Sebelum insiden berlangsung…
Usai berpamitan dengan tunangannya, ia bersama Lucas memasuki pesawat jet sambil melambaikan tangannya terus padanya. Lalu, ia menduduki sebuah tempat duduk empuk berbahan busa tebal, duduk berhadapan dengan sekretaris pribadinya. Sebelum pesawat lepas landas, untuk terakhir kalinya, ia memandangi foto kebersamaan bersama tunangannya untuk melepas kerinduan, walaupun baru berpisah beberapa menit yang lalu.
“Aku merindukanmu, Charlotte,” ungkap Gabriel dengan senyuman tulus sambil mengelus layar ponselnya terutama foto sang tunangan terpampang pada layar.
“Padahal kau baru berpisah dengannya, tapi kau sudah merindukannya seperti sudah berbulan-bulan tidak pernah bertemu,” lontar Lucas sedikit menyindirnya.
“Wah, sekarang kau sudah berani berkata lancang padaku karena kemarin aku menyuruhmu untuk bersikap biasa saja padaku!” seru Gabriel membulatkan matanya dengan sempurna.
Secara inisiatif, Lucas langsung berlutut di hadapan Gabriel, kepalanya menunduk bersalah.
“Maafkan atas kelancanganku barusan, Pangeran Gabriel. Aku tidak akan pernah mengulanginya lagi. Kalau perlu bunuh saja aku.”
Gabriel tertawa terbahak sambil menggelengkan kepalanya terus mengamati betapa polos sekretarisnya.
“Kau memang tidak bisa diajak bergurau, Lucas. Padahal barusan aku hanya bergurau denganmu saja.” Gabriel menepuk pundak Lucas santai.
“Benarkah? Jadi kau tidak akan penggal kepalaku?”
“Tenang saja, aku ini dikenal sebagai Pangeran yang berbaik hati terhadap siapapun. Pasti aku tidak akan membunuh orang seperti menangkap tikus dengan perangkap.”
“Syukurlah, aku jadi sedikit lega sekarang.” Lucas membangkitkan tubuhnya, lalu kembali menduduki tempat duduk di hadapan Gabriel.
“Tapi bukan berarti aku tidak akan penggal kepalamu suatu hari nanti.” Gabriel menyunggingkan senyuman nakalnya tertawa puas.
“Maafkan aku.”
Raut wajah Gabriel tiba-tiba berubah drastis mengingat sesuatu penting yang akan disampaikan oleh Tuan Alexander. Tidak seperti biasanya ia harus mengunjunginya tiba-tiba begini, tidak tercatat dalam agenda kegiatan. Sorot matanya terfokus pada kaca jendela pesawat, menautkan kedua alisnya sambil bertopang dagu.
“Ini aneh sekali, kenapa dia tiba-tiba memintaku untuk bertemu?”
“Entahlah, katanya dia ingin mengungkapkan semuanya padamu.”
Tangan kanannya lambat laun berpindah pada bibirnya yang sudah terasa sangat manis bekas berciuman mesra dengan tunangannya. Mengingat perlakuannya beberapa saat lalu, membuat dirinya melebarkan senyumannya, menyandarkan punggungnya santai sambil memejamkan matanya. Apalagi sentuhan hangat dan manisnya bibir sang kekasih, membuatnya ingin melakukannya lagi.
“Aku tidak sabar ingin merasakan bibir manisnya lagi. Sebenarnya tadi aku sudah kecanduan melakukannya,” lontarnya santai sambil membayangkannya.
“Tapi tidak biasanya kau melakukan seperti ini di hadapan banyak orang.”
“Entah kenapa, aku ingin melakukannya saja. Aku merasa seperti aku harus melakukan dengannya selagi ada kesempatan emas.”
“Kalau aku jadi kau, pasti tidak akan melakukannya langsung. Lebih baik melakukannya di dalam kamar supaya bisa melakukannya puas.”
Alis kanan Gabriel terangkat, helaan napas kasar dihembuskan dari rongga mulutnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Jadinya maksudmu, aku tidak sopan melakukannya?”
“Bukan begitu maksudku….sudahlah lupakan saja perkataanku barusan daripada kepalaku sungguh dipenggal.”
“Demi Charlotte, aku tidak penggal kepalamu. Kalau seandainya aku sungguh penggal, dia pasti akan membenciku lagi.”
“Ngomong-ngomong, aku penasaran denganmu sebenarnya. Bukankah sebelumnya kalian sempat bertengkar, bagaimana caranya kau membujuknya kembali?”
“Ada deh, yang pasti Charlotte merupakan tipe wanita mudah memaafkan orang. Jadinya kesalahanku yang membuatnya sakit hati waktu itu, dia anggap berlalu saja.”
“Syukurlah, rasanya aku jadi ingin memiliki istri yang berkarakter seperti Charlotte.”
“Kau barusan bilang apa? Kau ingin merebutnya dariku?”
GUBRAKK
Tiba-tiba di tengah perbincangan mereka, keadaan pesawat tidak stabil hingga membuat Lucas mulai panik sekarang.
“Pangeran Gabriel, kau harus tetap duduk dulu dan pakai sabuk pengaman! Aku akan pergi ke ruang pengendalian pesawat menanyakan pilotnya dulu,” usul Lucas terburu-buru.
“Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah tadi sebelum lepas landas pesawatnya stabil dan tidak ada kerusakan mesin?”
“Aku juga belum tahu pasti.”
GUBRAKK
Lagi-lagi pesawatnya berguncang, kali ini hentakannya cukup kuat hingga membuat semua penumpang di sana terombang-ambing. Dengan sigap, seluruh pengawal yang dikerahkan, mengepung Gabriel untuk melindunginya.
“Yang Mulia, apakah Anda terluka?” tanya salah satu pengawal.
“Saya baik-baik saja. Saya akan menanyakan pilot mengenai keadaan pesawat ini.” Ketika Gabriel ingin beranjak dari kursi, semua pengawal menghadang jalannya.
“Anda tidak boleh bergerak, ini sangat berbahaya!” lontar pengawal lainnya.
“Lalu, apakah saya harus berdiam diri saja?” seloroh Gabriel menatap pengawal tersebut dengan tajam sambil berkacak pinggang.
Sementara Lucas berlari memasuki ruang pengemudi pesawat menghampiri pilot yang tengah berusaha menstabilkan pesawat bersama co-pilot.
“Apa yang terjadi? Kenapa pesawatnya bisa tiba-tiba begini?” tanyanya bingung dicampur panik.
“Saya juga tidak tahu pasti. Padahal sebelum pesawat ini siap dinaikki Yang Mulia, mesinnya masih terlihat baik-baik saja. Namun barusan tiba-tiba terjadi suatu ledakan pada salah satu mesin pesawat,” jawab pilot dengan nada panik sambil berusaha mengendalikan pesawat yang mulai jatuh ke permukaan.
DUAARR
Suara dentuman kilatan petir yang sangat kuat membuat semua penumpang pesawat ini tersentak kaget. Ditambah cuaca buruk memungkinkan mesin pesawat semakin rusak.
Melihat situasi saat ini, Lucas semakin gila mengacak-acak rambutnya kesal berjalan mondar-mandir seperti sedang menyetrika baju kusut.
“Apakah tidak ada cara lain?” tanya Lucas wajahnya semakin pucat.
“Saat ini kita harus melakukan pendaratan darurat demi keselamatan Yang Mulia,” jawab pilot sambil menekan sebuah tombol pengendalian pesawat.
“Pokoknya kalian tidak boleh membuat pesawat ini meledak di udara! Nyawa Yang Mulia dalam bahaya, kita tidak boleh membiarkannya meninggal begitu saja!”
Sementara co-pilot yang duduk tepat di sebelah pilot menekan tombol speaker untuk memberikan sebuah sinyal darurat.
“Kode 001, Royal Air, saat ini dalam kondisi darurat!”
Di sisi lain, Gabriel terus memberontak para pengawalnya sekaligus panik dengan keadaan yang semakin memburuk sekarang.
“Kalian jangan pernah berpikir pesawat ini akan meledak! Guncangan pesawat disebabkan karena turbulensi pesawat, sudah biasa saya menaikki pesawat seperti ini!” bentak Gabriel berlagak tegar namun dirinya sebenarnya sangat ketakutan, apalagi takut akan nyawanya melayang sebelum menikah dengan pujaan hatinya.
“Tapi Yang Mulia, kondisi saat ini memang sedang darurat.”
Pada saat yang bersamaan, co-pilot menekan tombol untuk mengeluarkan masker oksigen yang tersebar di area tempat duduk penumpang pesawat. Ketika semua pengawal sedang sibuk memasang masker oksigen masing-masing, Gabriel tidak memedulikannya sama sekali, membuka sabuk pengamannya dan mengabaikan maskernya. Salah satu pengawal menahan pundaknya sekaligus menghadang jalannya.
“Beraninya kalian menghalangi jalan saya! Apakah kalian semua tidak takut dengan saya!” bentak Gabriel emosinya membludak.
“Demi keselamatan Yang Mulia, kami harus melindungi Yang Mulia dengan baik.”
“Saya harus memeriksa kondisi yang sebenarnya!”
Gabriel mendorong para pengawal dengan sekuat tenaganya hingga terjatuh semua ke lantai. Kondisi pesawatnya semakin berguncang sehingga sulit baginya melangkahkan kakinya menuju ruang pengendalian pesawat.
GUBRAKK
Hantamannya terasa sangat kuat barusan, membuat tubuh Gabriel ambruk ke lantai. Melihat kondisinya barusan, secara spontan para pengawal kerajaan berusaha membangkitkan tubuh mereka menghampiri Gabriel.
“Yang Mulia!” pekik para pengawal.
“Saya baik-baik saja. Sebaiknya kalian jangan cemaskan saya!”
Sementara di ruang pengendalian pesawat, sorot mata Lucas terfokus pada pilot dan co-pilot mengendalikan kemudi pesawatnya yang sangat tidak stabil sekarang. Apalagi kecepatan pesawat ini sangat kencang hingga permukaan mulai terlihat dari sini.
Tet…tet…tet…
Sontak terdengar bunyi menandakan situasi sangat bahaya tertera pada layar LCD.
“Apa yang terjadi lagi?” tanya Lucas semakin berkeringat dingin.
“Ini gawat! Mesin pertama pesawat barusan mengalami sebuah ledakan!”
“APA?” Bola mata Lucas terbelalak.
“Maaf Tuan Lucas, sepertinya kita harus melakukan pendaratan di tengah laut,” tutur co-pilot lesuh.
“Jadi intinya, nyawa Yang Mulia tidak akan bisa selamat sekarang?”
“Hanya ini satu-satunya yang bisa menyelamatkan nyawa Yang Mulia, kita tidak mungkin membiarkan pesawat ini meledak di udara!” elak co-pilot.
Sementara pilot menekan tombol speaker memberikan sebuah pernyataan penting sebelum melakukan pendaratan darurat.
“Pendaratan darurat di tengah laut! Royal air, situasi sangat darurat sekarang! Roger mayday! Mayday!”
Dengan sigap Lucas berlari memasuki ruang penumpang lagi, menghampiri tubuh Gabriel yang sudah tidak berdaya sekarang.
“PANGERAN GABRIEL!” pekik Lucas sambil memasangkan masker pada wajahnya dan Gabriel.
“Apa…yang terjadi…sebenarnya?” sahut Gabriel lemas.
“Kapten pilot memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di tengah laut karena pesawat sudah sangat tidak stabil sekarang.”
Sementara Gabriel mendesah pasrah sambil menatap langit-langit dengan tatapan kosong.
“Apakah ini sungguh akhir dari hidupku? Bahkan aku belum sempat menikah dengan Charlotte.”
“Pangeran Gabriel, sebaiknya kau jangan berpikiran yang aneh dulu! Pasti kita semua akan selamat!”
Detik-detik terakhir sebelum melakukan pendaratan darurat, Gabriel mengamati sekelilingnya dengan putus asa, para pengawal istana ada yang tidak sadarkan diri, ataupun ada yang kepalanya terbentur akibat guncangan pesawat yang cukup kuat tadi.
Namun ia merasa ada sesuatu yang sangat mengusiknya sekarang. Di antara kumpulan pengawal istana, ada seseorang yang terlihat sangat asing baginya hingga membuat dirinya kebingungan sekarang. Pandangannya semakin kabur sambil mengulurkan jari telunjuknya menunjuk orang itu dari kejauhan.
“Siapa…dia?”
Belum sempat melanjutkan perkataannya, pesawat jet pribadi milik kerajaan tersebut mendarat di tengah laut.
BYURR
‘Maaf, aku tidak bisa menepati janjiku, Charlotte,’ sesal Gabriel dalam batinnya.
Berita menghilangnya Pangeran Gabriel dan sekretaris pribadinya bernama Lucas, menggemparkan seluruh negeri kerajaan Godnation. Bahkan situasi kerajaan saat ini sangat kacau, karena peristiwa tragis ini pertama kalinya terjadi dalam kerajaan ini bertahun-tahun. Tidak hanya keluarga kerajaan saja yang berkeluh kesah, namun seluruh rakyat yang selama ini memuja Pangeran Gabriel tampak berkeluh kesah, bahkan sampai memberikan doa khusus keselamatan pada Pangeran di TKP, tempat ditemukannya bangkai pesawat. Saat ini, masih belum ditemukan sebuah kamera dasbor pesawat yang bisa membuktikan kejadian sebenarnya saat terjadinya ledakan pesawat tersebut. Untuk sementara ini, seluruh petugas kepolisian dan anggota Badan Intelijen Nasional masih dalam tahap proses pencarian berbagai bukti dan beberapa jenazah yang tenggelam pada dasar laut. Masih belum ada berita mengenai ditemukan keberadaan tubuh Pangeran Gabriel dan Lucas walaupun sudah berjalan 24 jam sejak insiden tersebut
Memang di masa itu, merupakan salah satu momen kenangan terindah bagi hidup Charlotte. Selain menciptakan momen kenangan indah, juga mengubah karakternya menjadi seorang wanita yang berpegang teguh dan tidak mudah ditindas orang, walaupun statusnya merupakan putri dari keluarga bangsawan. Saat itu, Charlotte memang sangat mengidolakan seorang pangeran tampan, sekaligus bisa dikatakan teman sewaktu kuliah. Sebagai informasi saja, universitas biasa dan universitas untuk keluarga kerajaan sangat berbeda jauh. Universitas biasa tentu saja digunakan untuk kalangan orang biasa yang fasilitasnya tidak semewah dengan universitas kerajaan. Sebaliknya universitas kerajaan digunakan untuk anggota keluarga kerajaan maupun bangsawan. Maka tidak heran Charlotte dan Pangeran Gabriel pertama kali bertemu saat duduk di bangku kuliah. Karakter Charlotte dikenal sebagai wanita pemalu, bahkan sempat menjadi bahan gosip teman sekelasnya, walaupun sesama berdarah bangsawan. Namun berkat k
Mengingat momen indah waktu itu, kini tangisan Charlotte semakin pecah hingga buliran air mata membanjiri pipinya. Secara spontan Violet mengambilkan sapu tangan, lalu menyeka air mata pelan sambil menepuk pundak Charlotte berirama untuk menenangkannya. “Maaf, gara-gara aku, kau jadi menangis seperti ini,” sesal Violet menunduk bersalah. “Aku merindukan…kehangatan tubuhnya, sikapnya waktu itu walaupun dia baru saja menyatakan perasaannya padaku, aku sangat mencintainya.” “Maka dari itu, kau harus tetap kuat supaya bisa bertemu dengannya lagi.” “Iya, aku mengerti.” “Aduh, makanannya jadi dingin begini akibat aku memintamu untuk bercerita panjang lebar. Kalau begitu akan aku menyuruh pelayan membuatkan makanan yang hangat untukmu.” Ketika Violet ingin beranjak dari sofa, tangan kanan Charlotte menyentuh lengan Violet, mencegahnya pergi. “Jangan tinggalkan aku! Aku tidak mempermasalahkan makanannya menjadi dingin.” Charlotte meren
Peristiwa menghilangnya Pangeran Gabriel dan sekretaris Lucas, masih saja menggemparkan seluruh negeri setelah berlangsung selama beberapa hari. Awal mulanya didatangkan kabar menggembirakan mengenai pernikahan Pangeran Gabriel, kini digantikan menjadi kabar duka yang melibatkan kemungkinan kematiannya. Untuk saat ini, pihak kepolisian kerajaan dan Badan Intelijen Nasional masih menginvestigasikan kasus ini lebih lanjut. Terutama putri keluarga Viscount, kini berada di istana menemani sang Raja dan Ratu kerajaan yang sedang berkeluh kesah atas hilangnya putra mereka. “Yang Mulia Raja dan Ratu, maafkan hamba,” sesal Charlotte sambil berlutut di hadapan Raja dan Ratu menundukkan kepalanya hormat. “Kenapa Anda meminta maaf pada kami?” tanya Raja Arthur bingung. “Seharusnya hamba mencegahnya pergi mengunjungi Tuan Alexander. Seandainya saja Pangeran Gabriel tidak pergi, maka dia sampai sekarang masih tetap berada di istana.” “Angkat kepala Anda, N
Pikiran Charlotte saat ini terfokus pada insiden kecelakaan pesawat yang dialami Pangeran Gabriel. Tiba-tiba ia teringat dengan urusan penting yang ingin disampaikan Tuan Alexander tiba-tiba sebelum hari pernikahannya. Yang membuatnya bingung adalah kenapa Tuan Alexander memberitahukan sesuatu penting kebetulan tepat di hari sebelum pernikahannya. Lalu, pikirannya beralih pada rekaman pesawat yang sedikit aneh baginya. Biasanya selama ini, ketika ia melakukan perjalanan dengan Pangeran Gabriel, dalam kondisi cuaca buruk pesawatnya tetap berfungsi dengan baik. Namun entah kenapa kejadian pesawat ini terjadi saat sehari sebelum pernikahan dan saat Tuan Alexander ingin menyampaikan sesuatu penting pada Pangeran Gabriel. Tidak berani mengambil kesimpulan terlebih dahulu, yang pasti baginya ada sesuatu yang sangat mengusik pikirannya sekarang, sehingga membuat dirinya kesulitan tidur, bukan karena memikirkan masalah duka. Detik demi detik terus berjalan, kini waktu tengah
Ding…dong… Terdengar suara bel rumah yang nyaring. Dengan sigap Charlotte beranjak dari sofa, lalu membuka pintu rumahnya. Namun, orang yang menekan tombol belnya adalah petugas dari Badan Intelijen Nasional. Dirinya kebingungan dengan situasi saat ini, sehingga salivanya sulit ditelan dan memiliki firasat buruk mengenai hal ini. “Nona Charlotte,” panggil ketua tim yang terdengar agak kurang ramah. “Iya, ada apa berkunjung kediaman saya tiba-tiba?” sahut Charlotte memasang wajah polosnya. “Kami menerima laporan bahwa Anda terlibat dalam kasus kecelakaan pesawat Pangeran Gabriel, harap ikut dengan kami!” Kini Charlotte berdiri mematung seperti terkena sambaran petir. Mendengar tuduhannya barusan, membuat dirinya sedikit ketakutan apalagi mengingat ia baru saja mendiskusikan hal ini dengan Violet. Matanya terbelalak dan kepalanya terangkat percaya diri, lalu membantah tuduhannya sopan. “Barusan Anda mengatakan apa? Saya terlibat dalam ke
Mengingat masa itu, membuat Charlotte sangat menyesali atas perbuatannya. Terutama perkataannya yang setajam silet sangat menghantuinya hingga saat ini. Padahal calon suaminya sudah membuktikan rasa cinta yang begitu besar padanya, namun karena keegoisannya, hubungan asmara mereka menjadi hancur berkeping-keping. Kini bola matanya sangat merah dan hidungnya tersumbat akibat menangis terisak. Menatap kondisi emosi Charlotte yang tidak stabil sekarang, secara spontan ketua tim penyidik mengambilkan sebuah kotak tisu untuknya. “Bersihkan air mata Anda terlebih dahulu,” usul ketua tim pelan, menunjukkan sedikit rasa empatinya. Charlotte tidak menghiraukannya sama sekali, dengan sigap ia mengambil beberapa lembaran tisu, mulai menyeka bercak air mata pada setiap sisi wajahnya, hingga bedaknya agak luntur. Untung saja ketua tim penyidik merasa sedikit kasihan padanya, maka ia menunggu Charlotte dengan sabar supaya bisa melanjutkan interogasinya lagi. Beberapa saat
Terkadang banyak orang mengatakan bahwa keajaiban pasti akan mendatang, entah kapan datangnya. Terutama ketika kita sedang mengalami masalah berat dan keajaiban itu timbul secara tiba-tiba, kita pasti berpikir bahwa doa kita cepat terkabul begitu saja. Seperti halnya dengan Charlotte, situasinya saat ini sedang mengalami musibah, dikurung dalam sel sementara yang hampa, namun tiba-tiba terdengar suara teriakan petugas Badan Intelijen Nasional berkata bahwa adanya penyusup memasuki area ini. Entah itu penyusup sungguhan atau tidak, Charlotte tidak memedulikannya sama sekali. Malahan saat ini ia sangat bingung dengan keadaannya, apalagi sekarang tidak ada siapapun yang berjaga di depan selnya, sehingga ia memiliki pemikiran untuk melepaskan dirinya dari sini. Sorot matanya terfokus pada sebuah kunci yang bergantungan pada sebuah tembok, membuat dirinya ingin meraih kunci tersebut. Namun tiba-tiba terdapat seseorang memasuki area ini, yang wajahnya tidak terlihat jelas