Aku tidak bisa tidur tadi malam. Ketakutan dan kecemasan memenuhi pikiranku. Ketika Aku melihat bosku tersenyum kepadaku, saat itu juga Aku menyadari kalau Aku telah jatuh ke dalam perangkapnya. Semua ini adalah rencananya untuk membuatku bekerja untuknya.
Aku tidak pernah ingin melihatnya lagi, tapi sekarang aku tidak bisa lari darinya. Aku telah menandatangani kontrak itu yang membuatku tidak bisa berhenti dari pekerjaanku. Aku terjebak dalam cengkeramannya selama setahun.
Aku sudah menelepon Ami berkali-kali tetapi ponselnya tidak aktif sejak kemarin. Dia tidak mau menjawab panggilanku dan sengaja bersembunyi dariku.Aku terbangun dari lamunanku dan segera berdiri dari kursi berjalan keluar dari bus ketika bus telah berhenti di halte bus. Aku lalu memaksa kakiku untuk berjalan menuju ke tempat kerjaku.
******“Angela, manajer kita ingin bertemu denganmu sekarang,” kata Eva sebelum aku duduk di kursi di ruang kerjaku.Aku bertanya-tanya kepada diriku mengapa Olivia ingin bertemu denganku. Aku lalu berjalan menuju keruangannya dengan cemas.
Ketika Aku sampai di sana, pintu ruangan telah terbuka. Aku lalu masuk dan berdiri menghadapnya. “Selamat pagi Bu. Eva bilang Anda ingin bertemu denganku,” kataku dengan sopan.“Hm,” katanya sambil menandatangani kertas di atas mejanya.
Dia lalu menatap ke mataku. “Angela, kami akan mengubah posisimu. Anda akan bekerja sebagai sekretaris bos kami mulai sekarang,” katanya dengan santai.Jantungku tiba-tiba berdegup kencang. “Tapi Bu. Saya belum pernah bekerja sebagai sekretaris sebelumnya. Saya tidak bisa melakukan pekerjaan itu. Tolong Bu... biarkan saya bekerja sebagai resepsionis,” pintaku padanya.
Dia tersenyum jahat, lalu berdiri dari kursinya dan berjalan ke arahku. “Jangan khawatir. Tugasmu hanya untuk melayaninya,” katanya menatap ke mataku.
Dia kemudian meraih lenganku sebelum aku bisa membuka mulut untuk bicara. “Ayo ikut Aku! Bos kita sedang menunggumu,” dia berkata sambil membawaku keluar dari ruangannya.******
“Pak, saya sudah memberi tahu Angela bahwa dia akan bekerja sebagai sekretaris Anda,” kata Olivia ketika kami berdiri menghadap bos kami, yang sedang duduk di kursi di belakang meja di ruang kerjanya.“Kamu bisa pergi sekarang,” kata bosku kepadanya sambil terus menatap wajahku.
“Baik, Pak,” jawabnya dengan sopan.
Aku ingin menghentikannya saat dia mengambil langkah dan berjalan keluar ruangan, tapi aku tidak bisa membuka mulutku untuk berbicara. Lidahku seakan membeku.
“Angela, senang bertemu denganmu lagi."
Aku mengalihkan pandanganku dari pintu untuk melihat ke bosku. Aku menahan napas, ketakutan saat mata kami bertemu. Dia tersenyum, dia sangat menikmati melihat ketakutanku.Aku mencengkeram rokku erat-erat sambil mengumpulkan keberanianku. “Pak, Saya ingin berhenti dari pekerjaan Saya. Saya tidak mau bekerja di sini,” kataku, berusaha untuk berani.
Dia menatapku dalam diam sebelum dia membuka mulutnya untuk berbicara. “Mengapa kamu tidak ingin bekerja di sini? Kamu tidak menyukai pekerjaanmu atau... kamu takut padaku?” dia bertanya dengan suara yang dalam.Matanya yang mendominasi membuat tubuhku bergetar. Aku takut menjawab pertanyaannya. Aku menghindari matanya, mencoba menenangkan detak jantungku yang cepat.
Dia bangkit dari kursinya dan berjalan ke arahku. Aku mundur selangkah saat dia berdiri di depanku. Aku terkejut ketika dia melingkarkan lengannya yang besar dan kuat di pinggangku dan menarikku lebih dekat padanya.
“Lepaskan aku! Atau aku akan berteriak!” kataku sambil meronta dalam ketakutan.Dia mencengkram kedua lenganku dengan erat. “Berteriaklah dan itu akan menjadi suara terakhir yang keluar dari mulutmu,” katanya dalam bisikan, matanya yang mengancam tertuju ke mataku.
Aku menatapnya dengan mulut tertutup rapat. Aku merasa sangat tidak berdaya; Aku sangat takut padanya. Seluruh tubuhku dingin dan gemetar.
Dia tersenyum melihatku ketakutan lalu dia berkata, “Kamu harus takut kepadaku. Kamu akan menyesal jika kamu membuatku marah.”Air mata mengalir di pipiku. “Mengapa kamu memperlakukanku seperti ini? Aku tidak pernah berbuat salah kepadamu. Tolong... biarkan Aku pergi. Aku mohon padamu,” Aku berkata menatap matanya.
Dia menghindari mataku dan menyeka air mata di pipiku dengan lembut. Matanya lalu kembali ke mataku. “Aku tidak bisa membiarkanmu pergi. Aku ingin kau menjadi milikku. Jangan pernah berani lari dariku lagi. Aku akan menemukanmu dimanapun kamu bersembunyi. Bersikaplah patuh dan lakukan semua kemauanku atau Aku akan membuatmu menangis dan memohon belas kasihanku,” katanya dengan suara yang dalam.Aku memejamkan mata erat-erat saat dia menempelkan bibirnya ke bibirku. Aku terlalu takut untuk menolaknya. Aku membiarkan dia menciumku.Jantungku berdetak dengan semakin cepat. Aku merasa seperti kelinci kecil dalam cengkeraman singa besar dan tidak ada cara untuk melarikan diri.Aku berjalan keluar dari ruang kerja bosku, bernapas dengan ketakutan. Pikiranku kosong, aku merasa seperti berada dalam mimpi terburukku dan aku tidak bisa bangun dari mimpiku. “Angela? Apa yang kamu lakukan di sini?” Aku terkejut saat mendengar suara itu. Aku melihat Amanda sedang berdiri dengan Olivia dan seorang pria paruh baya mengenakan setelan hitam. Pria itu berambut pendek bewarna hitam dan berkacamata. Dia terlihat rapi, dan ramah.Eva telah memberi tahuku bahwa Amanda bekerja di sini sebagai asisten manajer. Dia membantu Olivia dalam melakukan pekerjaannya. Aku lalu berjalan ke depan dan berdiri menghadap mereka sambil mencoba menyembunyikan apa yangku rasakan. Olivia tersenyum melihat wajah pucatku. “Angela sekarang sudah menjadi sekretaris bos kita,” dia menjawab pertanyaan Amanda. Amanda terkejut, dia hampir menjatuhkan rahangnya. “Apa! Tapi... Bagaimana mungkin? Bos kita sudah memiliki Pak Carson sebagai sekretarisnya.”Ol
Bosku membawa Aku ke rumahnya. Tempat ini sangat megah, seperti istana. Aku belum pernah berada di tempat seindah ini sebelumnya. Aku berdiri dalam diam, ketakutan, menghadap meja makan mewah di depanku. Jantungku terus berdebar, memikirkan apa yang akan dilakukan bosku padaku. Dia mengunciku di ruangan ini bersama dengan seorang pelayan wanita yang berdiri tidak jauh dariku. Mata pelayan itu terus mengawasiku.Aku terkejut ketika pintu ruangan ini terbuka dan aku melihat bosku berjalan masuk. Dia tersenyum padaku lalu duduk di kursi makan. “Kamu bisa pergi sekarang,” katanya kepada pelayan itu. “Ya, Tuan,” jawab pelayan itu dengan membungkuk sopan dan kemudian dia berjalan meninggalkan ruangan. Bosku lalu memotong steak yang ada di piring di depannya. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke mataku. “Berapa lama kamu ingin berdiri di sana? Duduk dan makan,” katanya. “Tidak! Aku tidak ingin duduk dan Aku tidak ingin makan. Aku ingin
Seorang wanita mengenakan gaun pendek ketat hitam sedang duduk di sofa di salah satu ruangan di rumah Vincent. Wajahnya cantik dan tubuhnya sangat seksi. Pintu ruangan itu terbuka. Wanita itu tersenyum genit pada Vincent saat dia berjalan masuk dan kemudian duduk di sofa di seberangnya. “Carolina, mengapa kamu ingin bertemu denganku?” Vincent bertanya menatap ke matanya.“Aku ingin mengubah kesepakatan kita. Aku ingin kamu membayar dua kali lipat dari harga itu,” dia menggigit bibirnya dengan genit, "Dan... aku ingin kamu meniduriku sekarang."Vincent memberinya senyum lembut. “Bagaimana jika aku tidak mau melakukan itu?"katanya dengan nada menggoda.Wanita itu berdiri dari sofa dan berjalan mendekat dan berdiri di depannya. Dia membuka ritsleting gaunnya perlahan dan membiarkannya jatuh ke lantai. Tubuh telanjangnya terlihat begitu cantik dengan kulit putih mulusnya. Mata genitnya terus menggoda mata Vincent sementara jari-jari
Angela’s POVDua orang pelayan wanita membawaku dengan paksa ke dalam kamar bosku. Mereka memandikanku dan memakaikanku baju tidur bewarna merah. Mereka lalu pergi meninggalkanku dan mengunciku di sini.Baju tidur yang Aku pakai sangat pendek, transparan, dan terbuka. Mereka bahkan tidak mengizinkanku memakai celana dalam dan bra. Aku menyeka air mataku sambil duduk di tepi tempat tidur. Jantungku berdetak cepat. Ketakutan dan ketidakberdayaan mencengkeramku dengan sangat erat. Aku merasa seperti anak domba yang sedang menunggu untuk disembelih.Aku terus bertanya pada diriku mengapa bosku melakukan semua ini kepadaku. Apakah dia marah karena saat itu aku tidak memberikan apa yang dia inginkan? Aku terbangun dari lamunanku dan segera berdiri dari ranjang ketika seseorang membuka pintu ruangan ini. Aku melihat bosku berjalan masuk. Ketika dia melihatku, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dariku. Matanya berbinar penuh nafsu menatap tubuhku.
Angela’s POVAku baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan handuk putih menutupi tubuhku. Aku melihat bosku sedang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya. Dia memakai baju tidur bewarna hitam. Dia tersenyum kepadaku saat mata kami bertemu.“Pak, tolong kembalikan bajuku. Aku mau pergi sekarang,” kataku.“Siapa bilang kamu boleh pergi dari sini,” jawabnya, matanya yang mendominasi mencengkeram mataku. Aku terkejut mendengar apa yang dia katakan. “Kau yang bilang itu kepadaku. Aku telah memberikan apa yang kamu inginkan,” jawabku sambil menahan amarahku. “Nona Lee, Aku tidak pernah bilang kepadamu bahwa Aku akan membiarkan kamu pergi. Aku hanya bilang Aku akan melepaskanmu jika kamu memuaskanku, dan Aku tidak puas dengan pelayananmu,” katanya sambil tersenyum menggoda.Aku mengepalkan telapak tanganku dengan erat. “Vincent Gray! Aku benci kamu! Kamu benar-benar bajingan! ” Kataku sambil berjalan ke arahnya.
Bosku membawa Aku ke sebuah rumah yang sangat indah dan megah. Teman ayah bosku sedang merayakan pesta ulang tahunnya. Aku mengenakan gaun pendek tanpa lengan berwarna hitam. Gaun ini sangat cantik, aku sangat menyukainya. Pak Carson telah memberitahuku kalau ayah bosku telah meninggal 3 tahun yang lalu dalam kecelakaan pesawat. Ketika Aku bertanya tentang ibu bosku, dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya mencoba tersenyum kepadaku. Aku bisa melihat di matanya yang sedih kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku.Semua orang di ruangan ini menatap dengan takjub pada bosku, yang berjalan di sampingku dengan setelan hitamnya. Semua gadis tidak bisa mengalihkan pandangan darinya, terpesona oleh pesonanya. Mata mereka bersinar dengan gairah mengamati bosku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bosku tidak memperdulikan mereka semua dan terus berjalan bersamaku.Aku menunduk untuk menutupi wajahku. Aku merasa tidak pantas bersanding dengan bosku. Aku
Sudah hampir dua minggu sejak ulang tahun Pak Martin. Selama waktu itu, bosku terus membuat Aku gila dengan perilakunya. Dia tidak pernah bosan menggodaku. Dia mencium dan menyentuhku kapanpun dia mau. Dia membuatku selalu berada di dekatnya, menempel padanya seperti lem. Aku menarik napas dalam-dalam saat aku berdiri di depan pintu ruang kerja bosku dengan secangkir kopi di tanganku. Aku kemudian membuka pintu itu dan berjalan masuk.Bosku sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya. Seperti biasa, dia sedang sibuk bekerja dengan laptopnya. Aku kemudian meletakkan kopi di tanganku ke atas mejanya dalam diam dan segera mengambil dua langkah mundur.Aku melakukan itu agar dia tidak bisa meraih lenganku dan membuatku duduk di pangkuannya seperti yang selalu dia lakukan kepadaku. Dia tertawa pelan, lalu mengalihkan pandangannya dari laptop ke wajahku. “Kemarilah,” katanya sambil mengulurkan tangannya ke arahku.Aku menatapnya dengan puppy fa
Kami sekarang sedang makan siang di ruang makan sebuah hotel mewah di Sapporo. Kami tiba di tempat ini tadi malam dan menginap disini. Pagi tadi, bosku telah menandatangani dan membeli hotel ini. Bosku yang duduk di sampingku mengambil sup miso dengan jahe dari meja makan dan memberikan itu kepadaku. “Makan ini. Ini akan membuat tubuhmu hangat,"katanya menatap mataku. “Terima kasih, Pak,” kataku sambil mengambil sup itu dari tangannya. Dia tersenyum kepadaku dan melihatku makan dengan tatapannya yang lembut. Aku merasa gugup tapi juga bahagia. Aku bisa mendengar detak jantungku yang cepat di telingaku. Pak Carson, yang duduk di samping Amanda, pura-pura tidak melihat kami. Dia hanya tersenyum sambil melanjutkan makannya. Ketika Aku melihat ke Amanda, Aku melihat kemarahan dan kecemburuan di matanya. Aku segera menundukkan wajahku menghindari matanya. Tatapannya membuatku takut seakan dia ingin memakanku hidup-hidup.Amanda kemudian berkat