Home / Romansa / Marinne's Wedding / Bab 7 - Obrolan di Queen Tea Rooms

Share

Bab 7 - Obrolan di Queen Tea Rooms

last update Last Updated: 2025-11-12 20:43:44

Fleur sedang mengobati mata Anshel yang kesakitan karena kena tinjunya. Tapi ia melihat samar merah di lehernya, ia meyakini kalau Anshel telah bercumbu dengan kekasihnya, hingga membuatnya tersulut amarah.

Ia menyuruh Anshel mengobatinya sendiri. Ketika Fleur hendak pergi, Anshel menarik pinggang Fleur hingga ia terduduk di pangkuannya.

Anshel juga sempat melihat lehernya yang merah di cermin dan ia tidak membiarkan Fleur pergi saat mencoba membebaskan diri.

“Fleur, apa kau cemburu?”

Fleur menyipitkan matanya.

“Kau tahu kau itu menjijikan, kau punya istri tapi masih tidur dengan wanita lain?”

Anshel menyeringai.

“Jadi kau mau melayaniku?”

Fleur panik, dan gugup.

“Bu.. Bukan seperti itu maksudku?” desisnya.

Anshel berdiri sambil mengangkat istrinya. Lalu Ia membuat Fleur berdiri di atas sofa Dan mengangkatnya dari depan sehingga Dada mereka saling menempel, Fleur merasa tidak nyaman Ia minta turun tapi Anshel memeluknya dengan erat.

“Aku tidak akan melepaskanmu, karena malam ini kita akan tidur bersama, benar bukan?”

Fleur meronta.

“Anshel tolong, aku tidak mau dan tidak akan pernah tidur denganmu, ingat itu?”

“Tidak kau sudah menandatangani kontrak itu berarti kau sudah menyetujuinya.”

Fleur melotot

“Tapi kau sudah menjebakku, menyelilpkan surat kesepakatan kita dengan kontrak perusahaan agar aku menandatanganinya, aku tidak akan pernah menyetujuinya, aku hanya akan tidur dengan pria yang ku cintai?”

Anshel melemparkan Fleur ke kasur dan langsung menindihnya.

Ia tidak tahu harus lega atau marah, di depan matanya, pria itu berubah dari pemangsa menjadi badut tak tertebak.

Ia melepaskan dasinya lalu mengikat tangan Fleur.

“Dasar pria mesum, kau tidak cukup hanya dengan satu wanita, sekarang kau akan menerkamku?”

Anshel menyeringai. Lalu mencondongkan tubuhnya lebih dekat.

“Apa menerkammu?”

“Baiklah, aku akan memakanmu sekarang juga.”

Fleur terus berontak dan berusaha melepaskan diri tapi tenaga Anshel lebih besar darinya .

“Diam Fleur, aku tidak akan menyakitimu!”

Fleur terdiam saat mendengar teriakan nya. Ia melihat sorot mata suaminya yang menusuk.

Aku senang sekali saat dia sedang ketakutan melihatku, ujar Anshel dalam hati.

Anshel tiba-tiba tertawa geli, Ia melepaskan Fleur dan menjatuhkan tubuhnya di samping istrinya.

Dasar manusia aneh. Baru juga marah-marah sekarang malan tertawa, batin Fleur sambil mendelik.

Anshel kemudian bangkit lalu ia bicara sambil merapikan pakaiannya.

“Fleur, besok bersiaplah kita akan kerumah Ratu Calinda”

“Aku tidak mau, dia sama galaknya denganmu.”

“Aku tidak mau berdebat denganmu dan tidak akan menerima penolakanmu, Nyonya!”

Anshel bangun dari tempat tidur lalu meninggalkan kamarnya.

Fleur melempar bantal ke punggung Anshel, tapi Anshel hanya mendengus dan tetap melangkah.

Dan Fleur Pun tertidur.

Keesokan harinya Fleur bangun lebih awal ia mondar mandir di depan pintu namun saat ia membukanya ternyata tidak terkunci. Ia tersenyum kegirangan lalu. mengambil tasnya dan menjinjing sepatunya.

“Ya Tuhan semoga aku tidak ketahuan.”

Ia berjalan tanpa suara, memperhatikan sekeliling rumah, lalu menekan tombol lift pribadi di ujung koridor. Pintu terbuka perlahan tanpa suara. Fleur menahan napas, melangkah masuk dengan hati-hati, seolah ketahuan sedikit saja bisa membuatnya kehilangan kebebasan.

Masih mengenakan pakaian tidur, Anshel berdiri di tepi railing melihatnya dari lantai atas sambil memegang cangkir kopi, lalu menelpon Barack.

“Barack nyonya sudah keluar, bawa majikanmu ke istana.”

“Baik tuan Anshel, saya akan mengikuti perintah anda.”

Saat tiba di garasi. Fleur senang bukan main, ternyata sopirnya sudah ada di sana sedang mengelap mobilnya.

“Barack, untunglah kau disini. Cepat bawa aku ke kantor!”

Barack langsung

Anshel tersenyum lalu ia pergi mandi. Dan meluncur ke istana menyusul istrinya.

Di tengah perjalanan Fleur mulai curiga.

“Barack ini bukan jalan menuju Ruthven Wine, cepat putar arah!”

“Nyonya tolong jangan mempersulit saya, suami Nyonya bisa marah kalau saya tidak membawa Nyonya ke tempat tujuan.”

“Anshel tidak akan tahu, sebentar… jadi Anshel tahu aku ke luar diam-diam?”

“Benar Nyonya, beliau sudah bangun terlebih dahulu.”

Fleur bersandar ke kursi dan ia harus menerima nasibnya lagi.

“Tuhan kirim aku seorang malaikat agar aku lepas dari Keturunan Robinson,” ujarnya putus asa.

Barack hanya tersenyum.

Setiba di istana Arden Palace. Ia dibimbing pengawal masuk ke Queen’s Tea Room, ruangan hangat beraroma melati menusuk hidungnya, samar menenangkan tapi justru membuatnya ingin muntah.

Tak berapa lama kemudian Ratu Calinda datang.

Fleur menyapanya dengan santun meski dadanya berkecamuk.

“Duduklah nak Fleur!”

Fleur meremas tangannya ia merasa tidak nyaman karena harus bertemu dengan Ratu Calinda.

Orang-orang bilang beliau ramah dan baik, tapi setelah bertemu beberapa kali dia selalu galak dan mengaturku, aku tidak menyukainya, ucap Fleur dalam hatinya.

“Suamimu sedang di jalan, minumlah tehnya selagi hangat?”

“Baik yang mulia.”

Fleur langsung meneguknya dengan perlahan. Namun pertanyaan Ratu Calinda membuatnya tersedak.

“Nona Princetta Fleur Ruthven, apa kau sudah mengandung?”

Fleur langsung terbatuk-batuk dan membuat roknya basah.

“Pelayan segera menyerahkan serbet padanya.”

Ratu Calinda meminta pelayanan menuangkan tehnya lagi.

“Seharusnya kau segera memberinya keturunan, agar dia tidak mencari kesenangan di luar!”

“Anda tidak perlu khawatir yang mulia Ratu kami sedang berusaha, dan tunggu saja kabar baik dari kami!” jawab Anshel sambil berjalan mendekat.

“Pangeran Anshel.”

“Apa kabar yang mulai, sudah kubilang berulang kali panggil saja namaku,” ujarnya sambil memeluk neneknya. Sambil menatap Fleur.

“Aku selalu merindukanmu, kalau saja Ayahmu tidak egois meninggalkan Nenek dan kakekmu, mungkin kaulah yang akan menjadi Raja di istana ini Nak!”

Fleur memutar bola matanya, lalu memaksakan tersenyum.

Anshel menghampiri istrinya,

“Maaf sayang gara-gara aku sakit perut jadinya aku datang terlambat,” ucapnya lalu memeluk Fleur dan mencium pipinya, Fleur hanya pasrah karena ada di hadapan Ratu Calinda.

Anshel duduk di sampingnya. Kemudian mereka mengobrol. Namun ada ucapan neneknya yang terus menekan Fleur.

“Jadi istrimu belum hamil juga, Anshel, jadi itu alasanmu menemui perempuan lain, atau kau memang tidak bisa memberikan cucuku keturunan Nona Ruthven?”

“Nenek!”

Anshel menggenggam tangan istrinya.

“Anda tenang saja,” ia menatap Fleur.

“... istriku sudah telat bulan ini, dan soal wanita itu dia hanya seorang teman.”

Fleur membulatkan matanya, Anshel memberi kode dengan mengeratkan genggamannya.

“Ingat Anshel, meskipun kalian sudah keluar dari kerajaan, dengan posisimu saat ini, banyak media yang mencari tahu soal kehidupan pribadimu, aku tidak ingin kau mencoreng nama baik kerajaan.”

Fleur menahan tawanya.

“Baiklah aku harap kau tidak sedang berbohong?”

Fleur menimpali.

“Berbohong soal apa yang mulia?”

“Tentu saja wanita yang sering di temui suamimu, ingat Nona Ruthven meskipun dulu aku pernah berhubungan baik dengan keluargamu, aku akan membuat kalian berpisah jika tidak segera memberinya keturunan!”

Fleur hampir tersulut emosi tapi Anshel mengelus-elus punggungnya. Hingga membuat Fleur menoleh padanya. Mereka pun bertatapan.

“Yang mulia Ratu apakah sebuah pernikahan itu diwajibkan untuk memiliki seorang bayi?”

“Fleur!” Kata Anshel

“Kau… Anshel seharusnya dulu kau mendengar kakekmu dan menikahi Putri Madison,Ya Tuhan… bawa istrimu pergi!”

Anshel dan Fleur akhirnya meninggalkan istana, sepanjang perjalanan mereka hanya terdiam.

Bukannya mengantarnya ke kantor istrinya, ia justru membawanya ke Noblechrest system.

Fleur memukul dada Anshel dengan tasnya?

“Anshel, aku benar-benar membencimu, aku bukan budakmu, aku istrimu!”

“Justru itu Fleur, jangan keras kepala, bekerjalah disini, suatu saat kau akan berterimakasih padaku, dan ingat janjimu padaku!”

“Kenapa aku harus berterimakasih padaku, kau dan nenekmu seenaknya menyuruhku mengandung anakmu dan kau juga memaksaku bekerja disini!”

“Ruthven Wine, yang sangat kau banggakan memang sangat maju sekarang, kalau keluargaku tidak membantumu dan Ayahmu tidak memohon waktu itu, perusahaan itu hanya akan menjadi kenangan dalam hidup kalian.”

Fleur menutup telinganya, bosan mendengar Anshel terus mengungkit masa lalu.

Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan.

“Aku akan mengembalikan semua uang itu padamu,” katanya dengan suara bergetar namun tegas. “Aku menyetujui kesepakatan awal, dan seharusnya kita segera mengakhiri pernikahan sialan ini, Tuan Anshel.”

Anshel menatapnya lama, senyumnya samar.

“Oh ya?” bisiknya. “Sayangnya, Ayahmu sudah memberimu padaku sepenuhnya, Fleur.”

Fleur menatapnya tak percaya, matanya membara, antara marah dan kecewa.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Marinne's Wedding   Bab 10 - Lidah Tajam

    Anshel mengeluarkan handphone dan menunjukkan sebuah berita. Fleur membacanya. “Kenapa beritanya menjelek-jelekanku? Harusnya mereka memberitakanmu, dengan simpananmu.” Diduga rumah tangga Anshel Robinson Noble dan istrinya, Princetta Fleur Ruthven, sudah tidak harmonis. Mereka jarang terlihat bersama di depan publik, dan dari beberapa foto yang beredar, Fleur tampak sangat dingin terhadap suaminya. Fleur mendengus. Tatapan Anshel langsung mengeras. Ia menarik Fleur ke ranjang, memaksa wajah mereka begitu dekat. Fleur refleks mengalihkan pandangan, tapi Anshel menahan dagunya dengan kuat. “Jangan memancing kemarahanku, Fleur,” desisnya. “Ini ulahmu yang keras kepala. Seharusnya kau tetap di sisiku, ke mana pun aku pergi.” Anshel mendekat ke telinganya. Fleur bisa merasakan napasnya sebelum giginya menyentuh kulit itu. “…termasuk di tempat tidur, bukan?”

  • Marinne's Wedding   Bab 9 - Reputasi Keluarga Robinson

    Fleur menahan napas di balik rak server, menunggu suara langkah itu menjauh. Setelah yakin area aman, ia keluar perlahan, namun baru beberapa langkah, sebuah tangan kuat mencengkeram lengannya dan membantingnya ke dinding. Dingin logam pistol menempel di pelipisnya. “Siapa kau?!” Suara itu dalam, tenang, terlalu tenang untuk orang yang panik. Jantung Fleur berdetak hebat karena terkejut, lalu ia mulai menenangkan diri. “Aku—” “Jangan bergerak. Ini zona terbatas. Bagaimana kau bisa masuk?” Fleur bisa merasakan kesigapan militer dari caranya menahan posisi. Tidak gemetar. Tidak ragu. “Hanz, tahan!” seru Benjamin dari pintu. “Ini istri Tuan Anshel!” Serentak, ia me

  • Marinne's Wedding   Bab 8 - Log Terlarang

    Fleur dan Anshel sedang bertengkar di kantor Noblecrest Systems. Fleur menutup telinganya, mencoba menahan kebosanan sekaligus amarah, tapi setiap kata yang diucapkan Anshel tentang masa lalunya membuat dadanya semakin sesak. Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. “Aku akan mengembalikan semua uang itu padamu,” katanya dengan suara bergetar tapi tegas. “Aku menyetujui kesepakatan awal, dan seharusnya kita segera mengakhiri pernikahan sialan ini, Tuan Anshel.” Anshel menatapnya lama, senyum tipisnya seperti pisau. “Oh ya?” bisiknya. “Sayangnya, Ayahmu sudah memberimu padaku sepenuhnya, Fleur.” Fleur menatapnya dengan mata membara. Rasa marah bercampur kecewa, membakar dari dalam. Tanpa sadar ia melangkah mendekat dan menarik kerah suaminya. Bibirnya bergetar saat bicara.

  • Marinne's Wedding   Bab 7 - Obrolan di Queen Tea Rooms

    Fleur sedang mengobati mata Anshel yang kesakitan karena kena tinjunya. Tapi ia melihat samar merah di lehernya, ia meyakini kalau Anshel telah bercumbu dengan kekasihnya, hingga membuatnya tersulut amarah. Ia menyuruh Anshel mengobatinya sendiri. Ketika Fleur hendak pergi, Anshel menarik pinggang Fleur hingga ia terduduk di pangkuannya. Anshel juga sempat melihat lehernya yang merah di cermin dan ia tidak membiarkan Fleur pergi saat mencoba membebaskan diri. “Fleur, apa kau cemburu?” Fleur menyipitkan matanya. “Kau tahu kau itu menjijikan, kau punya istri tapi masih tidur dengan wanita lain?” Anshel menyeringai. “Jadi kau mau melayaniku?” Fleur panik, dan gugup. “Bu.. Bukan seperti itu maksudku?” desisnya. Anshel berdiri sambil me

  • Marinne's Wedding   Bab 6 - Hadiah Dari Fleur

    “Philippe! Pamela! Tolong aku!” teriak Fleur sambil memukuli punggung suaminya.Namun kedua kakaknya hanya tertawa, menikmati pemandangan yang menggelikan di tengah ketegangan itu.Anshel terus melangkah pergi, membawa Fleur seperti karung beras.Setiba di rumah, Fleur langsung menuju kamar, tapi Anshel mengikutinya dari belakang. Saat ia hendak menutup pintu, Anshel menahannya dengan tangan.“Aku ingin bicara denganmu,” katanya datar.Fleur menolak, tapi ia mendorong pintu lebih keras dan tiduran di ranjang.“Fleur… aku akan tidur di sini,” ucapnya.Fleur menautkan alisnya. “Benarkah? Kau yakin?”Anshel mengangguk dan tersenyum manis.Fleur membalas senyumannya. “Silakan saja. Tapi aku akan tidur di kamar sebelah.”Anshel tertawa kecil, seolah meledeknya, lalu duduk tegap di tepi ranjang.“Fleur, ini perintahku, bukan tawaran. Berhentilah bekerja di perusahaan ayahmu dan bekerjalah di

  • Marinne's Wedding   Bab 5 - Tuan Putri Di Tengah Bayangan

    Baru saja tiba di Ruthven Wine, Anshel langsung meminta Philippe memberhentikan istrinya dari jabatannya. “Philippe, jangan dengarkan dia!” seru Fleur dengan nada tinggi. Philippe menatap keduanya bergantian lalu tertawa kecil. “Baiklah, anggap saja ini hanya lelucon.” Namun Anshel menatapnya serius. “Aku tidak sedang bercanda. Aku ingin istriku bekerja bersamaku.” Nada Philippe berubah. “Baiklah, kita bicarakan di dalam.” “Maaf, ini sudah siang. Aku ada rapat lain. Lain kali saja kita lanjutkan.” Anshel mengalihkan pandangan pada istrinya. “Fleur, aku sudah menyampaikan yang ingin kukatakan. Tolong pikirkan permintaanku.”Tanpa di duga Anshel mencium bibir Fleur di depan mereka, membuat Fleur terdiam tak berdaya.Philippe dan Pamela menutup mulut, terkejut melihat aksi adik iparnya, sementara Smith hanya bisa ternganga.“Aku berangkat dulu ke kantor, sayang.”Anshel pun pergi, diam-diam tersenyum puas karena berhasil mencuri ciuman dari istrinya.Fleur menggertakk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status