Share

Bab 5

Author: Sinda
last update Last Updated: 2023-10-09 15:56:20

Hal pertama yang Mahira lihat di pagi ini ketika membuka mata adalah ... Alex.

Perempuan itu mengerjap. Memastikan bahwa pusing yang mendera bukan sebab ia berhalusinasi. Berkedip beberapa kali, Mahira masih melihat Alex di hadapannya. Ia pun duduk.

Mahira mengangkat tangan, kemudian menemukan ada jarum infus yang tertempel di sana. Ia kembali menoleh dan masih melihat Alex di sana.

"Mencariku, Sayang?"

Si wanita berhenti berkedip. Sorot matanya menjadi dingin. Kemudian, dengan satu gerakan cepat, tangan Mahira berhasil memberikan satu tamparan keras di wajah Alex.

"Bajingan," maki Mahira pelan, tetapi penuh kebencian.

Alex menggosok pipinya sesaat. Pria itu tersenyum jenaka. Seolah makian atau tamparan Mahira tak berarti apa-apa untuknya.

Lelaki itu mendekat, duduk di tepian ranjang Mahira. "Bagaimana keadaanmu?" Mata Alex melirik ke arah perut si perempuan. "Kau hampir membahayakan bayimu, Sayang."

Kemarin, Mahira nyaris jatuh dari atas pohon. Kelelahan, pun perempuan itu keras kepala untuk bertahan di atas pohon. Karena itulah Alex ada di sini sekarang.

Tak puas hanya menampar, Mahira melepas jarum infus. Pukulan bertubi-tubi ia berikan pada Alex. Kepala, wajah, semua bagian tubuh Alex yang bisa ia jangkau, Mahira pukul.

Napasnya yang tersengal membuat Mahira berhenti menganiayai Alex. "Kenapa kau lakukan itu padaku?"

Alex mengusap sudut bibirnya yang terasa sedikit sakit. "Kau cantik," balasnya tanpa menatap si perempuan.

Saat Mahira kembali hendak melayangkan pukulan, kali ini Alex sigap mencekal tangan perempuan itu.

"Cukup. Kau bisa pingsan." Alex bisa melihat bagaimana Mahira kesulitan mengambil napas. "Albert!" panggilnya.

Tak lama, Albert datang.

"Ambilkan air. Panggilkan dokter," perintah Alex, sembari memaksa Mahira berbaring.

Albert pergi menjalankan perintah, Mahira kembali berusaha bangun. Namun, Alex menekan bahunya, hingga perempuan itu kembali terbaring.

"Jauhkan tanganmu dariku, Bajingan!"

Menggeleng tenang, Alex mengambil seutas tali dari laci nakas. Ia satukan kedua tangan Mahira ke atas kepala perempuan itu, kemudian mengikatnya ke kepala ranjang.

"Berbaring. Kau bisa pingsan lagi."

Alex menyelipkan bantal di bawah kepala Mahira. Saat Albert datang membawakan air, ia bantu si perempuan minum. Namun, Mahira malah menyemburkan air itu ke wajahnya.

"Lepaskan aku, Bajingan. Kau kira kau bisa melakukan ini padaku?"

Menyeka wajahnya yang basah, Alex tak menyerah. Ia kembali membantu Mahira minum. Kali ini perempuan itu menurut, setelah Alex sedikit melotot.

Alex kembali duduk di tepian ranjang. Ia menatapi wajah Mahira lumayan lama, kemudian tersenyum.

"Dengarkan aku ...." Pria itu memindahkan pandang ke arah dua lengan Mahira yang terikat ke atas. "Astaga, kenapa kau cantik sekali?"

Pria itu beranjak, memilih duduk di kursi dekat ranjang. Berusaha bersikap hati-hati.

"Dengarkan aku," ulangnya berusaha fokus menatap wajah Mahira dan bukan yang lain. "Jangan persulit dirimu. Tinggal di sini, setidaknya sampai anakmu lahir."

Mahira membuang wajah. Hatinya entah kenapa terasa sakit mendengar Alex bicara begitu. Anakmu? Hanya anak Mahira?

"Itu tidak sulit. Kau hanya perlu jadi penurut dan berhenti mencoba kabur. Kau tak akan bisa ke mana-mana. Sekali lagi kuberitahu, kau tidak akan bisa ke mana-mana lagi, Mahira."

Tak ada yang bicara lagi selama bermenit-menit setelahnya. Mahira berusaha tetap tenang dan mencari jalan keluar. Alex asyik menatap wajah perempuan di hadapannya.

"Kau ingin sesuatu sekarang?" tanya Alex memecah hening.

Mahira menengok. "Membunuhmu?"

Tawa Alex langsung menyembur setelah mendengar itu. "Apa kau sangat membenciku? Salahku apa?"

"Salahmu apa? Apa meniduri perempuan yang bahkan tidak kau kenal bukan kesalahan?"

Alex diam untuk sesaat. Pria itu tersenyum penuh arti setelahnya. "Kau membenci orang yang menidurimu?"

"Lalu aku harus berterima kasih?" balas Mahira dengan senyum miring.

"Kau marah karena kau hamil?" tebak Alex.

Si perempuan merapatkan bibir. Ia memalingkan wajah sekali lagi.

"Kalau begitu, apa kau mau aku melenyapkan janin itu untukmu?"

Sadar kakinya tidak terikat, Mahira melayangkan satu tendangan ke wajah Alex. Ia puas karena berhasil membuat lelaki itu tersungkur dari kursi, meski punggung kakinya terasa berdenyut sakit.

"Mahira!" bentak Alex tak terima. Ia memegangi pipinya yang tadi ditendang. Matanya menatap galak si perempuan.

Mahira langsung membalik tubuh. Memunggungi Alex. Meski berusaha tak takut, tetapi Mahira tetap merasa gugup saat mata tajam Alex menatapnya seperti barusan. 

***

Esok paginya, Mahira tak lagi menemukan Alex di rumah itu. Ikatan di lengannya juga sudah dilepas. Pagi ini, Mahira diajak, lebih tepatnya dipaksa Albert untuk sarapan di meja makan.

Mengabaikan rasa marahnya, pagi ini Mahira menikmati sarapan dengan tenang. Ia memikirkan janin di yang berada di kandungan. Jika terus-terusan kurang nutrisi, perkemabngan janin itu bisa terganggu.

"Di mana bajingan itu?" tanya Mahira usai menandaskan isi gelasnya.

"Tuan Alex?"

"Memang ada bajingan lain selain dia?"

"Tuan Alex sudah pergi dini hari tadi. Kembali ke rumahnya."

Mendengar panggilan Tuan yang Albert sematkan, Mahira menjadi makin yakin jika benar Alexlah dalang di balik semua keburukan yang menimpanya.

"Tuan Alex membawakan banyak pakaian untuk Nona. Dia juga berpesan untuk membiarkan Anda keluar rumah."

Mata Mahira melebar. Ia terlihat luar biasa antusias. "Keluar rumah? Benarkah?"

Albert mengangguk. "Bersama saya dan beberapa pengawal."

Beberapa pengawal. Mahira kira mungkin hanya dua. Ternyata, saat ia bilang ingin keluar rumah untuk sekadar berjalan-jalan, lima iring-iringan mobil mengikuti mobil yang Mahira tumpangi.

Si perempuan menyandarkan kepala ke kaca mobil. Wajahnya terlihat mendung. Kalau begini, apa bedanya?

"Anda boleh menurunkan kaca jendelanya, Nona," saran Albert yang duduk di samping Mahira.

Mahira hanya melirik kesal. "Apa ini namanya boleh keluar rumah? Kau kira aku ini apa?"

Albert jadi serba-salah. "Bukankah tadi Anda bilang hanya ingin diajak berkeliling dengan mobil?" Ia bingung kenapa Mahira masih saja protes.

"Apa gunanya kalau kau juga membawa lebih dari dua puluh orang?"

Mahira sangsi dirinya akan bisa kabur. Kalau hanya diikuti dua atau tiga pengawal, mungkin ia bisa melarikan diri. Jika sampai ada dua puluh orang? Bagaimana Mahira bisa lepas dari pengawasan?

"Itu harusnya tidak masalah, Nona," balas Albert dengan senyum pongah. "Kecuali, Anda merencanakan kabur. Dua puluh orang cukup untuk mencari Anda."

Alasan ingin berkeliling gagal, Mahira meminta segera pulang. Setibanya di rumah, perempuan itu menemukan Alex di kamarnya.

"Bagaimana jalan-jalanmu?" Lelaki itu langsung berdiri dan memundurkan langkah saat tahu Mahira mengambil ancang-ancang untuk memukulnya.

"Aku benar-benar akan membunuhmu!" Tak tahu harus melampiaskan rasa kesal dan putus asanya pada siapa, Mahira memilih meluapkan itu pada Alex.

Alex memegangi kedua tangan Mahira yang berusaha memukulnya. "Hei, apa kau begitu membenciku? Aku salah apa?"

Salah apa? Mahira menginjak kaki Alex sekuat yang dia bisa.

"Kau membuatku hamil dan masih bertanya salahmu apa?"

Mahira menjambak rambut Alex. Tangannya terasa lengket karena jel rambut yang lelaki itu pakai. Belum puas, ia mencubit lalu mencakar pipi Alex. Si lelaki berteriak, seolah perutnya ditusuk.

"Bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu!" teriak Mahira puas.

Berusaha melepaskan diri dari Mahira, Alex berhasil menarik lepas rambut dan pipinya dari perempuan itu.

"Aku tidak bersalah, Mahira! Kenapa kau terus-terusan memukuliku?!" protes pria itu tak terima.

Mahira berusaha mengatur napas. Perempuan itu mengambil ancang-ancang untuk kembali mencakar wajah Alex, tetapi mendadak terdiam saat si lelaki buka suara.

"Bukan aku yang membuatmu hamil. Anakmu itu bukan anakku. Aku bersumpah, Mahira!"

....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Falling for Dangerous Man    Mahaya

    Ini sudah tidak benar. Riga harus dihentikan, atau pria itu akan membuat semua orang babak belur, seperti Alex.Dengan langkah tergesa dan mata dipenuhi sorot kesal, Mahira keluar dari kamar. Perempuan itu menemukan suaminya ada di lantai bawah, ruang tamu. Bersama Alex dan keluarga mereka yang hari ini berkunjung.Mahira baru saja selesai mandi. Dan selama mandi tadi, ia terus terpikirkan sikap Riga yang sudah kelewat batas. Hari ini Alex, besok, pria itu bisa saja memukul ayah mertuanya atau suaminya Leoni."Riga!" panggil Mahira. "Berikan Mahaya pada Ibuku."Lelaki yang Mahira panggil mengaitkan alis, dengan bibir rapat dan berkerut. Dekapannya pada bayi di gendongan mengerat, tetapi tetap lembut."Kenapa?" tanya lelaki itu dengan suara tenang, tetapi tak rela. Lihat, belum apa-apa, Riga sudah seperti akan menghajar seseorang. Mahira tak habis pikir."Aku harus bicara padamu. Biarkan Ibu menggendong Mahaya."Menyipitkan mata pada istrinya, Riga memalingkan pandang pada wajah bayi

  • Falling for Dangerous Man    Mahira - 17

    Mahira terperanjat saat merasakan tubuhnya dipeluk dari belakang. Perempuan itu berbalik, lalu menemukan jika pelakunya adalah sang suami."Kenapa kau bangun pagi sekali?" ucap Riga sembari menyandarkan dagu di bahu Mahira."Aku tak ingin tidur dulu, hingga lupa membuat sarapan untuk Righa. Dia harus sekolah pagi ini.""Tapi kau baru tidur satu jam lalu."Menyungging senyum mengejek, Mahira berkata, "Dan itu karena ulah siapa?" Mahira menyentak sedikit kuat pisaunya yang sedang mengiris daun bawang.Dahi Riga berlipat. "Ulahmu tentu saja," balas pria itu dengan nada menuduh."Aku?" Mahira berbalik. Ia angkat pisau di tangan setinggi dada. "Sebutkan di mana salahku, saat kau yang tak bisa mengendalikan nafsu?"Riga melirik ujung pisau di tangan Mahira, lalu wajah perempuan itu bergantian. "Sedang berusaha menakutiku?"Mahira menggeleng dan memberikan ekspresi polos. "Aku bertanya.""Itu salahmu. Siapa suruh kau terasa enak sekali?" Tersenyum nakal, Riga menyangga dua lengannya di masin

  • Falling for Dangerous Man    Mahira - 16

    "Apa yang bagus dari wajah Ayah, Ibu?"Pertanyaan dari anaknya itu membuat Mahira menegakkan kepala yang semula rebah di samping suaminya yang tertidur. Pada sang anak, ia melempar senyum heran."Kenapa bertanya begitu?"Righa mengangkat bahu. Raut wajahnya terlihat sedikit murung."Ayah dirawat sejak lima hari lalu. Paman Alex bilang, dia akan segera membaik. Tapi, kenapa ibu terus menatapi wajah Ayah seperti itu? Memang apa yang menarik dari wajah Ayah?"Mendengar penuturan panjang sarat nada cemburu itu, Mahira beranjak dari kursi. Dengan senang hati ia berpindah ke sisi kanan ranjang Riga, duduk di samping putranya."Kau marah aku memandangi ayahmu?" Mahira memeluk anaknya dari samping.Righa menatap ibunya, kemudian memamerkan senyum malu. "Ibu seperti lupa padaku. Sejak Ayah masuk rumah sakit, Ibu selalu menemani dan menatapi wajah Ayah seperti tadi."Mahira mengangguk saja. Ia eratkan dekapan pada Righa, memberi kecupan ke kepala bocah itu."Tidak ada yang menarik, ya?"Mahira

  • Falling for Dangerous Man    Mahira - 15

    Riga tumbuh di keluarga yang bisa disebut berbahaya. Ayahnya menjalankan bisnis judi pada awalnya, sebelum bergerak ke ranah perdagangan organ. Meski punya ibu yang sering mengekpresikan kasih sayang secara verbal atau lewat tindakan, tetapi sejak kecil, Riga kesulitan melakukan itu.Pria itu tak tertawa saat teman-temannya terbahak akan sebuah lelucon. Riga tak tersenyum dan malah menaikkan alis saat ada gadis yang mengucapkan terima kasih atau terang-terangan mengaku perasaan padanya. Karena itulah ia memilih Sandra sebagai istri.Sandra yang hidup di lingkungan yang sama dengannya membuat Riga yakin perempuan itu akan bisa mengimbanginya. Riga tak perlu repot menjadi peka atau memberi servis menggelikan seperti pelukan, kecupan, atau kata-kata manis pada perempuan itu.Pemikiran Riga soal itu nyatanya benar. Lima tahun berumahtangga, ia dan Sandra baik-baik saja. Setidaknya, sampai kebohongan Sandra terkuak dan mereka berpisah.Urusan perempuan, sebenarnya Riga tak terlalu peduli.

  • Falling for Dangerous Man    Mahira - 14

    "Ibu, bisa aku pergi main bola dengan ayah?""Besok saja, Righa.""Ibu, boleh aku meminta ayah untuk membuatkanku layangan?""Besok saja, Righa. Ayahmu banyak pekerjaan.""Ibu, apa hari ini Ayah akan mengantar dan menjemputku ke sekolah?""Ibu saja yang mengantar dan menjemput. Ayahmu sibuk, besok saja, ya."Beberapa hari belakangan, Riga selalu memergoki istrinya memberi jawaban demikian pada anak mereka. Besok, besok, besok. Perempuan itu seolah menjauhkan ia dari sang anak. Membuat si bocah murung dan ia bingung.Namun, malam ini, ia tak bingung lagi. Pria itu sudah mendapatkan jawaban mengapa istrinya bersikap demikian.Barusan, Mahira menolaknya. Dengan alasan yang kurang lebih mirip dengan yang perempuan itu berikan pada anak mereka.Besok.Riga tidak memaksa. Pria itu berbaring telentang, membiarkan Mahira memunggunginya. Sedari tadi istrinya diam, tetapi ia yakin Mahira belum tidur."Riga?"Panggilan itu membuat Riga tersenyum sinis. Dasar perempuan banyak drama. Ia yakin, Mah

  • Falling for Dangerous Man    Mahira - 13

    Bersandar di depan meja kerjanya, Riga menatap tajam pada Alex yang duduk di depannya. Hari ini, pria itu meminta sang sepupu untuk datang. Riga menuntut banyak penjelasan.Pertanyaan pertama sudah disuarakan tadi. Soal mengapa bisa Righa tahu soal Renzo dan Lena. Riga sudah menunggu selama dua menit, tetapi sepupunya masih saja diam."Alex?"Alex berdecak kesal. "Menurutmu karena apa? Hanya kau yang otaknya mirip babi busuk. Bukannya menjaga istrimu, kau malah menyuruhnya pergi."Riga menendang kaki kursi Alex, hingga sepupunya itu nyaris terjungkal. "Aku tidak meminta pendapatmu. Jelaskan, sejak kapan Ayah berhubungan dengan Mahira."Menghela napas, Alex memilih membuat ini mudah. Riga tak akan membiarkan lepas, seelum mendapatkan apa yang diinginkan. Maka itu, si lelaki pun mulai menjelaskan."Aku memberitahu mereka saat aku tahu Mahira hamil. Sejak itu, mereka sering menghubungi Mahira. Saat Righa lahir, mereka datang menjenguk.""Diam-diam?"Alis Alex mengait. "Kau melarang siapa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status