Share

Bab 3

Author: Aubrey
"Sebelumnya aku nggak memperhatikannya, bagian ini Tia kelihatannya jadi lebih besar, ya? Boleh aku coba?" ucapnya dengan sopan, tapi sama sekali tidak memberiku waktu untuk bereaksi.

"Ugh..."

Enak, enak sekali!

Ini benar-benar berbeda saat aku melakukannya sendiri. Kelincahan lidah dan napas hangatnya membuat sensasinya makin meningkat. Aku hampir menangis karena terlalu nikmat.

"Kak, aku nggak tahan lagi." Owen di belakangku melepas celananya dengan ekspresi tidak puas.

Aku tiba-tiba merasakan sesuatu dan langsung terkejut. "Kamu mau apa?"

"Sudah jelas, 'kan? Menurutmu aku mau apa? Bukankah kamu yang selama ini menginginkannya?" ujar Owen sambil mengangkat kedua kakiku.

Rasa terbakar dan malu yang hebat menyerangku, aku mulai takut dan buru-buru berkata, "Aku belum siap, Owen. Tunggu sebentar..."

Sebelum selesai bicara, Eric tiba-tiba menggigit puting susuku. Dia melepas ikat pinggangnya dan mengikat tanganku dengan santai.

Tubuhku terbuka sepenuhnya. Di belakang, gesekan dari Owen membuatku tidak tahan dan mendorong tubuhku ke depan.

Seolah aku sengaja menyodorkan diri ke mulut Eric.

Wajahku merah padam karena malu. "Kak Eric, aku belum pernah bermain dengan orang lain... hiks hiks... Aku salah... Aku nggak seharusnya bermain sendiri..."

"Bagaimana bisa?" Eric memperlihatkan benda besar yang sepertinya sudah lama ditahannya. Dia memamerkannya begitu saja di hadapanku. "Tia, lihat, apa kamu suka nggak?"

Mataku membelalak, itu sangat...

Wajah Eric yang dingin dan kalem tampak sangat kontras dengan bagian tubuhnya yang sangat besar.

Tidak bisa dipungkiri, aku menelan ludahku, karena aku tahu pasti akan sangat nikmat...

Bagian bawahku makin gatal dan tidak nyaman. Seolah ada api yang menyebar ke seluruh tubuhku dan membakar sisa-sisa kesadaranku.

Tiba-tiba, Owen memasukkan satu tangannya ke belakangku. Aku mengatupkan gigi kesakitan. "Sakit! Owen, pelan-pelan!"

"Kalau pelan bagaimana bisa memuaskanmu?" ujar Owen dengan kesal. Tatapannya membara, sementara jarinya bergerak lebih dalam, memancing lebih banyak kelembapan.

Belum sempat aku bereaksi, Eric sudah mulai mendorong masuk, membuatku terjepit dari dua sisi.

Aku menjerit, "Tunggu... nggak bisa masuk... nggak bisa, kalian..."

"Sayang, kamu pasti bisa..." ujar Eric lembut, tapi gerakannya kasar dan dominan.

Owen malah lebih parah, dia langsung masuk sepenuhnya. "Enak sekali!"

"Terlalu cepat! E... Eric... bukan... Owen... aahh..."

Aku sama sekali tidak bisa membedakan siapa yang sedang bergerak begitu liar, aku terjepit seperti roti lapis yang terombang-ambing...

"Aku sudah nggak tahan... Lihatlah wajahmu sendiri Tia, kamu memang jalang!"

Eric mengambil cermin. Aku melihat diriku sendiri, air liurku mengalir di sudut bibir, mataku memerah, dan wajahku merah padam karena terlalu larut dalam hasrat.

Terlalu intens, ini terlalu intens...

Tiba-tiba, suara pintu terbuka.

Suara Tante Ratna yang riang terdengar dari pintu. "Eric, Owen, Tia, aku pulang."

Seketika tubuhku mengencang luar biasa, membuat Eric serta Owen mendengus kesakitan dan menindihku.

"Hiss..."

Tante Ratna berjalan mendekat sambil bertanya, "Tia? Kenapa kalian diam saja?"

Pantatku ditampar pelan, lalu terdengar tawa nakal Owen. "Masih juga mengencang? Apa kamu mau ibuku melihatmu seperti ini?"

Makin Owen berkata seperti itu, makin sulit aku tenang...

Kalau sampai ketahuan...

"Tia, jangan takut." Owen tiba-tiba berbisik sambil menciumku lembut, tangannya mengelus tubuh putihku sambil memperdalam ciuman.

"Ibu, Tia mengantuk. Aku sedang mengerjakan tugas, jadi tolong pelankan suara Ibu," ujar Owen dengan tenang.

Tante Ratna bertanya heran, "Kakakmu di mana?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Fantasi Tersembunyi Bunga Kampus   Bab 9

    Akibat bermain tanpa kendali, ibuku akhirnya mengetahuinya. Suara ketukan di luar pintu begitu keras.Eric dan Owen saat ini tidak bisa menghentikan pertempuran mereka. Mereka hanya bisa mempercepat gerakan dan menutup mulutku tanpa menunjukkan sedikit pun belas kasihan.Ada sesuatu yang terus mengalir keluar, tidak peduli seberapa keras aku mencoba menahannya...Pintu sempat terbuka lalu kembali tertutup. Dua orang yang tiba-tiba berlagak sopan itu pergi menemui ibuku untuk berbicara. Sementara aku terbaring di atas ranjang, terengah-engah tanpa tenaga sedikit pun.Seprai tempat tidur basah hingga tidak berbentuk lagi.Aku baru pulang tiga hari kemudian. Sejak mengetahui hubunganku dengan Owen dan Eric, ibuku tidak pernah menjengukku lagi."Ibu, aku salah..." Aku memohon maaf dengan suara lirih.Ibu yang biasanya lembut pun tidak bisa menahan diri untuk menegur. "Itu rumah sakit! Kamu nggak takut dilaporkan orang? Teriakmu juga keras sekali!"Aku hanya terkekeh, lalu bertanya dengan s

  • Fantasi Tersembunyi Bunga Kampus   Bab 8

    "Oh ya, kamu sudah tertidur selama hampir tiga hari," ujar ibu yang duduk di sampingku sambil mengupas apel. "Eric bilang kamu melihat seseorang tertabrak saat sedang bermain, jadi kamu ketakutan dan akhirnya seperti ini.""Mulai sekarang jangan bermain sendirian lagi."Aku menggigit apel yang diberikan ibu, lalu mengangguk dengan bingung. "Aku mengerti, Bu.""Ibu akan menelepon Tante Ratna untuk memberitahunya. Dia juga sangat khawatir dua hari ini."Tidak lama setelah ibu keluar, terdengar beberapa ketukan di pintu.Aku berkata, "Masuk."Ternyata itu Owen.Owen membawa sebuah kue kecil. Dia memandangku sejenak, lalu diam-diam membuka bungkusnya dan menyerahkannya kepadaku. Kemudian, dia bertanya dengan lembut, "Kamu sudah merasa lebih baik?""Sudah, kepalaku nggak sakit lagi," jawabku jujur. Dia tiba-tiba menggenggam tanganku dan memelukku erat.Air mata hangat membasahi pundakku. "Maaf, aku nggak memikirkan perasaanmu.""Aku selalu mengira kamu memang menginginkannya. Saat kamu berm

  • Fantasi Tersembunyi Bunga Kampus   Bab 7

    Aku merasa tidak adil dan sedih. Dua orang itu jelas-jelas yang pengintip. Sementara aku yang memakai alat itu adalah hal yang wajar.Mengapa aku yang harus dikurung oleh mereka..."Ibu, apa Owen ada di sebelahmu?" tanyaku hati-hati, sambil menyusun rencana."Dia pergi mencari kakaknya, Eric."Aku mengambil keputusan. "Ibu, aku mau cuti satu bulan, untuk menenangkan diri..."Setelah berbohong kepada ibu bahwa aku stres dan lelah belajar, tanpa banyak tanya, ibuku langsung mentransfer 200 juta agar aku bisa berlibur dengan tenang."Nggak mau Eric dan Owen tahu? Baiklah, Ibu nggak akan bilang. Kalian sudah tumbuh besar bersama, kalau ada masalah harus diselesaikan dengan bicara, mengerti?" Ibu menasihatiku dengan panjang lebar.Setelah menutup telepon, aku melepas pita renda itu, lalu mencari dua kemeja panjang untuk dijadikan rok, dan langsung keluar."Pak, ke bandara."Aku segera membeli dua setel pakaian di mal dan berganti pakaian, sambil memesan tiket pesawat lewat ponsel tanpa meno

  • Fantasi Tersembunyi Bunga Kampus   Bab 6

    "Tia, kamu kenapa?" tanya teman sekelasku dengan wajah khawatir. "Kamu nggak enak badan?"Aku sama sekali tidak bisa bicara. Kursiku basah, begitu juga celanaku...Kalau sekarang pergi ke ruang UKS, pasti akan ketahuan.Bagaimana bisa sampai seperti ini..."Nggak, nggak apa-apa." Aku mengatakan dua kata dan membenamkan kepalaku lagi.Akhirnya bel pulang berbunyi. Eric berkata, "Yang lain boleh pergi dulu, ketua kelas tetap di sini untuk merapikan catatan."Saat Eric mengangkat kepalaku, air liurku mengalir sampai ke leher. Seluruh tubuhku terasa panas dan tidak tertahankan."Kak Eric, aku nggak tahan..."Eric tersenyum seolah sudah menduganya. "Kakak akan membantumu."Dia mengangkatku, lalu meletakkan jasnya di atas kursi.Tirai kelas tertutup rapat. Begitu masuk, aku langsung merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Eric dengan santai mengangkatku. Posisi memalukan ini seperti menggendong anak kecil, tapi justru membuatnya lebih dalam."Dalam, terlalu dalam... Kak,

  • Fantasi Tersembunyi Bunga Kampus   Bab 5

    "A... Aku mau pulang!" kataku buru-buru. "Aku nggak pulang semalaman, ibuku pasti khawatir."Tidak disangka, Eric tersenyum lembut dan berkata, "Aku sudah bilang ke tante kalau kamu menginap di rumahku untuk mengajari les. Tante bilang nggak masalah.""Kenapa bisa bengkak seperti ini?" Tiba-tiba nada bicara Eric berubah.Aku mengikuti pandangannya dan melihat puting susuku dan membengkak. Pipiku memanas "Itu karena Owen...""Tia, kamu benar-benar pilih kasih, ya."Saat aku baru sadar betapa berbahayanya kalimatku tadi, tubuhku sudah dijatuhkan ke atas ranjang Eric. Kedua tanganku terkunci di kepala ranjang. Sosoknya yang biasanya lembut dan tenang kini berubah total. Perlahan-lahan Eric melelehkan es batu di tubuhku…Indraku mencapai puncak kenikmatan. Tidak kusangka, Eric yang terlihat paling pendiam justru yang paling gila!Matanya dipenuhi nafsu, senjatanya yang besar itu bergesekan di antara salju putihku, sementara tangannya menutup mulutku agar aku tidak berbicara.Kami sudah ber

  • Fantasi Tersembunyi Bunga Kampus   Bab 4

    "Aku sedang mengajari Owen mengerjakan tugas," ujar Eric sambil menjulurkan lidahnya dan bermain-main dengan lidahku.Di belakang, Owen kembali bergerak. Aku terkejut dan hampir berteriak, tapi mulutku dengan cepat ditutup olehnya."Mmph, lepaskan aku..."Eric menghela napas berat beberapa kali, "Tia, tahan sebentar, sebentar lagi selesai."Setelah itu, mereka berdua melanjutkan aksi mereka...Aku bahkan tidak bisa turun dari ranjang. Saat waktu makan malam, jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh."Buka mulutmu, Sayang." Eric sudah berpakaian rapi, serta tampak tenang dan lembut saat menyuapiku. Padahal beberapa saat lalu dia meniduriku dengan sangat kasar dan dalam. Seolah-olah dia bukanlah pria yang sama.Owen berdiri di samping dengan tangan menyilang di dada. Dia bertelanjang dada dan menyeringai dingin. "Baru sebentar saja sudah nggak kuat. Padahal waktu main sendiri dua jam pun kamu kuat-kuat saja."'Kalau main sendiri nggak mungkin seganas itu!'Aku menggerutu dalam hati,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status