แชร์

Chapter 4

ผู้เขียน: Cassia
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-08-28 04:56:32

Aku menghela napas dengan punggungku bersandar ke kursi bus. Aku sekarang dalam perjalanan menuju tempatku bekerja.

Aku tidak bisa tidur tadi malam. Ketakutan dan kecemasan memenuhi pikiranku. Ketika Aku melihat bosku tersenyum kepadaku, saat itu juga Aku menyadari kalau Aku telah jatuh ke dalam perangkapnya. Semua ini adalah rencananya untuk membuatku bekerja untuknya.

Aku tidak pernah ingin melihatnya lagi, tapi sekarang aku tidak bisa lari darinya. Aku telah menandatangani kontrak itu yang membuatku tidak bisa berhenti dari pekerjaanku. Aku terjebak dalam cengkeramannya selama setahun.

Aku sudah menelepon Ami berkali-kali tetapi ponselnya tidak aktif sejak kemarin. Dia tidak mau menjawab panggilanku dan sengaja bersembunyi dariku.

Aku terbangun dari lamunanku dan segera berdiri dari kursi berjalan  keluar dari bus ketika bus telah berhenti di halte bus. Aku lalu memaksa kakiku untuk berjalan menuju ke tempat kerjaku.

******

“Angela, manajer kita ingin bertemu denganmu sekarang,” kata Eva sebelum aku duduk di kursi di ruang kerjaku.

Aku bertanya-tanya kepada diriku mengapa Olivia ingin bertemu denganku. Aku lalu  berjalan menuju keruangannya dengan cemas.

Ketika Aku sampai di sana, pintu ruangan telah terbuka. Aku lalu masuk dan berdiri menghadapnya. “Selamat pagi Bu. Eva bilang Anda ingin bertemu denganku,” kataku dengan sopan.

“Hm,” katanya sambil menandatangani kertas di atas mejanya.

Dia lalu menatap ke mataku. “Angela, kami akan mengubah posisimu. Anda akan bekerja sebagai sekretaris bos kami mulai sekarang,” katanya dengan santai.

Jantungku tiba-tiba berdegup kencang. “Tapi Bu. Saya belum pernah bekerja sebagai sekretaris sebelumnya. Saya tidak bisa melakukan pekerjaan itu. Tolong Bu... biarkan saya bekerja sebagai resepsionis,” pintaku padanya.

Dia tersenyum jahat, lalu berdiri dari kursinya dan berjalan ke arahku. “Jangan khawatir. Tugasmu hanya untuk melayaninya,” katanya menatap ke mataku.

Dia kemudian meraih lenganku sebelum aku bisa membuka mulut untuk bicara. “Ayo ikut Aku! Bos kita sedang menunggumu,” dia berkata sambil membawaku keluar dari ruangannya.

******

“Pak, saya sudah memberi tahu Angela bahwa dia akan bekerja sebagai sekretaris Anda,” kata Olivia ketika kami berdiri menghadap bos kami, yang sedang duduk di kursi di belakang meja di ruang kerjanya.

“Kamu bisa pergi sekarang,” kata bosku kepadanya sambil terus menatap wajahku.

“Baik, Pak,” jawabnya dengan sopan.

Aku ingin menghentikannya saat dia mengambil langkah dan berjalan keluar ruangan, tapi aku tidak bisa membuka mulutku untuk berbicara. Lidahku seakan membeku.

“Angela, senang bertemu denganmu lagi."

Aku mengalihkan pandanganku dari pintu untuk melihat ke bosku. Aku menahan napas, ketakutan saat mata kami bertemu. Dia tersenyum, dia sangat menikmati melihat ketakutanku.

Aku mencengkeram rokku erat-erat sambil mengumpulkan keberanianku. “Pak, Saya ingin berhenti dari pekerjaan Saya. Saya tidak mau bekerja di sini,” kataku, berusaha untuk berani.

Dia menatapku dalam diam sebelum dia membuka mulutnya untuk berbicara. “Mengapa kamu tidak ingin bekerja di sini? Kamu tidak menyukai pekerjaanmu atau... kamu takut padaku?” dia bertanya dengan suara yang dalam.

Matanya yang mendominasi membuat tubuhku bergetar. Aku takut menjawab pertanyaannya. Aku menghindari matanya, mencoba menenangkan detak jantungku yang cepat.

Dia bangkit dari kursinya dan berjalan ke arahku. Aku mundur selangkah saat dia berdiri di depanku. Aku terkejut ketika dia melingkarkan lengannya yang besar dan kuat di pinggangku dan menarikku lebih dekat padanya.

“Lepaskan aku! Atau aku akan berteriak!” kataku sambil meronta dalam ketakutan.

Dia mencengkram kedua lenganku dengan erat. “Berteriaklah dan itu akan menjadi suara terakhir yang keluar dari mulutmu,” katanya dalam bisikan, matanya yang mengancam tertuju ke mataku.

Aku menatapnya dengan mulut tertutup rapat. Aku merasa sangat tidak berdaya; Aku sangat takut padanya. Seluruh tubuhku dingin dan gemetar.

Dia tersenyum melihatku ketakutan lalu dia berkata, “Kamu harus takut kepadaku. Kamu akan menyesal jika kamu membuatku marah.”

Air mata mengalir di pipiku. “Mengapa kamu memperlakukanku seperti ini? Aku tidak pernah berbuat salah kepadamu. Tolong... biarkan Aku pergi. Aku mohon padamu,” Aku berkata menatap matanya.

Dia menghindari mataku dan menyeka air mata di pipiku dengan lembut. Matanya lalu kembali ke mataku. “Aku tidak bisa membiarkanmu pergi. Aku ingin kau menjadi milikku. Jangan pernah berani lari dariku lagi. Aku akan menemukanmu dimanapun kamu bersembunyi. Bersikaplah patuh dan lakukan semua kemauanku atau Aku akan membuatmu menangis dan memohon belas kasihanku,” katanya dengan suara yang dalam.

Aku memejamkan mata erat-erat saat dia menempelkan bibirnya ke bibirku. Aku terlalu takut untuk menolaknya. Aku membiarkan dia menciumku.

Jantungku berdetak dengan semakin cepat. Aku merasa seperti kelinci kecil dalam cengkeraman singa besar dan tidak ada cara untuk melarikan diri.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Fated   Chapter 60

    Selasa sore di kantor Vincent. Seperti biasa, aku duduk di sofa seperti boneka sementara bosku duduk di kursi di belakang meja kerjanya di depanku sibuk dengan pekerjaannya, tetapi kali ini aku tidak berani menatap wajahnya. Aku terus menunduk, menyembunyikan pipiku yang semerah kepiting rebus. Aku menggigit bibirku, memejamkan rapat mataku, menahan rasa maluku sambil aku bertanya pada diriku mengapa aku bisa berubah menjadi iblis nafsu dan memperkosa bosku sepanjang malam.Aku membuka mataku menatap wajah bosku saat aku mendengar tawa lembutnya. Jantungku berdetak lebih cepat dan lebih cepat saat dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat dan berdiri di depanku. Dia membungkukkan tubuhnya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. “Kenapa kau terlihat sangat malu padaku? Kamu terlihat sangat berbeda malam itu,” katanya dan tersenyum menggoda menatap mataku. Aku menghindari tatapannya dengan pipiku yang terbakar. Aku merasa sangat malu dan gugup seka

  • Fated   Chapter 59

    Aku sekarang duduk di kursi malas mengenakan bikini merah, menatap bosku, yang sedang berenang di kolam renang di depanku. Aku tidak bisa berkedip dengan jantungku yang berpacu saat melihat tubuh berototnya yang sempurna. Aku menggigit bibirku dalam nafsu saat aku merasakan pahaku mengencang dan v*ginaku basah. Dia kemudian keluar dari kolam. Aku menelan nafsuku saat aku melihat tonjolan kemaluannya di bawah celana renang ketat hitamnya. Pria ini sangat tampan dan seksi sehingga para wanita yang melihatnya ingin bersamanya dan ingin bercinta dengannya. Aku segera mengalihkan pandanganku dan mengambil krim tabir surya di atas meja di samping kursi tempat aku duduk saat aku melihatnya tersenyum padaku. Aku berusaha menenangkan kegugupanku sambil mengoleskan krim itu ke lenganku saat dia berjalan mendekat dan duduk di sebelahku.“Biarkan aku membantumu,” katanya menatap ke mataku dan mengambil krim dari tanganku. Aku tidak bisa menolaknya karena tubuhku sangat in

  • Fated   Chapter 58

    Siang hari di kantor Vincent. Aku sedang duduk di sofa di ruang kerja bosku menatap bosku, yang sedang duduk di kursi di belakang meja kerjanya di hadapanku. Dia sudah sibuk bekerja sejak pagi sementara aku tidak melakukan apa-apa, hanya duduk di sini seperti boneka. Carson telah memberi tahuku bahwa Olivia akan membantu pekerjaanku, tapi justru dialah yang melakukan semua pekerjaanku. Yang aku lakukan hanyalah membuat kopi untuk bosku. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari bosku. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang berotot sempurna membuat hatiku meleleh. Tapi aku masih marah padanya karena sikapnya padaku. Dia seperti pangeran tampan dengan hati iblis. Sampai sekarang, aku masih tidak percaya bahwa aku bisa jatuh cinta padanya.Aku segera menghindari tatapannya saat mata kami bertemu. Dia tertawa pelan, melihat aku gugup. “Kemarilah,” katanya dengan suara lembut, membuatku melihat kembali ke matanya. Aku kemudian berdiri dari sofa sa

  • Fated   Chapter 57

    Aku langsung memeluk nenekku saat pria itu melepaskanku dari cengkeramannya. “Vincent Gray, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini," kata pria itu menatap mata bosku."Mengapa kamu ada disini?” bosku bertanya, menatap mata pria itu dengan tatapan dingin. Pria itu tersenyum pada bosku, lalu dia mengalihkan pandangannya ke wajahku. “Gadis ini berutang uang pada bos kami. Kami di sini untuk menagih hutang tersebut,” katanya sambil menunjuk ke arahku. Aku menatap mata bosku dengan wajah memohon saat mata kami bertemu. Aku memohon padanya untuk membantu kami. "Apakah Anda mengenal mereka?” tanya pria itu kepada bosku.Bosku mengalihkan pandangannya dari mataku ke mata pria itu. "Gadis itu milikku." Kedua pria itu tertawa setelah mendengar apa yang dikatakan bosku. Pria dengan pisau di tangannya kemudian berkata kepada bosku, “Karena gadis ini milikmu, maka kamu pasti akan melunasi hutangnya. Benarkan Tuan Gray?” Pria

  • Fated   Chapter 56

    Aku sedang berada di dalam mobil sekarang dalam perjalanan menuju ke rumah nenekku. Air mata mengalir di pipiku, membaca buku harian ibuku di tanganku. Bosku, yang duduk di sebelahku di kursi belakang, menatapku dengan mata sedihnya begitu juga dengan Carson, yang duduk di sebelah pengemudi, dia juga bersedih untukku.Bosku telah memberi tahuku semua yang terjadi. Detektif yang dia sewa untuk menyelidiki pembunuh ibunya memberitahu bosku kalau pria yang membunuh ibunya bukanlah ayahku. Ibuku sedang hamil satu bulan ketika dia menikah dengan pria itu. Ibuku menyembunyikan kehamilannya dari pria itu sehingga pria itu tidak tahu kalau ibuku sedang mengandungku.Ayahku adalah teman sekolah ibuku, dan mereka telah saling mencintai sejak lama. Nama ayahku adalah Drew Scott dan nama ibuku adalah Eliza Violet.Pembunuh itu sangat mencintai ibuku sampai tergila-gila padanya. Dia membunuh ayahku, dan dia juga membunuh sahabat baik ibuku. Ibuku sangat takut dan sangat

  • Fated   Chapter 55

    Sekarang sudah malam. Bosku terus menemaniku duduk di kursi di sebelah tempat tidur dimana aku sedang berbaring. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutku maupun mulutnya. Kami berdua terdiam dengan air mata memenuhi mata kami. Aku terus mengatakan pada diriku untuk tabah dan menerima takdir ini. Aku telah kehilangan bayiku untuk selamanya dan tidak ada yang bisa aku lakukan. Aku harus tetap tegar meski hatiku berduka dan menangis. Bosku mengangkat kepalanya melihat ke wajahku saat aku menyeka air mata yang menetes di pipiku. “Angela…” Suara sedihnya memecah kesunyian, membuatku menatap ke matanya. “Kumohon... maafkan aku,” katanya. Aku bisa melihat kesedihan dan penyesalan yang mendalam di matanya. Aku kemudian menghindari tatapan matanya, melihat ke depanku. “Aku tidak sungguh-sungguh mengatakan itu. Saat itu aku sangat marah sehingga aku tidak bisa berpikir dengan akal sehatku. Aku tidak akan mengatakan itu jika aku tahu kamu sedang menga

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status