Suka atau tidak, mau atau tidak, kamu akan jadi milik aku selamanya
~Fall in love ~
~Keesokan harinya..~ Hari ini aku memiliki kelas matematika dasar. Okay, Hari pertama di Universitas dan kau dipertemukan dengan Matematika. Good job Stevie. Takdirmu sangat bagus semester ini.Itu sebagian dari caraku saat memberi selamat pada diri sendiri. Aku selalu melakukan itu agar tidak terlalu tegang dihari pertamaku.
Ini terasa seperti waktu SMP dulu. Setelah panas-panasan karena upacara hari senin, kau malah dipertemukan dengan matematika beserta gurunya yang bisa dibilang jahat.
Mungkin di perguruan tinggi akan disebut dosen killer. Walau ini adalah hari selasa dan bukan senin.
Tak sulit menemukan kelas itu, itu sebabnya bertanya saja tidak akan membuatmu rugi apapun. Daripada sok tahu, tapi akhirnya muter-muter enggak jelas.Di kelas ini ada 40 siswa, dan mereka terlihat bersemangat. Meski tidak semuanya.
Aku belum pernah melihat teman-temanku bersemangat seperti ini, bahkan ketika disana tidak ada Matematika.
Tapi sekarang berbeda. Mereka malah bersemangat dihari pertama karena ada Matematika.
Sungguh luar biasa. Mungkin ini yang dinamakan euphoria mahasiswa baru.
Aku menjalani saat ini dengan baik. Walau dosenku ini tidak perlu basa-basi tentang dirinya atau untuk sekedar melakukan perkenalan.
Dosen matdasku itu terlihat baik. Bahkan bisa dibilang santai dan asik dalam mengajar.
Mungkin perasaanku atau asisten dosennya terlalu kaku dan terkesan jahat di depan kami. Dia masih muda dan bahkan masih berstatus mahasiswa.
Dia itu kakak tingkat semester 7, dan stevie yakin alasannya karena dia terlalu stress menjelang akhir perkuliahan.
Memang tidak mudah menjadi asisten dosen disaat statusmu masih sebagai mahasiswa.
Tolong maafkan pikiranku kak, aku hanya sedang menarik kesimpulan dari pemandangan didepanku.
Tapi itu karena aku sudah sering melihat banyak mahasiswa seperti itu. Jangankan semester 7, semester satu saja banyak yang mengeluh.
Itu bukan pemandangan baru bagi Stevie.
Awalnya aku berharap matematika dasar hanya akan berisi dasarnya saja. Seperti perkalian, pembagian, dan kawan-kawan.
Tapi sepertinya aku terlalu banyak berharap untuk itu.
Karena faktanya, matematika dasar itu tidak ada dasarnya sama sekali. Semua berisi pelajaran tingkat SMA bahkan yang kau temukan di kelas 12. Sesulit itu dan itu hanya dasar di perguruan tinggi.
Ya tuhan…
Harusnya stevie mengerti bahwa perguruan tinggi tidak akan mengajarkannya matematika dari yang paling dasar lagi. Apalagi hanya perkalian, pembagian, dan lain sebagainya.
Maklum saja, pikiran Stevie belum di upgrade, makanya dia berfikir seperti itu.
Mari kita fokus dengan matematika, dan lanjutkan lagi ceritanya setelah ini.
Dua jam kemudian..“Apa ada yang ingin bertanya ?” tanya dosenku
Ada beberapa mahasiswa yang mengacungkan tangannya.
Aku memang belum mengerti beberapa hal, namun mungkin saja salah satu temanku akan menyinggungnnya.
Dosen itu menjelaskan lagi pertanyaan beberapa mahasiswa dengan sabar. Semoga saja semua dosenku nanti seperti beliau.
“Baik semua, karena tidak ada lagi yang ingin bertanya, maka kelas hari ini selesai sampai disini. Sampai ketemu di hari senin yang akan datang.” ucap dosen matdas kami
Kami segera bergegas keluar, tak lupa mengucapkan terima kasih
"Vie. Kantin yuk !" ajak Salsa, teman baruku.
"Yuk !" jawabku dan kami segera menuju ke kantin.Jarak kantin dengan kelas itu terbilang jauh. Itu karena kami akan makan saja di kampus FEB karena mereka tidak ingin berdesakkan di kantin lain.
Sebenarnya tidak, itu bukan alasan yang tepat.
Setahu mereka, kantin FEB itu sangat terkenal, itu termasuk kantin yang banyak pengunjungnya. Disana luas dan makanannya terbilang lezat, tapi tak apalah. Mereka juga ingin sekalian jalan-jalan.
Keadaan di kampus itu, jauh berbeda dengan SMA. Jika di SMA semua pakaian akan seragam, namun disini tidak. Tidak hanya dari pakaian, waktu kuliah mereka saja berbeda, makanya tidak cukup 50 tenaga pendidik disini.Apalagi dengan mahasiswa yang sangat banyak seperti ini.
Semoga saja seniorku tidak bersikap jahat disini."Mungkin itu akan menjadi harapanku di kampus setiap harinya" pikir stevie
Oh astaga, belum juga bertemu senior sudah dibilang jahat, dasar maba.“Emang kampusnya gedong banget. Bisa kurus mendadak kalau gini tiap hari !” kata salsa
“Emangnya situ gemuk ?” tanyaku
“Enggak lah. Tapi gini-gini juga bisa nambah kurus kali kalau jalan kayak gini terus !” jelasnya lagi
“Iya iya. Makanya jalan-nya sambil ngemil.” saranku padanya
“Mana sempat. Kantin aja belom nyampe !" ujar salsa
Dia terlihat lelah.
Memang efek dari kelas Matematika selalu saja seperti ini.
Tak terasa, mereka sudah sampai di kantin, dan untunglah kantin ini besar, dan pengunjungnya tidak banyak.
Hanya beberapa meja dan itupun tidak penuh.
"Duduk sini, aku pesanin dulu." kata SalsaMereka memilih tempat yang tidak jauh dari pintu masuk, dan tidak juga berada di tengah ruangan.
"Mau makan apa ?" Tanyanya lagi
"Nasi goreng aja, sama jus jeruk." kataku sambil mengeluarkan uang lembar 50 ribu dari dompet. "Oke, bentar yah," "Sip, thank Sa" jawabku.Salsa segera menuju ke tempat makanan dan menitipkan tasnya padaku.
Aku menatap sekeliling kantin ini. Setiap orang sibuk dengan jadwal mereka masing-masing. Tentu saja, tidak semua memiliki jadwal yang sama disini.
“Emang SMA itu udah yang paling bestlah.” Batin stevie
Tapi stevie sadar, dia tidak bisa selamanya menetap disana. Waktu terus berlalu begitupun dengan hidup.
Dia juga sadar, bahwa dia tidak hanya merindukan tempatnya yaitu sekolah SMA nya dulu, namun juga suasana dan orang-orang di dalamnya. Dan itu tidak bisa digantikan dengan apapun.
Saat sedang duduk menunggu salsa, stevie melihat sesuatu yang cukup mengganggunya sedang berjalan memasuki kantin.
“Padahal udah berharap enggak ketemu lagi !” batin Stevie
Yap, Tanpa sengaja aku melihat cowok itu. Dia baru saja datang bersama teman-temannya. Bahkan disana ada ketua BEM. “Pantas saja waktu itu kami ditegur. Ternyata anak tongkrongan juga,” kata Stevie pelanDia mengingat kejadian kemarin dan itu membuatnya meringis pelan.
“Nggak usah diinget Vie, dia cuman modus.” batin stevie tanpa melepaskan pandangannya dari mereka.
Dia juga berhak menolak bukan ?. Jika dia bisa memaksa, maka Stevie juga bisa kabur. Jangan ragukan skill menghilangnya.
Tapi walau begini, dia tidak pernah bolos semasa sekolah dulu. Jadi jangan mengira Stevie menyalahgunakan kelebihannya.
Eaaa. Udah kayak musuh di Power Ranger aja.
Stevie masih menatap mereka.
Bahkan mereka menjadi pusat perhatian saat memasuki kantin.
“Bisanya tebar pesona doang !” cibir stevie
"Hussh Vie. Ngeliatnya gitu banget !" tegur Kevin yang entah sejak kapan sudah berada di depanku.Nih anak kapan munculnya sih ?
“Lagian ngomongin siapa sih ?, kepo gue,” kata kevin.
Saat kevin akan membalikkan kepalanya, Stevie lebih dulu menahannya.
“Apaan deh, gue kepo nih !” kevin masih saja keras kepala
Dasar ini anak, kepo banget deh. Kayak cewek saja.
“Jangan. Bukan siapa-siapa kok !” jawab stevie cepat
Kevin menatapnya dengan tatapan selidik.
“Ngeliatnya jangan gitu juga kali !” cibir stevie.
. . .
Sampai ketemu di bab selanjutnya. Hope you enjoy it :)
Keesokan paginya, Ryan sudah bangun lebih dulu dibanding Yaya.“Tumben..” ucap Ryan saat melihat istrinya masih tertidur pulas.Biasanya, Yaya akan bangun lebih dulu dibanding Ryan. Tapi mengapa hari ini berbeda?Ryan berjalan mendekati Yaya, dan akan menciumnya. Namun..“Emm kak..” ucap yayaDia menjauhkan wajahnya dan itu membuat Ryan tidak bisa mencium istrinya.“Sayang. Kok gitu sih?” tanya Ryan“Jangan dekat-dekat aku.” Jawab YayaRyan menaruh tangannya di pinggang karena merasa aneh.“Kita ke dokter sekarang.” Kata Ryan“Nggak usah!” tolak yaya“Nggak ada penolakan.” Balas Ryan“Semalam aku disuruh tidur di sofa. Dan pagi ini, kamu nggak mau aku cium. Aku nggak tahan kalau jauh-jauh dari kamu sayang.” Jelas RyanYaya hanya tertawa mendengar itu. Walau begitu, dia tetap mengikuti perintah suami
Bukan hanya tentang siapa yang lebih dulu kau temui, karena segalanya bukan karena sudah waktunya, tapi karena memang dia orangnya.~Hari ini adalah hari pernikahan Yudha dan Ina.“Udah siap sayang ?, cepat udah ditelepon mama nih” itu teriakan ryan.“begini nih kalau udah dandan. Harus lama banget gitu” kata ryan pada sean yang berada di gendongannya.“Iya sayang, udah siap kok” jawab yaya.Dia berjalan menuruni tangga sembari memeriksa isi tasnya.“Sayang” tegur ryan“Apa aku terlihat cantik ?” tanya yaya“Apa kamu yakin ?” kata ryanAda apa lagi ini ?“Sayang, coba lihat. Apa itu mommy ?” tanya ryan pada sean“kenapa sih sayang ?” bingung yaya“Itu sangat cantik. Makanya aku bertanya apakah ini benar mommy-nya sean ?”Huffhh, yaya menghela napas lega. Untung saja gaunn
“Oh iya, pada belum makan kan ?, ke resto dulu yuk” ajak papa“Emm, yaya balik duluan aja yah pa, kasian Sean udah lapar sama ngantuk banget” kata yaya“Yaudah sayang. Kalian balik duluan aja” kata mama“maaf yah ma, pa” kata ryan“iya enggak papa” jawab papa“yaudah balik duluan aja, kasian cucu oma” kata tante sofieYaya mengangguk. Mereka segera memasuki mobil dan lainnya menuju ke restoran.“ayo sayang” ajak ryan. Saat dia ingin menyentuh yaya, yaya lebih dulu berjalan meninggalkannya.“Sean mau minum susu dulu” yaya mulai menyusui sean“Kok duduknya di belakang sih sayang ?” tanya ryan tidak sukaYaya menatap sekitar lalu menepuk jidatnya.“kok malah duduk di belakang yah, lagian udah terlanjur juga, kasian Sean udah nyusu” jawab yaya.Begini nih kebiasaan yaya kalau seda
Yaya memilih gaun dengan bentuk sebelah lengan, dan sebelahnya lagi kosong. Gaun kekinian yang tidak terlalu terbuka.Gaun itu tidak begitu saja dipilihnya, dia harus berdebat dengan ryan dulu tadi. karena merasa gaunnya terlalu terbuka.“Sayang” panggil ryan saat yaya sedang berada di depan cermin.Yaya sedang mencoba gaun tanpa lengan.“Kok gaunnya kebuka gini sih ?” tanya ryan menilai gaun yang sedang dikenakan yaya.Dia mengangkat-angkat gaun tersebut dan memberi penilaian layaknya juri fashion.“Ini itu kebuka banget. Udah punya anak juga.” Cibir ryanSalah, sepertinya dia bukan juri fashion. Tapi emak-emak tukang nyinyir. Entahlah apa sebutannya.“ini enggak kebuka sayang, tanpa lengan doang” kata yaya. Memang menurutnya dress ini aman-aman saja.“ganti sayang” perintah ryan“Tap-“Enggak ada penolakan” kata ryan final.
“Dek!” panggil ryan saat yaya sedang berada di dapur“Hmm ?” yaya hanya bergumam sebagai jawaban“Lagi ngapain ?” tanya ryanDia berjalan mengampiri yaya dan memeluk pinggang istrinya dari belakang.“Ngapain sih ?” kata ryan mengulangp ertanyaannya“Aku cuman lagi nyuci piring aja.” Jawab yaya“Nggak usah dicuci. Dikit gitu doang.” Kata ryanYaya meneruskan kegiatannya mencuci beberapa peralatan makan yang tersisa.“Sayang.” Panggil ryan“Iyaa ?” tanya yaya“Kita nggak usah fitting baju hari ini yah ? Aku lagi males banget.” Ujar ryan“Bohong. Bilang aja kalau kamu nggak mau pergi.” Balas yaya“Bukan gitu. Aku tahu kalau kamu kesana, mama pasti ngajak kamu kesana kemari. Aku kan maunya sama kamu sayang.” Jelas ryan“Tuh kan. Kita kan fittingnya nggak lam
“Kak!” panggil yayaDia sudah siap dengan pakaian rapinya saat ini.“Hmm ?” balas ryan“"Aku mau kerumah mama dulu. Mau bantuin mama ngurus acara pernikahan" ucap yaya pada ryan.Dia meminta izin agar suaminya itu bisa membiarkan dirinya pergi ke rumah mama.“Kok gitu sih sayang ?” tanya ryanYaya yang mendengar itu, hanya menaikkan sebelah alisnya bingung.“Maksudnya gimana ?” ujar yayaRyan yang sedang fokus dengan laptopnya, langsung meletakkan itu di meja."kok bahasanya gitu sih sayang ?" Ulang ryanApa yang terjadi dengan suaminya itu ?. Yaya masih merasa bingung saat mendengar itu."Memangnya ada yang salah ?" tanya yayaRyan mengangguk sebagai jawaban."Iyaa. Kayak aneh gitu" jawab ryanEntahlah. Padahal yaya merasa tidak ada yang aneh dengan ucapannya barusan. Kenapa suaminya malah bersikap seperti itu ?"Coba d