mulai mengajak para alumnus untuk melakukan game agar acara hari itu lebih meriah. Gamenya adalah Siapa Jomblo Silahkan Maju. Setiap program studi diwakili dua orang dan Ilona didorong ke atas panggung oleh teman-temannya. Ilona tersenyum kecut karena tau dia dikerjai oleh kawan-kawannya. Game berlangsung sangat lucu, bukan permainan berpasangan tapi tebak kata dan hasilnya sungguh konyol.
Seolah MC ingin memberi tahu bahwa status jomblo dikarenakan mereka kurang bisa berkomunikasi dengan lawan jenis. Lalu acara berakhir dengan doa agar para jomblowan dan jomblowati segera bisa mendapatkan jodoh. Fransisca dan Indah tertawa cekikikan melihat wajah Ilona yang tampak memerah dikerjai MC.
“Ah, kalian tega!” keluh Ilona.
“Ya ampun non, jangan diambil hati!” kata Indah dengan sedikit menahan tawa.
Tak lama kemudian ada seorang pria datang dan mengajak Ilona berkenalan. Rupanya game tadi cukup membuat para pria tertarik karena ada wanita cantik berstatus “Jomblo” naik ke atas panggung. Tapi seperti biasa Ilona tidak terlalu menanggapi dan malah permisi ke kamar mandi.
Acara reuni sudah usai, tiga serangkai berpamitan satu sama lain setelah cium pipi kanan kiri. Hari itu Ilona tidak bawa mobil karena mobilnya di taruh bengkel untuk service rutin. Terlihat dia berjalan kaki ke arah depan dan mulai mengotak-atik HP untuk memesan taxi online.
“Ga bawa mobil?” tanya seorang laki-laki mengajaknya bicara. Yup itu Jason atasannya.
“Oh iya Pak, di bengkel saya service rutin,” jelas Ilona.
“Mau bareng saya? Bukannya apartementmu dekat kantor? Saya mau balik ke sana, ayo sekalian!” Jason menawarkan.
“Tidak usah Pak, saya naik taxi online saja,” tolak Ilona.
“Sudah dapat belum mobilnya? Biasanya jam segini agak rame lo. Coba dulu deh kamu cek di aplikasi!” ujar Jason menyarankan.
Ternyata apa dugaan Jason tidak salah memang susah mendapatkan taxi online di jam macet, aplikasi Ilona hanya berputar-putar dan tidak segera mendapatkan pengemudi.
“Sudah, yuk sekalian bareng aja!” Jason menawarkan lagi.
Mau tak mau sepertinya Ilona tidak punya pilihan. Wanita muda itu akhirnya menumpang pulang dengan mobil bosnya. Mobil Jason cukup mewah, beberapa alat canggih ada disana. Seperti robot mainan kucing keluaran terbaru yang bisa menyapa saat kita masuk mobil. Robot itu menjelaskan kondisi lalu lintas terupdate dan memberi saran arah mana yang lengang dan paling cepat sampai tujuan.
“Gimana reuninya seneng ga?” Jason menggoda karena tau Ilona tadi dikerjai MC acara.
“Kalau tau mau dikerjain gitu, tadi saya ga usah datang aja Pak!” keluh Ilona.
“Hahaha, ga usah diambil hati, itu cuma game!” tutur Jason menenangkan.
“Masih lapar ga? Tuh lewat outlet ayam favoritmu!” Jason menunjuk sebuah resto ayam crispy keju yang dia kirimkan kapan hari.
“Oh, disitu tempatnya?” mata Ilona antusias.
“Bukannya Bapak masih mau kerja lagi? Next time aja lah sekalian sama tim marketing!. Teman-teman kayanya juga pengen coba makan disana!” saran Ilona.
“Hari ini saya kenyang!” sambil nyengir Ilona mengusap perutnya.
“Okay, next time ya!” Jason tersenyum sambil tetap fokus menyetir.
“Emangnya kamu jomblo Lona? Kirain pacarmu banyak?” Jason mulai menggoda lagi.
“Ya elah Pak, ga sempat ngedate Pak, tiap weekend kebagian lembur,” gerutu Ilona.
“Duh kasihan!” ujar Jason sembari meledek.
“Hemmm, apa jadi Jomblo itu kejahatan? Ga kan!” jawab Ilona membela diri.
"Iya ga usa nge GAS! Hahaha!" Pak Jason tertawa dan menghentikan mobilnya karena sudah sampai di depan apartement tempat Ilona tinggal.
"Terima kasih ya Pak!” Ilona berpamitan ramah.
“Oh iya, saya lupa, saya butuh bantuan kamu Lona! Tapi detailnya saya kirim besok saja lah, sekarang istirahat saja dulu!” ujar Jason yang tiba-tiba ingat pekerjaannya.
“Bye-bye, besok jangan telat ya!” sambil melambai dari mobil dan meninggalkan Ilona yang penasaran. Ilona mengerutkan alis sambil mengira-ngira pekerjaan apa yang akan dibebankan untuknya besok.
Hai terima kasih sudah baca, baca terus karyaku ya. terima kasih :)
“Wuss..! Wuss..!” tercium bau telur gosong dari arah dapur.Apartemen yang ditinggali Ilona tampak berasap, untungnya semua jendela terbuka dan udara segar masih bisa masuk. Wanita muda itu sedang sibuk di dapur.“Au, Au!” suara Ilona terdengar berteriak.Hari ini Ilona masuk sedikit lebih siang, jadi dia berencana sarapan dirumah. Rencananya sih ingin membuat roti sandwich spesial made by Ilona, tapi kemampuan memasaknya memang sangat payah. Minyak goreng yang dia masukkan terlalu banyak untuk hanya menggoreng telur. Alhasil, minyak memercik kesana- kemari membuat serangan panas ke segala arah.“Hei, telur menurutlah pada tuanmu!” ucapnya.“Kalau sudah matang kugigit kau!” imbuh Ilona lagi.Akhirnya telur setengah gosong pun bisa diangkat dari penggorengan. Dia menaruhnya begitu saja diatas roti, memberikan daun slada, bawang bombay, keju slice, saus sambal,dan mayonise.“Hahaha, kata siapa aku tak bisa masak, ini buktinya bisa dimakan!” ujar Ilona mengunyah roti sembari membaca pesa
Percetakan Kantor PusatSilvia dan teman-teman segera menemui staf penanggung jawab kemasan. Dia menunjukkan tempat kemasan dan mempersilahkan mereka untuk bekerja. Biasanya kalau ada kesalahan cetak ada pekerja partime yang akan membantu. Tapi karena ini mendadak, jadi partimer tidak bisa datang membantu. Mereka mulai menempel stiker satu demi satu di atas kertas kemasan produk. Mereka hanya punya waktu 6 jam untuk bisa menyelesaikan semuanya. Sudah 1 jam mereka disana dan hanya sanggup menempel sekitar 2000 kemasan.Ilona mulai mengkalkulasi waktu. Jika sejam 2000 kemasan berarti 6 jam hanya bisa mendapat 12.000 kemasan. Masih kurang 28.000 kemasan lagi. Ini masalah, Ilona mulai mengshare pesan SOS ke grup kantor. Intinya dia meminta bantuan siapa saja yang longgar saat itu untuk membantu. Tapi dia agak pesimis karena pastinya tim lain juga akan punya kesibukan lain alih-alih membantu tim design untuk bertanggung jawab perihal penempelan stiker.Tuut..! Terdengar ada pesan masuk.“S
AC mobil yang dingin membawa suasana yang cukup canggung di dalam mobil. Ilona yang membawa Ziyan untuk traktiran usai kerja, malah tampak seperti kencan diam-diam.“Teman Bu Ilona ikut?” Ziyan memastikan.“Mereka pulang!” jawab Ilona singkat.Makin hening suasana di dalam mobil, Ziyan agak grogi karena malam ini mereka hanya berdua saja.“Kita ke DC Bistro ya, kamu mau?” ajak Ilona.“Boleh,” jawab Ziyan tidak kalah singkat.Ilona mengajak Ziyan ke rumah makan yang tempatnya agak jauh dari kantor. Ilona rupanya juga khawatir kalau acara makan bersama mereka menjadi gosip saat ada staf kantor yang melihatnya.“Bu Ilona, sekarang sibuk persiapan event apa? Ada pameran lagi?” tanya Ziyan mengusir canggungnya.“Ga ada pameran sih, cuma persiapan event sosial, bikin acara sama anak yatim, tapi masih belum kepikiran mau bikin apa yang sekiranya seru,” jawab Ilona.“Sosial? yang bulan depan ini?” tanya Ziyan memastikan.“Iya, event sosial perusahaan, CEO kita yang cari dananya, jauh-jauh sam
Malam yang cukup panjang untuk berbincang-bincang, makanan yang enak, ide yang segar, dan teman yang tampan. Ziyan menatap Ilona yang mulai berbicara panjang lebar. Steik yang mereka pesan sudah habis dan sekarang berganti hidangan laut. Wanita itu bercerita tentang seputar pekerjaannya. Sembari mengetok cangkang kepiting yang keras mulut Ilona masih saja presentasi produk. Ilona memang masih tampak berenergi meskipun sudah lewat jam 10 malam. Ziyan tersenyum simpul dan terus mengamati. Ziyan merasa ada magnet yang cukup besar yang membuatnya tertarik pada wanita itu. Hanya saja Ziyan masih belum tau perasaan apa yang dirasakannya sekarang. Dia hanya membiarkan semua perasaan itu mengalir alami dan membuat kesan yang manis. Sesekali Ilona menyelipkan rambutnya ke telinga saat makan dan itu membuatnya tampak semakin mempesona. "Eh kamu tau ga bedanya rajungan sama kepiting laut?" tanya Ilona tiba-tiba. "Tau lah!" jawab Ziyan santai. "Tau? masak? apa bedanya?" tanya Ilona mendadak
2 minggu yang laluMinggu sore, Eldrian terlihat sedang asik membuka katalog kalung berlian di sebuah toko perhiasan. Eldrian ingin memberi kejutan pada kekasihnya Venya nanti malam. Sudah beberapa minggu mereka harus berhubungan jarak jauh karena Eldrian sedang mengurus beberapa urusan di Jepang. Rencana malam itu adalah menjemput Venya di apartementnya, membawa buket bunga, memesan tempat untuk makan malam, dan memberikan hadiah spesial. Persiapan yang sangat matang untuk sebuah kencan romantis .“Saya mau yang ini!” ujar Eldrian pada pelayan toko.Eldrian memilih sebuah kalung berlian berbentuk kunci kecil dengan lambang hati ditengahnya. Sangat indah, dan mampu mewakili perasaan rindunya saat itu. Sembari mengecek ponselnya dia tersenyum saat tau Daniel sudah berhasil memesan dan mengatur tempat makan yang Eldrian inginkan malam itu. Semua sudah siap sebelum jam 8 malam. Eldrian berdandan sangat tampan. Mengendarai mobil hitamnya dia sudah siap menuju apartement kekasihnya untuk m
Ilona dari pagi tampak mengotak-atik laptopnya dan melihat angka penjualan untuk minggu ini. Cukup lumayan tapi masih belum sampai ke target yang dia inginkan. Membuka website dan mulai mengupdate beberapa produk, Ilona juga mempunyai website pribadi untuk penjualan, semua staf marketing punya, hanya berbeda-beda produk saja. Ilona bertanggung jawab untuk produk robot pembersih, dan semua robot seputar rumah. Sangat laris dipasaran karena selain lucu, teknologinya juga sangat berguna. “Hai Ilona!” seseorang menyapanya. Dia adalah Jeremy rekannya dari bagian desain. “Kamu suka milk green tea?” tanyanya sembari menyodorkan cup minuman dingin. “Wow, terima kasih Jeremy,” ucap Ilona sambil tersenyum. “Gimana penjualanmu minggu ini? Aman?” tanya pria itu lagi. “Masih aman, tapi belum maksimal sih!” jawab Ilona. “Gimana desain iklanmu? Ada kendala?” tanya Ilona balik. “Semuanya sudah fix, sudah ACC Pak Jason kemarin” ujar Jeremy tamp
Kesibukan rutin CEO Eldrian membuatnya hampir tidak sempat melakukan penyamarannya. Ziyan si OB sudah lama tidak main ke kantor cabang devisi 1. Sore hari yang agak senggang membuatnya ingin pergi ke sana dan bertemu Ilona. Setelah menugaskan Daniel untuk mewakilinya bertugas. Eldrian pergi ke kantor cabang dengan membawa mobil box milik kantornya. OB serba bisa itu perannya, mobil kantor bukan sesuatu yang tampak mewah tapi cukup menjadi kakinya agar sampai ke kantor cabang.Eldrian masuk dan membawa sekotak kue. Dia duduk di lobi ruang tunggu dan membuat panggilan. Panggilan untuk Ilona teman barunya di kantor pemasaran. Teman yang cukup cantik dengan karakter baik hati yang gila kerja. Sore hari sudah dekat dengan waktu jam pulang staff. Ilona menerima panggilannya dan segera datang.Terakhir kali mereka bertemu adalah saat makan malam, sebuah malam yang menyenangkan sekaligus canggung. Ziyan tidak pernah menghubungi Ilona begitu juga Ilona. Baru sore hari itu merek
Hari Minggu pagi, janji kencan dengan Jeremy akhirnya disanggupi oleh Ilona. Dia teringat apa kata Ziyan bahwa mencoba bukanlah sesuatu hal yang salah. Pikirkan saja kalau Jeremy adalah saudaramu dan pahami karakternya. Saran yang bagus sekaligus agak menyesatkan bagi wanita yang sangat jarang berkencan dengan pria itu. Ilona mencari baju yang manis, dan berdandan agar tampak menarik. Bukan karena dia ingin tampil cantik di depan Jeremy tapi karena dia ingin mendalami suasana kencan dengan seorang pria. Maklum status jomblo yang sering menjadi bahan ledekan teman-temannya membuat Ilona merasa muak dan ingin juga memiliki satu pacar yang bisa dia ajak nongki bersama teman-temannya. Meskipun Ilona juga paham betul bahwa hati tidak bisa dipaksakan. Ilona membawa mobilnya sendiri dan mengajak Jeremy untuk bertemu langsung di bioskop saja. Hal itu dilakukan Ilona untuk mengantisipasi agar Jeremy tidak tau dimana dia tinggal karena dia teringat apa kata Ziyan ada sebagian pria yang memang