Share

Part8

Penulis: Oscar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 15:36:52

Aku sudah membaca seluruh isi percakapan mereka. Aku juga sudah mengcopy dan mengirimkannya ke gawaiku sebagai barang bukti yang akan kupergunakan nantinya. Setelah membersihkan semua jejak, aku kembali meletakkan gawai di tempatnya semula. 

Sekarang giliran lemari yang jadi sasaranku. Dengan mudah aku mengambil sertifikat rumah dan menggantinya dengan sertifikat palsu yang sudah kusiapkan sebelumnya. Tentu saja ini juga adalah anjuran dari Ratna. 

Aku saja tidak berfikir sampai sejauh ini. Berbahayakah nantinya kalau semua ini ketahuan? Apakah ini termasuk sebuah pencurian, walaupun aku mengambilnya di rumahku sendiri? 

Ah, entahlah. Rasa benci dan juga muak telah membuatku tidak bisa berpikir jernih lagi. Dengan rasa takut dan tangan yang gemetaran aku memindahkan dokumen tersebut ke bawah kasur di samping Mas Ilham untuk kuamankan besok pagi. Semoga kali ini nasib baik masih berpihak padaku. 

.

Kulihat Mas Ilham bangun pagi dengan wajah yang segar. Mungkin karena tidurnya sangat nyenyak semalam. Aku dan Alta sudah menunggu di meja makan. Aku sudah tidak tahan lagi sebenarnya berlama-lama di rumah ini. 

Tega-teganya dia hanya menganggapku sebagai pengasuhnya Alta. Memang kuakui kalau kasih sayangku kepada Alta begitu besar. Tak pernah sedikitpun aku menganggapnya sebagai anak tiri. Tapi ya tidak begini juga caranya. 

"Mas, Nay boleh bekerja tidak?" tanyaku lebih memberanikan diri. 

"Kamu mau kerja apa?" Mas Ilham mulai memakan sarapannya. 

"Kerja dari rumah lho, Mas. Ada teman Nay yang menawarkan. Hitung-hitung buat uang tambahan. Nay juga kepingin megang uang sendiri, kaya istri-istri yang lain. Jadi kalau mau beli apa-apa itu tidak melulu minta sama Mas," sindirku. 

"Ya, kalau memang kamu mau seperti itu ya sudah. Mas dukung," jawabnya santai. 

"Benar, Mas?" Mas Ilham mengangguk. 

"Tapi.. "

"Tapi apa lagi?"

"Nay harus punya rekening pribadi atas nama Nay sendiri Mas. Biar nanti keuntungan yang di dapat bisa langsung di transfer."

"Ya sudah, kan tinggal dibuat."

"Masalahnya.. "

"Masalah apa lagi?"

"Masalahnya ada syaratnya, Mas."

"Syarat apalagi? Jangan aneh-aneh la, Nay. Kalau aneh-aneh itu namanya penipuan. Investasi bodong. Sudah kalau kamu mau kerja jualan online saja. Tidak pakai modal."

"Nay juga maunya begitu, Mas. Tapi teman Nay bilang untungnya sedikit. Itupun kalau ada yang mau beli."

"Lha terus syaratnya apa lagi?"

"Isi rekening harus minimal sepuluh juta, Mas. Itupun hanya untuk bukti rekening koran atau apalah namanya. Nay juga tidak mengerti. Pokoknya uang sepuluh jutanya tidak dipakai. Cuman sebagai bukti saja kalau rekening kita itu aktif. Berarti kan kita tidak rugi apa-apa."

"Terserah kamu sajalah, Nay. Mas berangkat dulu ya? Ayo Alta."

"Jadi boleh ini, Mas?"

"Iya, iya. Buat saja. Tapi nanti setelah di transfer balikin lagi, ya?"

"Iya, Mas. Terima kasih ya."

"Iya, nanti kirim saja nomor rekening yang baru kamu buat, nanti langsung Mas transfer."

"Iya, Mas. Terima kasih ya, Mas."

"Ingat, langsung dibalikin ya?"

Dibalikin?  Maaf ya, tidak akan. 

Selepas mengantar mereka pergi, dan memastikan kalau mobil Mas Ilham sudah menjauh, cepat aku ikut keluar. Kebetulan hari ini Ratna baru selesai shift malam. Jadi pagi ini aku bisa menemuinya di rumah sakit, lalu bisa pulang bersama. 

Sesampainya di rumah sakit aku menceritakan segala yang sudah terjadi malam tadi dan juga pagi ini. Hal baik dan juga hal buruk yang sedang kualami. Aku dan Ratna duduk bersisian di kursi panjang koridor luar rumah sakit, kebetulan pagi ini belum banyak yang datang. 

"Sabar, Nay, sabar," lagi-lagi kata itu terucap dari Ratna. "Sebentar lagi juga kamu bebas dari laki-laki seperti itu."

"Tapi aku harus ngasi pelajaran dulu sama pelakor itu, Rat. Tidak tenang aku kalau dia masih enak-enakan sama suamiku."

"Yaelah, masih bilang suamiku. Masih cinta?" ledek Ratna.

"Ini bukan soal cinta tidak cinta, Rat. Ini hanya soal harga diri. Harga diriku rasanya sudah diinjak-injak habis oleh mereka."

"Wah, ngeri juga ya kalau Naya si gadis lugu dari kampung sudah marah," Ratna cekikikan. 

"Sialan kamu, Rat." balasku. 

"Sudah tenang saja, pokoknya kamu ikuti saja rencana awal kita. Kuras habis uangnya, lalu tinggalkan. Gampang kan?" aku mengangguk, mengiyakan semua kata-kata Ratna. 

"Terus, kalau nanti aku pisah sama Mas Ilham aku harus lari kemana, Rat? Mas Ilham tidak mungkin membiarkanku hidup tenang begitu saja."

"Kalau soal itu, nanti saja dipikirkan. Kalau perlu, kamu cari suami baru yang bisa melindungi kamu dari Mas Ilham."

"Hush, kamu ini bicara apa sih, Rat. Cerai saja belum kok sudah mau cari suami baru."

"Ya, kan tidak apa-apa. Hitung-hitung buat cadangan, biar kamu tidak terlalu patah hati nantinya."

"Ratna, Ratna. Omongan kamu itu seperti aku ini laku saja. Sudah jelek, orang kampung, cuman lulus sma, berstatus janda, pula. Mana mungkin masih ada yang mau," aku tertunduk lemah. 

"Eh, sudah, sudah. Kok jadi ngelantur begini. Pokoknya sekarang, fokus dulu ke Mas Ilham. Habisi dulu dia sampai sehabis-habisnya. Titik."

"Oh, jadi seperti itu rencana kalian. Licik juga ya?" tiba-tiba terdengar suara dari arah samping tempat kami duduk. 

Deg! Mati aku, orang itu... 

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part131

    Kamipun sampai di sebuah klinik yang tidak jauh dari rumah aku bersama Mas Rafi. Sengaja aku tak ingin pergi ke rumah sakit besar, selain malas untuk mengantri, kurasa penyakitku ini tidak terlalu parah dan juga berbahaya."Selamat ya, buat Ibu dan juga Bapak," seru seorang Dokter setelah tadi memeriksaku dengan senyuman."Selamat apa ya, Dok?" Mas Rafi bergantian memandangi kami."istri Bapak saat ini sedang mengandung. Usia kandungan sudah memasuki usia lima minggu. Selamat, karena sebentar lagi Bapak akan menjadi seorang Ayah."Kulihat binar matanya memancarkan kebahagiaan. Matanya berkaca-kaca, merasa antara percaya dan tidak percaya. Di tatapnya wajahku secara seksama, kemudian kembali ke arah Dokter itu."Benar Dokter? Istri saya hamil?" dia meyakinkan. Dokter muda itu pun mengangguk sambil tersenyum."Alhamdulillah... " ucap aku dan Mas Rafi bersamaan..Mas Rafi tak henti-hentinya menggenggam tanganku. Merasa berbahagia karena telah berhasil mengandung dari buah cinta kami. Kin

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part130

    Aku duduk di sofa ruang tamu lantai dua. Ruangan ini menjadi lebih luas setelah menyelesaikan renovasi. Bangunan yang tadinya bersekat tembok yang tinggi, kini telah menyatu dan menjadi luas. Karyawan di lantai bawah pun sudah bertambah dua orang lagi, sehingga mengurangi lelahnya Ibu dalam mengurus toko."Ibu masak bubur kacang hijau lho, Nay," ujar Ibu. "Pakai durian lagi. Sengaja Ibu buatkan makanan kesukaan kamu," lanjutnya lagi."Nanti Nay ambil sendiri saja, Bu," ucapku yang agak malas untuk bangkit, tanpa kutahu tiba-tiba saja Ibu sudah berjalan membawa nampan berisi mangkuk.Mendadak aku pusing, tenggorokanku rasanya penuh, hingga memaksaku untuk bergegas ke kamar mandi untuk mengeluarkan segala yang kumakan pagi tadi."Nay, kamu kenapa?" kudengar panggilan Ibu sambil mengetuk pintu. Aku terus saja memuntahkan apa yang ada, hingga tubuh ini jadi seperti tak bertenaga."Tidak tahu, Buk. Mungkin masuk angin," aku berjalan kembali ke sofa setelah membukakan pintu. Kulihat Ibu ber

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part129

    Akhirnya hari bahagia itu datang juga. Seperti sebuah mimpi, kini aku benar-benar telah mengakhiri masa kesendirianku. Status yang masih menjadi momok yang menakutkan bagiku itu, terlepas sudah. Entah bagaimana caraku mengungkapkannya.Pagi tadi, dengan menggenggam erat tangan Bapak, Mas Rafi mengucapkan lafaz dengan begitu lantang, hanya dengan satu tarikan nafas saja. Membuat semua yang hadir mengucapkan Alhamdulillah dengan begitu antusias dan bersemangat.Sebuah pesta sederhana dilanjutkan dengan sebuah hiburan berupa musik dari orkestra yang biasa diadakan di kampung kami.Aku tidak perduli bagaimana dengan tanggapan keluarga Mas Rafi nantinya, yang selalu terbiasa dengan musik-musik nan elegan yang sering aku lihat di pesta-pesta kalangan orang kaya. Itupun aku tonton dari infotainment para artis.Tapi, sempat kulihat tangan Papa mertua ikut bergoyang juga, menikmati musik dangdut yang dinyanyikan sang biduan.Para sanak famili dan juga sahabat hampir semuanya hadir. Tak terkecu

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part128

    "Banyak rekan-rekan yang sudah melapor sama Mas, kalau akun Mas diretas orang. Mas curiga itu Viona.jadi, kamu jangan sampai terkecoh jika ada pesan-pesan seperti itu, ya. Mas tidak akan mungkin tega meminta uang sama kamu dengan jalan seperti itu. Melihat kamu menjaga Alta sebaik ini saja, Mas sudah sangat berterima kasih." Ucapannya terdengar tulus dan tidak mengada-ada. Alhamdulillah, ternyata jawaban dari semua beban pikiranku sudah terjawab tuntas tanpa aku menanyakannya.Ternyata Mas Rafi benar juga, bahwa mimpi itu cerminan dari hati dan pikiran..Mobil kembali melaju pelan. Kulihat Alta sudah kembali akrab dengan Mas Rafi. Seakan-akan kejadian malam tadi tidak pernah terjadi. Atau mungkin dia bahagia karena sudah bertemu dengan ayahnya."Mas, tadi Mas Rafi ngomong apa saja sama Mas Ilham, kok jadi akrab?" Aku memberanikan diri untuk bertanya. Sebelum pulang tadi, kulihat Mas Rafi berbicara empat mata dengan Mas Ilham dan diakhiri dengan berjabat tangan dan... berpelukan. Ane

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part127

    Aku menceritakan semua apa yang kulihat dalam mimpi tersebut. Tentang semua kejadian yang erat sekali berkaitan dengan dirinya. Mas Rafi terlihat serius dalam mendengarkan ceritaku. Malu juga sebenarnya.tapi, karena Mas Rafi terus memaksa, akhirnya aku bersikap jujur saja. Lagipula, kami sudah sepakat akan terbuka satu sama lain seperti janji kami tempo hari. Mas Rafi tersenyum sambil meraih jemariku. Menggenggamnya dengan berusaha untuk menenangkan. "Itu artinya, kamu takut kehilangan Alta dan juga Mas. Iya, kan?" senyumnya semakin mengembang. Terlihat manis dan juga mendebarkan. Eh? Kenapa pipiku jadi panas?"Mas Rafi ge er, ya!" Aku berusaha mengelak dengan menepiskan genggamannya. Mencoba menyamarkan rasa gugup dan debaran di dada. "Biasanya mimpi itu cerminan dari hati, Nay. Saat hati kita bersih, maka mimpi baiklah yang kita lihat. Tapi saat hati kita kotor dan ketakutan, maka mimpi buruk lah yang akan datang. Bukankah hati itu seperti cermin?" Mas Rafi terlihat serius. Tak b

  • Foto Mesra Suamiku Dengan Wanita Lain   Part126

    Hari masih terlalu pagi, Ibu sudah menggedor-gedor pintu kamarku. Jantung ini rasanya mau copot saja, bertanya-tanya apa gerangan yang sedang terjadi di luar sana. Bergegas aku beranjak dari tempat tidur, dan segera membukakan pintu untuknya. "Nay, Nak Rafi sedang menunggu di bawah itu. Katanya mau mengajak kamu dan Alta ke pantai." Sejenak aku berpikir. Masih pagi begini, Mas Rafi datang dan tiba-tiba mengajak pergi. Ada apa gerangan. "Ouh, Iya, Buk. Sebentar lagi, Nay turun." Aku menghela nafas. Baru ingat pesan whatsapp yang dikirimkan Mas Rafi malam tadi. Aku hanya sempat membaca, belum ada niatan untuk membalas dan mengiyakan ajakannya. "Memangnya kalian sudah janjian mau kepantai?" terlihat wajah Ibu sedikit cemas.Mungkin merasa khawatir kalau aku tidak sedang baik-baik saja untuk saat ini. Apalagi dia belum menanyakan mimpi apa yang menghantuiku malam tadi. "Nay sendiri lupa, Buk. Mungkin Mas Rafi mau bayar janjinya kemarin sama Alta," terangku yang hanya menduga-duga sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status