Dasar rubah licik!
Sandra menatap Lastri dengan tatapan marah ketika wanita itu lewat di hadapannya sambil menyapu lantai ruang tamu. Lastri yang ditatap penuh emosi malah membalas tatapan Sandra dengan senyum mengejek di wajah. Sandra melotot marah, berani-beraninya pembantu itu mengejeknya. Akan tetapi Sandra diam saja, ada saatnya ia akan buktikan pada Alan dan mertuanya selicik apa Lastri itu.“San, kamu nggak siap-siap?” tanya Alan yang sudah rapi hendak berangkat ke kantor. Alan sudah rapi dan wangi, hanya tinggal sarapan dan langsung berangkat ke kantor.Senyum mengejek di wajah Lastri langsung hilang begitu mendengar suara Alan. Hal itu disadari oleh Sandra dan itu membuat Sandra merasa makin muak.“Aku berhenti kerja,” jawab Sandra enteng. Wanita itu lantas memperhatikan ekspresi wajah Lastri yang kini berubah kaget. Sandra tersenyum sinis.“Berhenti?” Alan terkejut mendengar perkataan sang istri. LantasLastri yang dari tadi mencoba mempercantik diri agak merasa kesal. Wajahnya malah terlihat seperti badut dengan lipstick warna merah dan perona pipi yang tidak kalah merahnya. Kenapa wanita lain bisa terlihat cantik dengan make up sedangkan dia malah terlihat seperti badut?Wanita itu kemudian dengan kesal mengambil kapas dan cairan pembersih lalu membersihkan make up yang sudah dari setengah jam ia coba aplikasikan. Percuma ia menghabiskan ratusan ribu untuk membeli peralatan make up demi menyaingi Sandra. Bukannya menyaingi wanita itu, dirinya malah lebih terlihat seperti badut.Ia menghela napas, mengamati dirinya sendiri. Lemak bergelambir di perut juga lengannya. Terlebih paha dan betisnya yang besar. Apa dia perlu diet? Wanita itu menggeleng. Usaha diet yang selalu ia lakukan tidak pernah berhasil. Buktinya ia bercerai dengan suaminya terdahulu karena badannya yang tidak juga mengurus.Akan tetapi Alan berbeda. Lelaki tampan dengan tub
Lastri tersenyum penuh kemenangan melihat wajah kalut Sandra. Rasanya senang bisa membalas dendam pada majikannya yang selalu menghinanya itu. Rasakan saja akibatnya jika berani macam-macam.Wajah cantik, tubuh seksi dan otak yang katanya pintar itu ternyata tidak ada apa-apanya. Semua yang Sandra miliki, ternyata hanya sia-sia belaka. Sang suami lebih memilih Lastri, pembantu yang ia remehkan. Pasti Sandra sedang terpukul menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya. Bahwa pesona dirinya kalah oleh sang pembantu yang menurutnya tidak memiliki kelebihan apa-apa.Lastri tidak bisa menyembunyikan kesenangannya. Menang dari seorang Sandra membuat kepalanya besar karena bangga. Sandra pasti sudah melihat kelakuan Alan dan dirinya tadi malam sehingga kelihatan kesal seperti sekarang. Setelah berhasil dengan rencananya untuk memancing Sandra, sekarang Lastri harus bersiap untuk rencana keduanya demi segera menggeser posisi sang majikannya itu.
Sandra meremas foto yang ia temukan di kantong daster Lastri. Ia menatap Lastri yang tampaknya akan menyemburkan tawa akan tetapi ditahan. Ia jelas-jelas dipermalukan oleh pembantunya sekali lagi. Foto yang ia kira foto Alan ternyata hanyalah foto boyband korea yang entah darimana ia dapatkan.“Itu foto idolanya Sekar,” kata Lastri. Menjaga nada suaranya agar tidak terdengar terlalu mengolok.Bu Rohimah hanya bisa menggelengkan kepala tanda bahwa tidak senang dan langsung meninggalkan dapur tanpa menunggu penjelasan Sandra terlebih dahulu.Sandra membuang foto yang sudah ia remas di tangan dan mengejar sang mertua untuk memberi penjelasan.“Bu, aku lihat sendiri kalau tadi Lastri…”“Kalau Lastri apa sih, San?” tanya Bu Rohimah yang terdengar sangat tidak senang, “Memangnya kamu punya indera keenam bisa lihat apa yang Lastri lakukan di dapur?”Sandra diam. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa ia memasang CCTV di dapur sehingga bisa tahu jelas apa yang Lastri kerjakan. Bu Rohimah yang sud
Jantung wanita itu berdebar kencang. Ia diam sebentar untuk menenangkan jantungnya yang serasa akan copot. Tidak pernah ia sangka akan memergoki suami dan pembantunya dengan cara seperti ini. Meski ini masuk dalam rencananya, tetap saja perselingkuhan suami dan pembantunya membuatnya terguncang.Wanita itu beberapa kali menghela napas panjang untuk menenangkan diri. Lalu melanjutkan langkahnya untuk mengungkap apa yang kerap dilakukan Alan dan Lastri di tengah malam saat dirinya sedang tertidur.Selang beberapa langkah sebelum sampai dapur, lagi-lagi ia berhenti sebentar. Matanya memanas, air mata seakan ingin merangsek keluar. Ia menghela napas panjang lagi untuk menenangkan diri. Ia harus kuat. Perbuatan keji sang suami dan pembantu akan ia bongkar malam ini. Sandiwara mereka akan berakhir, meski entah bagaimana nasib rumah tangganya dengan Alan nanti.“Ada apa, San?” tanya Alan santai ketika Sandra muncul diambang pintu.
“Pecat Lastri, Lan,” terdengar suara Bu Rohimah memulai pembicaraan.Apa-apaan ini? Lastri mengernyit seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.Lastri celingak-celinguk memastikan bahwa tidak ada Sandra di sana jadi ia bisa menguping pembicaraan Alan dan Bu Rohimah. Saat keluar dari kamar dan hendak membersihkan dapur ia melihat Alan dan Bu Rohimah keluar ke teras. Lastri yang penasaran membuntuti mereka.Wanita itu pikir ia sudah menang tadi malam. Menurutnya apa yang ia rencanakan tadi malam sudah berhasil membuat Sandra terlihat seperti istri posesif yang terlalu berlebihan. Ia pikir ia sudah membuat Alan dan Bu Rohimah semakin tidak nyaman dengan Sandra, akan tetapi apa yang ia dengar malah terasa sebaliknya. Bukan Sandra yang akan disingkirkan melainkan dirinya.Memang nenek tua itu tidak bisa dibaca pikirannya. Sebelumnya juga begitu.Lastri meremas pakaiannya karena kesal mendengar kalimat demi kalimat pembicaraan sang majikan. Ia tampak emosi. Entah kenapa ia
“Jelas itu salahnya Lastri. Kenapa dia nyuruh anak kecil untuk ngepel? Lihat kan akibatnya, Ibu jadi masuk rumah sakit,” Sandra menunjukkan kekesalannya pada Alan yang dinilainya tidak tegas.Bahkan meski ibunya sendiri yang dalam bahaya karena ulah pembantu itu, Alan masih menolak untuk memecat Lastri. Padahal di awal, Alan lah yang menolak untuk mempekerjakan pembantu. Akan tetapi sekarang malah Alan yang bersikeras untuk mempertahankan Lastri.“Iya San, aku ngerti. Tapi bukan sepenuhnya salah Lastri juga. Sekar kan sudah bilang kalau memang itu keinginan dia untuk bantu-bantu. Waktu kejadian Lastri juga sedang nggak ada di rumah, kan?”“Entah dia ada di rumah atau nggak, tetap aja kan musibah yang menimpa ibu itu karena dia?” balas Sandra dengan sengit.Lastri yang mendengar perdebatan kedua majikannya hanya bisa berharap bahwa hasil perdebatan itu akan menguntungkannya. Sandra memang bukan lawan yang mudah, Lastri lupa memperhitungkan bahwa momen ini akan dimanfaatkan Sandra untuk
Alan menghentikan kalimatnya. Untuk beberapa saat ia teringat percakapannya dengan sang ibu di malam sebelum musibah tersebut terjadi. Percakapan untuk memecat Lastri…“Kenapa?” tanya Sandra penasaran karena Alan diam untuk beberapa saat. Ia cukup peka untuk tahu bahwa Alan juga mencurigai sesuatu.“Nggak, nggak ada,” Alan menggelengkan kepalanya.Tidak mungkin karena percakapannya dengan Bu Rohimah sehingga Lastri mencelakai ibunya. Saat itu ia mengobrol hanya berdua dengan Bu Rohimah. Dari mana Lastri bisa tahu bahwa dirinya akan dipecat? Apa Lastri menguping?Alan menggelengkan kepalanya lagi. Kali ini lebih keras untuk menghilangkan prasangka yang mau tidak mau muncul di kepalanya. Ia tidak boleh membiarkan prasangkanya menjadi lebih liar. Ia tidak boleh menuduh orang tanpa bukti seperti yang Sandra lakukan. Ia harus bersikap rasional dan mengedepankan logika. Jangan sampai karena emosi sesaat ia jadi menuduh orang yan
Setelah menampar diri sendiri dan berteriak, tahu-tahu Lastri roboh di lantai sambil menangis tersedu-sedu. Bersamaan dengan itu Sandra baru sadar bahwa ada langkah kaki yang mendekati mereka.“Ribut-ribut apa ini?” Alan yang baru datang tampak bingung sekaligus khawatir. Suaranya meninggi menyaksikan adegan yang sama sekali tidak dirinya sangka.Lastri duduk di lantai memegangi pipinya yang ia tampar sendiri. Menangis tersedu-sedu seakan baru habis dianiyaya. Wanita itu berakting sangat hebat sampai-sampai Sandra terkejut dan tidak bisa bicara apa-apa.“Sandra, ada apa ini?” tanya Alan lebih mendesak. Ia guncang pelan pundak sang istri.“Bu Sandra menampar saya!” jawab Lastri sebelum sempat Sandra membuka suara.“Apa-apaan kamu?!” Mendengar jawaban Lastri, Sandra langsung tahu arah drama yang dibuat oleh pembantunya itu. Bisa-bisanya Lastri mencoba memfitnah Sandra dengan berbohong didepan mata kepalanya sendiri.