Share

5. Kembali Ke Desa

13 Tahun Kemudian

Seorang gadis keluar dari toko kue kecil milik ibunya, ia tersenyum kepada setiap orang yang di temuinya di jalan.

"Ibu kemana sih? Masa ninggalin aku di toko sendirian," ucap Alina.

Alina mengambil handphone di sakunya kemudian mengotak atik ponselnya, kemudian menelepon kontak yang diberi nama "ibuku"

Alina menempelkan handphonenya ke telinga meski belum tersambung, syukurnya telpon cepat tersambung.

"Hallo, Bu dimana?"

"Udah di rumah, tadi habis beli bahan kue untuk besok ayahmu nelpon, katanya Keluarga pak Ibnu datang. Kamu cepat pulang juga ya, mereka mau nginap di sini katanya," ucap Dewi.

Keluarga Pak Ibnu adalah orang yang sangat baik hati, awal pertemuan mereka saat Ujang sekeluarga terus berjalan tak punya tujuan, hingga mereka bertemu dengan Pak Ibnu. Keluarga Ibnu merasa prihatin dan iba dengan keadaan mereka pada waktu itu, ditambah Alina juga dalam keadaan panas tinggi. Dengan kemuliaan hati Ibnu membawa Alina pergi ke rumah sakit dan memberi mereka pekerjaan.

Awalnya Keluarga Ujang bekerja di keluarganya Ibnu. Ujang di pekerjakan sebagai tukang kebun dan Dewi sebagai asisten rumah tangga, jujur sebenarnya mereka tidak membutuhkan tenaga kerja di bagian tersebut tapi karena ingin membantu mereka akhirnya memberikan pekerjaan tersebut ke mereka. Beruntung Ibnu mempunyai beberapa usaha yang tak perlu bagi hasil, awalnya ia mau memperkerjakan mereka di tempat usahanya. Namun, mengingat mereka memiliki anak kecil akhirnya ia mengambil keputusan untuk memperkerjakan keluarga Ujang di rumah.

Dua tahun setelah itu Ibnu bertanya perihal tabungan keluarga Ujang, Ujang dengan senang hati menjawab yang sejujurnya. Melihat tabungan mereka yang sudah lumayan banyak, Ibnu memutuskan untuk mengajari Ujang membangun usaha. Ia meminta Ujang membuka usaha pecel lele, karena ia pernah merasakan pecel lele buatan Ujang sangat enak. Ikan lele yang diambil itu dari tambak ikan milik Ibnu, dengan kebaikan hatinya Ibnu menjual lele tersebut dengan setengah harga.

Sementara Dewi mulai diajak oleh Sasmita untuk berbisnis menjual kue, Sasmita yang memasarkan dan Dewi yang memasak kuenya, beruntungnya pesanan selalu ada.

***

"Assalamualaikum, Alin pulang," teriak Alina ketika tiba di rumah.

"Waallaikumsalam, Alin, Alin, Formalin."

Alina terkejut menatap pemuda yang saat ini muncul di hadapannya. Raka, anak dari keluarga Ibnu.

"Kak Raka! Kakak pulang?" tanya Alina.

"Nggak, ini masih di luar kota."

Alina tergelak mendengar penuturan Raka.

Alina masuk, ia segera menyalami Kedua orang tuanya, tidak lupa menyalami Ibnu dan Sasmita juga.

Alina bingung dengan kedatangan keluarga Ibnu. Mungkinkah akan terjadi adegan di novel-novel? Dimana keluarga dikumpulkan untuk menjodohkan anaknya? Astaga apa yang Alina pikirkan.

Alina memukul kepalanya sendiri.

"Lihatlah, Alin si stres. Dia memukul kepalanya sendiri karena memikirkan hal yang jorok," ucap Raka.

"Mana ada, jangan asal ya!" ucap Alina.

"Jangan kek anak kecil deh kalian."

Ternyata mereka datang karena Raka sedang pulang, Ibnu ingin semuanya pulang sebelum Raka kembali pergi ke jauh lagi. Waktu Raka sangat sedikit di rumah, ia lebih banyak waktu untuk pergi ke sana sini.

"Sebenarnya aku ingin misah tinggal, tapi aku mau tinggal di desa untuk membangun bisnisku sendiri. Aku rasa kalau di desa lebih banyak peluang di bandingkan kota. Lagipula kalau di desa belom banyak saingan deh, keknya, tapi aku bingung dimana desa yang mau kudatengi," ucap Raka tiba-tiba.

Alina termenung sesaat, sepertinya ini saatnya dia kembali ke desanya. Ia berpikir apakah benar ia harus kembali sekarang? Akankah warga mengenalinya jika ia kembali sekarang. Alina menatap tangannya, sepertinya tidak akan ada yang tau siapa dirinya jika kembali. Bukankah dulu ia adalah gadis hitam dan gendut? Sekarang ia sudah berubah, 'kan?

"Gimana kalau ke desa tempat tinggal kami dulu?" usul Alina.

Dewi dan Burhan menatap Alina tak percaya, benarkah anaknya mau meminta Raka ke sana?

"Sebaiknya jangan!" seru Burhan.

"Tapi, Yah mereka di sana usahanya dominan sawah. Untuk membeli ikan saja mereka harus menempuh perjalanan sangat jauh. Aku rasa besar peluangnya," ucap Alina.

"Boleh juga itu," ucap Raka.

"Tapi aku ikut kalau mau ke sana, boleh ya?" ucap Alina.

"Yakin mau ikut?" tanya Raka.

"Yakin, lagian kalau aku ikut, kak Raka bisa nempatin rumah kita dulu. Terus, biar aku jadi petunjuk arah di sana desanya kan luas tuh, aku takut, Kak Raka tersesat." ucap Alina.

Ujang menggaruk kepalanya, benar apa yang dikatakan anaknya, tapi dia khawatir kalau harus kembali ke sana.

"Baiklah, Ayah mengizinkan, tapi tolong menjauh dari keluarga Burhan. Jangan sampai kejadian kakakmu terulang lagi. Cukup kakakmu yang jadi korban jangan kamu dan Raka juga." Alina tersenyum senang mendengar izin dari ayahnya.

"Tapi ... itukan masih desa, tentunya pasti akan menjadi hal yang sangat tabu di mata mereka jika Alina dan Raka tinggal dalam satu atap, jadi apa yang perlu dilakukan? Apa perlu kita nikahkan mereka dulu?" tanya Sasmita.

"Sepertinya tidak perlu, kami datang ke sana nanti akan mengaku sebagai kakak beradik," ucap Alina.

"Benar kata Alin, lagian nggak kebayang kalau kami harus nikah," ucap Raka menimpali.

"Asal kalian nggak aneh-aneh saat di sana, oke aja sih ya?" tanya Ibnu.

"Intinya jangan macam-macam, jangan dekati keluarga Burhan karena mereka sangat licik," ucap Dewi.

Setelah persiapan yang begitu banyak akhirnya mereka berangkat ke desa tempat tinggal Alina sekeluarga dulu. Jalannya sangat jauh, sepanjang jalan mereka melewati hutan-hutan. Hingga tibalah mereka di desa tersebut, semua orang seperti terkejut melihat mobil mewah memasuki desa mereka karena di sana belum banyak yang memiliki mobil, motor pun hanya di miliki oleh orang-orang tertentu.

"Kak, kenapa melambat bukankah kita bisa langsung ke rumah pak Burhan untuk izin tinggal di sini?" tanya Alina.

Raka menyentil kepala Alina, tentu saja kalau mereka langsung ke sana Burhan akan curiga karena mereka bisa langsung tau rumahnya.

"Lin, mereka akan curiga. Lagian apa iya Burhan itu masih menjabat sebagai Kades?" tanya Raka.

"Iya, sih, tapi kemaren pas kami pergi beliau baru menjabat siapa tau dia ambil tiga periode gitu," ucap Alina.

"Udah, ah. Aku mau nanya dulu."

Raka membuka kaca mobilnya, lalu melihat seorang bapak-bapak sedang membawa karung yang entah apa isinya.

"Pak, mau tanya rumah Kades di sini dimana ya?" tanya Raka.

"Ada perlu apa ya, Dik?" tanya bapak-bapak tersebut.

"Kita mau tinggal di sini, Pak."

"Oh, ya udah kalau gitu saya antar aja ya?"

"Boleh, Pak."

Bapak-bapak itu masuk ke dalam mobil, ia memberikan komando pada Raka tentang jalan yang perlu di lewati. Bersyukur rumah Kades Burhan tak perlu masuk-masuk ke lorong jadi Raka dan Alina tak perlu jalan kaki.

"Ini udah sampai, Dik. Kalau Kades Burhan jam segini biasanya belum pulang, Dik palingan ada Bu Mirna," ucap bapak tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status