Berita menghilangnya Pangeran Gabriel dan sekretaris pribadinya bernama Lucas, menggemparkan seluruh negeri kerajaan Godnation. Bahkan situasi kerajaan saat ini sangat kacau, karena peristiwa tragis ini pertama kalinya terjadi dalam kerajaan ini bertahun-tahun. Tidak hanya keluarga kerajaan saja yang berkeluh kesah, namun seluruh rakyat yang selama ini memuja Pangeran Gabriel tampak berkeluh kesah, bahkan sampai memberikan doa khusus keselamatan pada Pangeran di TKP, tempat ditemukannya bangkai pesawat.
Saat ini, masih belum ditemukan sebuah kamera dasbor pesawat yang bisa membuktikan kejadian sebenarnya saat terjadinya ledakan pesawat tersebut. Untuk sementara ini, seluruh petugas kepolisian dan anggota Badan Intelijen Nasional masih dalam tahap proses pencarian berbagai bukti dan beberapa jenazah yang tenggelam pada dasar laut.
Masih belum ada berita mengenai ditemukan keberadaan tubuh Pangeran Gabriel dan Lucas walaupun sudah berjalan 24 jam sejak insiden tersebut. Charlotte yang merupakan sang tunangan tercinta Pangeran Gabriel, keadaannya saat ini jauh tidak stabil dari biasanya. Senyuman ceria dan pancaran matanya yang selalu terlihat percaya diri, kini sudah tenggelam di lembah putus asa. Bibirnya memanyun, helaan napas lesuh yang dihembuskan dari mulutnya, dan tatapan sendu membuat semua orang di sekitarnya sangat mencemaskannya sekarang. Apalagi selera makannya menurun drastis seperti tidak memiliki semangat hidup sama sekali.
Seperti biasanya, selain Gabriel yang mampu menenangkan hati Charlotte, Violet yang merupakan sahabat terdekatnya juga selalu berada di dekatnya setiap kali ada masalah. Saat ini, Charlotte mengurungkan dirinya di dalam kamar, tidak ada seorangpun yang memasuki kamarnya termasuk ibunya sendiri. Ketika sang ibu ingin membawakan makanan untuk putrinya, lagi-lagi pintu kamarnya dikunci rapat.
“Charlotte! Kau harus membuka pintu kamar untuk ibu!” pekik sang ibu dari luar kamar.
“Tidak mau!” tolak Charlotte keras kepala dari dalam kamar.
“Kalau kau tidak makan, nanti kau bisa sakit! Sejak kemarin kau tidak makan sama sekali, ibu sangat mencemaskanmu!”
“Tinggalkan aku sendiri, Bu! Aku tidak ingin diganggu siapapun sekarang!”
“Pokoknya ibu tidak ingin angkat kaki kalau kau masih terus memberontak seperti anak kecil!” elak sang ibu menaikkan nada bicaranya satu oktaf.
“Kumohon, Bu! Pikiranku sangat kacau sekarang! Jangan mengganggu pikiranku!”
Di tengah perdebatan antara ibu dan anak, Violet melangkahkan kakinya pelan menghampiri ibu Charlotte, menunjukkan rasa empatinya dengan menepuk pundaknya pelan.
“Apakah Charlotte masih keras kepala?” tanya Violet pelan.
“Tante sudah pasrah dengannya. Memang sejak dulu, dia selalu saja bersikap seperti ini setiap kali ada masalah. Tapi sejak dia bertemu dengan Pangeran Gabriel, sikapnya berubah drastis menjadi pribadi yang sangat dewasa.”
Kedua tangan Violet menyentuh tangan ibu Charlotte, mengukir senyuman ramah pada wajahnya secara spontan.
“Biarkan aku saja yang membujuknya.”
“Tapi tante tidak enak denganmu, Violet. Tante selama ini telah banyak merepotkanmu untuk mengurus Charlotte.”
“Tidak apa-apa. Ini semua demi kebaikannya. Kalau seandainya aku tidak turut campur tangan, masalahnya akan menjadi lebih rumit lagi. Satu-satunya orang terdekatnya yang bisa diandalkan hanyalah aku.”
Secara spontan ibu Charlotte mendekap Violet hangat sambil menepuk punggungnya berirama. Selama ini, Violet sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Maka dari itu, ia sangat bahagia memandangi persahabatan putrinya dengan Violet tidak pernah terputus sejak pertama kali berteman.
“Tante mengandalkan sepenuhnya padamu, Violet.”
“Tenang saja, Tante. Aku pasti bisa membujuknya.”
“Kalau sampai dia masih tetap keras kepala, kau bisa mengancamnya dengan cara apapun.”
Dengan sigap ibu Charlotte meninggalkan Violet sendirian di depan kamar. Violet mengambil sebuah nampan besar yang berisi berbagai lauk untuk Charlotte sambil mengetuk pintu pelan.
“Pergi dari sini!” bentak Charlotte menangis terisak.
“Tubuhmu sudah kehabisan energi, sebaiknya kau harus makan.” Violet berusaha membujuknya lembut.
“Kau tidak ada bedanya dengan ibuku. Kalian tidak mengerti perasaanku saat ini!”
“Kami bukan bermaksud tidak mengerti perasaanmu, justru kami sangat mencemaskan tubuhmu saat ini. Kalau kau terus kepala, kau bisa jatuh sakit. Pangeran Gabriel, jika dia melihatmu seperti ini, pasti dia akan sangat sedih.”
Mendengar nama sang calon suami yang seharusnya kelak menikah dengannya hari ini, tangisannya semakin pecah dan bergeming sejenak. Kedua tangannya semakin gemetar sambil terus merenungkannya di bawah selimut tebal. Ia terus membayangkan kehangatan kebersamaan dengannya yang selalu membawakan kebahagiaan. Setiap dirinya selalu tidak berselera makan, calon suaminya yang membujuknya untuk makan. Terutama ia selalu dinasihati dengan lembut dan penuh kasih sayang dari pujaan hatinya, sehingga membuat dirinya selalu jatuh cinta padanya. Namun, cahaya yang selalu meneranginya, kini sudah tidak ada. Karena, dalam batinnya yang terdalam, sang Pangeran sudah seperti belahan jiwanya.
Setelah berpikir lama, memang perbuatannya saat ini sangat tidak patut dilakukan. Apa yang diinginkan pujaan hatinya, bukanlah berbuat egois seperti ini. Apalagi Pangeran tidak suka melihat wajahnya ters bersedih. Pada akhirnya ia berniat membukakan pintu kamar untuk sahabatnya. Sebelum itu, Charlotte beranjak dari ranjang, merapikan dirinya terlihat kusut di meja rias sambal memakai riasannya sedikit supaya terlihat sedikit segar. Usai itu, ia melangkahkan kakinya lemas sambil membuka pintu. Begitu pintunya terbuka, dengan sigap Violet memasuki kamar sambil membawa nampannya, lalu menaruhnya di atas meja dekat ranjang.
“Wajahmu terlihat sangat kurus, Charlotte.” Violet menatap sendu sambil menyentuh pipi kanan Charlotte.
“Menurutmu, situasi seperti ini apakah aku bisa hidup dengan tenang?” sahut Charlotte menghela napasnya panjang, alisnya turun.
Violet mengambil sesendok lauk mengarahkan pada mulut Charlotte.
“Buka mulutmu!” pintanya tegas.
“Tapi aku tetap tidak berselera makan.”
“Pokoknya kau jangan keras kepala dan turuti perintahku saja!”
Dengan sigap Violet memasukkan sesendok ke dalam mulut Charlotte paksa seperti seorang ibu menyuapin bubur untuk anaknya ketika sedang sakit. Mendapat perlakuan sedikit kasar dari sahabatnya, Charlotte menatapnya dengan tatapan elang seperti ingin menerkamnya.
“Kau!!”
“Sekarang aku akan berperan sebagai Gabriel. Jadinya kau jangan pernah berpikir bisa memberontakku!” elak Violet mencolek lengan Charlotte pelan.
“Gabriel tidak pernah memperlakukanku kasar seperti ini!”
“Aku masih meragukannya. Sepertinya dia akan memperlakukanmu persis seperti apa yang aku lakukan sekarang. Suatu hari nanti, dia pasti bersikap galak supaya kau menurutinya!”
Embusan napas kasar dikeluarkan dari mulut Charlotte sambil mengibaskan pakaiannya karena gerah. Namun, jika dirasakan kelamaan, perasaannya semakin sesak dan rasanya ingin melampiaskannya dengan puas. Memandangi kondisi temannya yang mulai tidak stabil, secara spontan Violet memeluknya sambil menepuk punggungnya pelan.
“Aku sangat merindukannya. Ini baru saja lewat sehari, tapi aku tidak bisa menghadapi kenyataan sekarang. Seharusnya upacara pemberkatan pernikahan sudah berlangsung meriah, lalu aku dan Gabriel sudah menjadi sepasang suami istri berbahagia. Sedangkan kenyataannya aku hanya bisa mengurungkan diriku selama seharian penuh.”
“Walaupun sampai sekarang tubuhnya masih belum ditemukan, aku yakin suatu saat nanti dia ditemukan dalam kondisi hidup. Pangeran Gabriel adalah pria yang sangat kuat. Dia pasti bisa menghadapinya.”
“Bahkan tubuh Lucas saja juga tidak ditemukan sama sekali.”
“Kalau Lucas tidak ditemukan, sudah pasti dia melindungi Pangeran Gabriel dengan segenap tenaganya. Bagaimana kalau kita taruhan?” tawar Violet tersenyum cerdas.
“Di saat begini kau masih bisa taruhan denganku. Aku tidak ingin bermain denganmu.” Charlotte mengernyitkan dahinya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Firasatku mengatakan bahwa mereka berdua masih hidup.”
“Tapi tubuh para pengawal dan juga pilot ditemukan tidak bernyawa. Sangat mustahil kalau seandainya mereka masih hidup.”
“Sudahlah kau cukup dengar perkataanku saja!”
Charlotte memutar bola matanya bermalasan, hanya bisa pasrah dengan lontaran perkataan dari sahabatnya sendiri yang hobinya bergurau dengannya.
“Baiklah, aku dengar saja walaupun sebenarnya aku masih meragukanmu.”
“Daripada kita terus bersedih sepanjang hari, bagaimana kalau kita bernostalgia sewaktu dulu? Terutama saat kau pertama kali bertemu dengan Pangeran Gabriel.” Violet berantusias merangkul pundaknya.
“Aish, mengingat kejadian itu rasanya malu sekali!” Pipi Charlotte mulai merah merona dan kepalanya menunduk malu.
“Aku ingat sekali kau bahkan selalu mengincarnya, walaupun kau adalah seorang wanita berkepribadian introvert.”
“Sudahlah, sebaiknya kau tidak perlu membahasnya lagi, itu sudah berlalu.”
“Ayolah Charlotte, ingatanku sudah mulai samar-samar nih!” rengek Violet menggoyangkan lengan Charlotte.
“Tapi aku malu sekali menceritakannya padamu lagi.”
“Masa kau malu dengan sahabatmu sendiri sih! Padahal kita sudah berteman sejak remaja, tapi kau masih bersikap malu di hadapanku.”
Charlotte hanya bisa pasrah dengan sahabatnya yang semakin lama semakin keras kepala. Terpaksa ia mengulum senyuman tipisnya.
“Baiklah, aku akan menceritakan ulang sedikit untukmu.”
“Yah, masa cuma beberapa sih!” ketus Violet kecewa.
“Jadinya kau ingin aku menangis seharian mengingat setiap momen kemesraan kami?”
“Tidak sih. Ya sudah, kau boleh ceritakan apapun yang kau inginkan.”
“Memang kau tega padaku, Violet!”
“Cepat, ceritakan sekarang!”
Memang di masa itu, merupakan salah satu momen kenangan terindah bagi hidup Charlotte. Selain menciptakan momen kenangan indah, juga mengubah karakternya menjadi seorang wanita yang berpegang teguh dan tidak mudah ditindas orang, walaupun statusnya merupakan putri dari keluarga bangsawan. Saat itu, Charlotte memang sangat mengidolakan seorang pangeran tampan, sekaligus bisa dikatakan teman sewaktu kuliah. Sebagai informasi saja, universitas biasa dan universitas untuk keluarga kerajaan sangat berbeda jauh. Universitas biasa tentu saja digunakan untuk kalangan orang biasa yang fasilitasnya tidak semewah dengan universitas kerajaan. Sebaliknya universitas kerajaan digunakan untuk anggota keluarga kerajaan maupun bangsawan. Maka tidak heran Charlotte dan Pangeran Gabriel pertama kali bertemu saat duduk di bangku kuliah. Karakter Charlotte dikenal sebagai wanita pemalu, bahkan sempat menjadi bahan gosip teman sekelasnya, walaupun sesama berdarah bangsawan. Namun berkat k
Mengingat momen indah waktu itu, kini tangisan Charlotte semakin pecah hingga buliran air mata membanjiri pipinya. Secara spontan Violet mengambilkan sapu tangan, lalu menyeka air mata pelan sambil menepuk pundak Charlotte berirama untuk menenangkannya. “Maaf, gara-gara aku, kau jadi menangis seperti ini,” sesal Violet menunduk bersalah. “Aku merindukan…kehangatan tubuhnya, sikapnya waktu itu walaupun dia baru saja menyatakan perasaannya padaku, aku sangat mencintainya.” “Maka dari itu, kau harus tetap kuat supaya bisa bertemu dengannya lagi.” “Iya, aku mengerti.” “Aduh, makanannya jadi dingin begini akibat aku memintamu untuk bercerita panjang lebar. Kalau begitu akan aku menyuruh pelayan membuatkan makanan yang hangat untukmu.” Ketika Violet ingin beranjak dari sofa, tangan kanan Charlotte menyentuh lengan Violet, mencegahnya pergi. “Jangan tinggalkan aku! Aku tidak mempermasalahkan makanannya menjadi dingin.” Charlotte meren
Peristiwa menghilangnya Pangeran Gabriel dan sekretaris Lucas, masih saja menggemparkan seluruh negeri setelah berlangsung selama beberapa hari. Awal mulanya didatangkan kabar menggembirakan mengenai pernikahan Pangeran Gabriel, kini digantikan menjadi kabar duka yang melibatkan kemungkinan kematiannya. Untuk saat ini, pihak kepolisian kerajaan dan Badan Intelijen Nasional masih menginvestigasikan kasus ini lebih lanjut. Terutama putri keluarga Viscount, kini berada di istana menemani sang Raja dan Ratu kerajaan yang sedang berkeluh kesah atas hilangnya putra mereka. “Yang Mulia Raja dan Ratu, maafkan hamba,” sesal Charlotte sambil berlutut di hadapan Raja dan Ratu menundukkan kepalanya hormat. “Kenapa Anda meminta maaf pada kami?” tanya Raja Arthur bingung. “Seharusnya hamba mencegahnya pergi mengunjungi Tuan Alexander. Seandainya saja Pangeran Gabriel tidak pergi, maka dia sampai sekarang masih tetap berada di istana.” “Angkat kepala Anda, N
Pikiran Charlotte saat ini terfokus pada insiden kecelakaan pesawat yang dialami Pangeran Gabriel. Tiba-tiba ia teringat dengan urusan penting yang ingin disampaikan Tuan Alexander tiba-tiba sebelum hari pernikahannya. Yang membuatnya bingung adalah kenapa Tuan Alexander memberitahukan sesuatu penting kebetulan tepat di hari sebelum pernikahannya. Lalu, pikirannya beralih pada rekaman pesawat yang sedikit aneh baginya. Biasanya selama ini, ketika ia melakukan perjalanan dengan Pangeran Gabriel, dalam kondisi cuaca buruk pesawatnya tetap berfungsi dengan baik. Namun entah kenapa kejadian pesawat ini terjadi saat sehari sebelum pernikahan dan saat Tuan Alexander ingin menyampaikan sesuatu penting pada Pangeran Gabriel. Tidak berani mengambil kesimpulan terlebih dahulu, yang pasti baginya ada sesuatu yang sangat mengusik pikirannya sekarang, sehingga membuat dirinya kesulitan tidur, bukan karena memikirkan masalah duka. Detik demi detik terus berjalan, kini waktu tengah
Ding…dong… Terdengar suara bel rumah yang nyaring. Dengan sigap Charlotte beranjak dari sofa, lalu membuka pintu rumahnya. Namun, orang yang menekan tombol belnya adalah petugas dari Badan Intelijen Nasional. Dirinya kebingungan dengan situasi saat ini, sehingga salivanya sulit ditelan dan memiliki firasat buruk mengenai hal ini. “Nona Charlotte,” panggil ketua tim yang terdengar agak kurang ramah. “Iya, ada apa berkunjung kediaman saya tiba-tiba?” sahut Charlotte memasang wajah polosnya. “Kami menerima laporan bahwa Anda terlibat dalam kasus kecelakaan pesawat Pangeran Gabriel, harap ikut dengan kami!” Kini Charlotte berdiri mematung seperti terkena sambaran petir. Mendengar tuduhannya barusan, membuat dirinya sedikit ketakutan apalagi mengingat ia baru saja mendiskusikan hal ini dengan Violet. Matanya terbelalak dan kepalanya terangkat percaya diri, lalu membantah tuduhannya sopan. “Barusan Anda mengatakan apa? Saya terlibat dalam ke
Mengingat masa itu, membuat Charlotte sangat menyesali atas perbuatannya. Terutama perkataannya yang setajam silet sangat menghantuinya hingga saat ini. Padahal calon suaminya sudah membuktikan rasa cinta yang begitu besar padanya, namun karena keegoisannya, hubungan asmara mereka menjadi hancur berkeping-keping. Kini bola matanya sangat merah dan hidungnya tersumbat akibat menangis terisak. Menatap kondisi emosi Charlotte yang tidak stabil sekarang, secara spontan ketua tim penyidik mengambilkan sebuah kotak tisu untuknya. “Bersihkan air mata Anda terlebih dahulu,” usul ketua tim pelan, menunjukkan sedikit rasa empatinya. Charlotte tidak menghiraukannya sama sekali, dengan sigap ia mengambil beberapa lembaran tisu, mulai menyeka bercak air mata pada setiap sisi wajahnya, hingga bedaknya agak luntur. Untung saja ketua tim penyidik merasa sedikit kasihan padanya, maka ia menunggu Charlotte dengan sabar supaya bisa melanjutkan interogasinya lagi. Beberapa saat
Terkadang banyak orang mengatakan bahwa keajaiban pasti akan mendatang, entah kapan datangnya. Terutama ketika kita sedang mengalami masalah berat dan keajaiban itu timbul secara tiba-tiba, kita pasti berpikir bahwa doa kita cepat terkabul begitu saja. Seperti halnya dengan Charlotte, situasinya saat ini sedang mengalami musibah, dikurung dalam sel sementara yang hampa, namun tiba-tiba terdengar suara teriakan petugas Badan Intelijen Nasional berkata bahwa adanya penyusup memasuki area ini. Entah itu penyusup sungguhan atau tidak, Charlotte tidak memedulikannya sama sekali. Malahan saat ini ia sangat bingung dengan keadaannya, apalagi sekarang tidak ada siapapun yang berjaga di depan selnya, sehingga ia memiliki pemikiran untuk melepaskan dirinya dari sini. Sorot matanya terfokus pada sebuah kunci yang bergantungan pada sebuah tembok, membuat dirinya ingin meraih kunci tersebut. Namun tiba-tiba terdapat seseorang memasuki area ini, yang wajahnya tidak terlihat jelas
Orang misterius membawa sang putri bangsawan menuju suatu tempat yang lumayan terlihat megah dari depan, tidak kalah jauh dengan kediamannya. Ketika ia menuntunnya memasuki kediamannya dan menyalakan lampu, sang putri bangsawan membulatkan matanya dengan sempurna memandangi sekeliling rumah ini terlihat mewah di dalam. Namun, saat ini ia masih bingung dengan sosok pahlawan yang baru saja menolongnya dari bahaya. Pandangannya beralih pada orang itu yang masih menggunakan masker dan topi. Dengan penuh rasa penasaran, Charlotte menyipitkan matanya curiga, melangkahkan kakinya pelan mendekatinya, sehingga orang itu terlihat gugup sekarang. “Apa...yang sedang Anda lakukan?” “Sebenarnya sejak tadi, saya penasaran dengan identitas Anda sebenarnya. Kalau dibilang penyusup, sepertinya sangat mustahil karena Anda menolong saya sampai bertaruh nyawa. Lalu, kediaman Anda yang terlihat mewah, seolah-olah seperti Anda merupakan orang berdarah bangsawan,” lontar Charlotte s