"Naz!” teriaknya yang tiba-tiba saja membuka mata.
Lelaki itu menyapu sekitar yang hanya diterangi lampu temaram. Dilihatnya jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi. Ia mengusap wajahnya yang sedikit berkeringat, rupanya hanya mimpi dan di sana sama sekali tidak ada siapa pun.
“Sejak kapan gue ketiduran?” tanyanya pada diri sendiri kemudian duduk mencoba menstabilkan detak jantungnya.
Beberapa kali ia menarik napas kemudian membuangnya kembali, suara detik jarum jam terdengar nyaring di sepertiga malam yang sunyi sepi. Pikirannya kembali berkelana pada kejadian hari lalu, sungguh hatinya merasa kembali hancur teringat hal itu.
Tangan besarnya meraih ponsel yang terbaring di atas neker berwarna putih senada dengan nuansa kamarnya. Tak ada satu pun notifikasi dari sang kekasih yang sempat bersitegang kemarin dengannya. Kebanyakan pesan tersebut hanya pesan terkait job dan selebihnya akun social media dari para fans nya.
“
"Gue Cuma gak tahu harus jawab apa.”“Iya, gue ngerti. Kalau gitu gue mau balik tidur lagi. Gue masih ngantuk,” ucapnya yang kemudian disusul dengan suara mengusap dari seberang sana.“He’em.”Beberapa detik kemudian panggilan tersebut diakhiri. Ia menarik napas dalam sembari menutup matanya merasakan perih di mata dan juga hatinya seperti dihujam ribuan pedang.Geri menaruh ponselnya kembali ke tempat semula kemudian beranjak menuju ke luar kamar.Ia meraih sebotol wine yang ditaruhnya di dalam lemari pendingin kemudian meneguknya langsung tanpa gelas.Tenggorokannya terasa dingin dan rasa yang begitu unik melekat di lidahnya. Lelaki itu kembali ke kamar dengan satu botol lainnya di tangan.“Gue gak tahu harus gimana lagi sama lo, Naz. Apa gue harus mundur demi Karisma?” ucapnya dengan mata merah dan berair.Lelaki itu kembali menenggak minumannya seperempat tak peduli dengan kes
Ia kembali menyodorkan tangannya yang panjang dan ramping juga lentik seraya tersenyum dengan wajah yang simetris.Wajahnya yang tirus, hidungnya yang kecil dan tinggi menambah kesan cantik dan imut bersatu dalam dirinya.Sontak Geri mengalihkan pandangan seraya berdeham tanpa menyambut uluran tangan gadis yang terlihat begitu ramah tersebut.Nampaknya ia perempuan ramah yang sangat percaya diri terlihat dari caranya berkenalan dan memulai obrolan meski sedikit diabaikan ia tak patah arang.“Hallo?” panggilnya seraya tersenyum dan mengibaskan tangan kirinya supaya Geri menatapnya.Wajah lelaki itu terlihat memerah begitu juga dengan telinganya. Tangannya yang tengah memegang gelas wine kembali meneguk minuman itu hingga habis.Tenggorokannya seperti tercekat, ia tak mampu bersuara dan jantungnya malah berdebar kencang.“Lo baik-baik aja?” tanyanya yang terlihat khawatir karena wajah lelaki di hadapannya berubah
Geri menatap gadis di hadapannya dengan mulut terbuka dan mengeluarkan udara untuk membuang sensasi pedas dalam mulutnya.Kedua alisnya saling bertautan menatap minuman tersebut bergantian dengan menatap gadis di hadapannya.“Gak apa-apa, gue ambil minum gue sendiri.” Geri menjawab dengan nadanya yang datar.Lelaki itu beranjak menuju kursi yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan tempat mereka makan kemudian mengambil minuman tersebut dan kembali.Setelah duduk dan menaruh meinuman itu di atas meja, ia menusuk minuman itu namun sayang, ia terlalu bersemangat sehingga minumannya tumpah tak bersisa."Agh, shit!" umpat Geri setengah berbisik.Melihat hal itu, wajah Geri berubah masam dengan kedua alisnya yang bertautan. Gadis di hadapannya sedikit tertawa kemudian menyodorkan minumannya tadi kepada Geri. Ia menelan ludah kemudian terpaksa memenerima kebaikan hati gadis tersebut.“Thank’s nanti gue ganti pas istira
“Gak apa-apa kan? Supaya gak lama kita barengan aja,” ucapnya seraya tersenyum menatap wajah Geri yang tersiram air di shower.Lelaki itu terlihat sangat gugup, jantungnya berdegup kencang ia tidak bisa seperti ini selain ketika tengah pemotretan. Ini terlalu alami bahkan pikiranya sekarang jadi kacau karena memikirkan yang tidak-tidak.Gadis itu meraih seluruh rambutnya kemudian membasuhya membuat kedua tangannya terangkat. Geri menelan ludah menyaksikan lekuk indah gadis yang begitu dekat dengannya saat ini. Ia memalingkan wajah yang merona kemudian mengusap wajahnya yang tampan.Perempuan itu sengaja mengusap dada bidang Geri membuat lelaki itu hilang akal dan menatapnya. Sentuhannya begitu lembut dari dada hingga ke perutnya, mata mereka saling bertatapan sangat dalam.“Badan lo bagus banget, Ger,” bisiknya tepat di telinga lelaki itu.Ia sedikit berjinjit sehingga tubuhnya menepel dengan tubuh Geri yang telanjang dada.
"Kebiasaan si Geri suka kayak gitu kalau mood nya lagi jelek,” ucap atasannya sembari tersenyum pada gadis di hadapannya.“Aduh, gue jadi gak enak sama dia. Gimana dong?”“Lo mau melejit ga nama lo? Kalau mau ya harus pemotretan sama dia.”Tanpa berbicara apa pun lagi pria itu melenggang meninggalkan Hana yang tengah terdiam. Sebenarnya ia sangat ingin berpose dengan Geri apalagi kesempatan ini sangat langka bisa bersentuhan dengan lelaki cuek tersebut.Meski sebenarnya tadi ia hampir mendapatkan hatinya tetap saja ia masih belum terbiasa untuk berpose dengannya. Semoga hal itu tidak memengaruhi hasil jepretannya nanti.Ketika pemotretan mereka memulai pemotretan di kursi santai. Berbaring di sana sembari berpura-pura tengah mengobrol dan tertawa. Selain foto ternyata yang membuat bayarannya cukup tinggi, saat ini juga ada film pendek entah untuk kepentingan apa.“Ger, senyum lo kurang ikhlas,” canda
“Kenapa?” tanyanya kebingungan menatap dalam kedua mata Geri yang merah.“Sialan, jangan gigit bibir gue sakit,” pekiknya seraya mencoba untuk tersenyum.“Stop!” ucap mereka kemudian bersorak dan bertepuk tangan.Ketika mereka tengah sibuk sendiri dengan hasil yang sangat maksimal, gadis itu malah meneruuskan pagutan di bibirnya membuat Geri kehilangan akal.“Lepas,” ujarnya pelan seraya mendorong gadis tersebut.Ia sudah tak bisa menahan gejolak dalam dada yang membuncah seakan hendak meledak begitu saja. Tatapannya tajam dan dalam melihat netra bundar nan cantik gadis yang tengah memainkannya saat ini.Gadis itu tersenyum kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga kanan lelaki tersebut.“Ahhh …” ujarnya membuat lelaki itu sedikit tersenyum seperti melayang mendengar suara seksi milik Hana.Sontak ia tersadar kemudian bangkit dan melepaskan tubuhnya sebelum ada y
Nazmi bergeming dalam isak tangisnya tak mau menjawab apa yang ditanyakan lelaki itu padanya. Perlahan ia menggelengkan kepala menatap netra Geri yang berair dan berwarna kemerahan.“Lo suka, Naz? Lo masih ada perasaan sama dia?”“Enggak, Ger! Gue gak tahu! Gue gak mau kayak gini!” teriaknya dengan tubuh yang bergetar.“Lo gak bisa rasain sehancur apa hati gue lihat lo dilecehin kayak gitu sama dia?”Gadis itu masih terdiam. Ia mengusap air matanya yang tak henti berjatuhan. Geri menundukkan kepala mengepalkan kedua tangannya di atas meja kemudian mengambil satu botol wine dan menenggaknya hingga habis setengah.“Lo salah paham. Yang culik gue bukan dia!”“Gue tahu, Naz. Tapi apa yang udah lo lakuin sama dia gak bisa bikin gue lupa!”“Huhuhu …”Geri mengembuskan napasnya kasar kemudian kembali menenggak minumannya sampai habis. Tak peduli kekasihnya
“Uhh! Geri!” teriaknya seraya mengacak-acak rambut sang kekasih.Lelaki itu tertawa renyah menjahili gadis cantik itu beberapa kali, baginya menjahili Nazmi sangat menyenangkan karena gadis itu menggemaskan terlebih ketika ia tengah menggembungkan kedua pipinya seperti saat ini.“Bercanda, Sayang!” ujar Geri seraya menahan kedua tangan mungil sang kekasih yang terus mengacak-acak rambutnya yang hampir kering.“Nyebelin banget sih, Ger!”“Biarin dong. Anyway kesayangan gue ini makannya lahap banget, ya?”Nazmi mendelikkan matanya dengan kedua kaki yang terbuka duduk di atas pangkuan lelakinya. Rok mini berwarna hijau neon yang dikenakannya terbuka lebar sehingga kaki jenjangnya terlihat begitu bersih dan putih.“Berat badan gue turun tahu gak?!”“Kok bisa?”“Gak tahu! Mungkin karena lo jarang ajak gue makan lagi!”Mendengar jawaban i