Share

Bab 7

Penulis: Siti_Rohmah21
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-06 21:52:14

'Buku nikah?' batinku bertanya-tanya.

'Astaga.' Sambil mengusap dada aku membatin sendiri.

Ini dia yang aku cari sejak tadi. Buku nikah mereka. Dengan menghela napas panjang, aku coba buka segera isi dari buku nikah tersebut.

Aku memejamkan mata lalu membukanya kembali. Berharap perkiraanku salah. Ya Tuhan, foto suamiku juga sahabat yang telah menikah sejak tiga tahun silam. Mereka benar-benar sudah terikat dalam status pernikahan. Foto prewedding itu bukan editan semata tapi benar adanya, bukan hanya sekadar berprasangka.

Kini bukti telah aku pegang, aku harap ia tidak mengetahui akan hal ini. Kemudian, aku mengambil gambar bagian depan buku nikah, bagian di mana ada foto mereka.

'Aku sudah dapat bukti foto-foto buku nikah asli mereka,' gumamku sambil tersenyum semringah.

Kemudian, aku masukkan kembali buku nikah tersebut. Lalu merapikan baju-baju yang sudah berantakan. Setelah sudah rapi semuanya, aku segera mengirim bukti-bukti kepada papa. Agar ia mengetahui bahwa menantu yang sedang bersamanya adalah penjilat.

[Pah, ini bukti-bukti pernikahan mereka. Laki-laki yang masih berstatus suami Syakila telah memalsukan identitas, bisa papa jerat hukuman pada mereka. Tapi, Pah, hatiku sudah teramat sakit. Bisakah papa membalasnya lebih dulu? Dengan cara tanpa menyentuh mereka! Justru kita berpura-pura sebagai penolongnya nanti.]

Aku mengirimkan ke kontak papa. Air mata yang sejak tadi aku tahan, kini mulai banjir. Namun, aku hapus dengan tangan ini. Lalu menghela napas panjang supaya tenang. Aku harus kuat menghadapi mereka.

Balasan dari papaku pun masuk. Kuusap layar ponsel yang sempat redup tadi.

[Papa akan membalas rasa sakit hatimu, kamu fokus pada pita suara saja. Agar Danu menyesal telah mempermainkan perkawinan hanya demi harta semata. Papa juga tidak terima anak kesayangan dipermainkan.]

Balasan papa cukup menguatkanku. 'Tidak akan aku biarkan kalian berbahagia di atas penderitaanku. Akan aku pastikan mereka menyesal telah melakukan ini padaku,' batinku dengan tangan mengepal.

Setelah beberapa saat kemudian, Syakila telah kembali, ia sudah membawa dua bungkus nasi goreng.

"Kok cuma dua?" Aku menggunakan isyarat lagi padanya.

"Oh kan kita doang, emang Danu nggak kasih kabar?" Syakila sedikit salah tingkah, ia mengusap rambutnya sendiri.

Aku menggelengkan kepala, kemudian menatapnya nanar. Mas Danu sudah lebih dulu memberikan kabar pada Syakila. Bahwa ia tidak bisa bermalam di rumahnya. Di sini aku agak sedikit sesak. Sebab suami sendiri sangat perhatian dengan wanita lain, yang tidak lain adalah istrinya juga.

"Kamu beli hanya 2 bungkus? Nanti suamiku datang, lapar gimana?" Aku pura-pura tidak mengetahui bahwa Mas Danu tidak jadi bermalam di rumah Syakila. Sebab, memang Mas Danu belum memberi kabar padaku.

"Nggak jadi, suamimu nggak jadi nginep di sini!" ungkap Syakila dengan wajah lesu. Aku melihat raut mukanya, ia seperti tidak bersemangat. Bahunya ia turunkan seraya kesal.

"Kok kamu bisa lebih tahu dari aku? Mas Danu belum memberi kabar itu padaku, istrinya!" timpalku dengan menggunakan bahasa isyarat. Wajah terkejut sontak terlihat. Syakila tiba-tiba mematung dengan ekspresi wajah kebingungan. Matanya berputar ke sembarang arah, aku yakin ular seperti Syakila mampu menepis pertanyaan ini dengan seribu alasannya.

"Fika, kamu apa-apaan sih? Kok nanya seperti itu? Tadi, aku hendak menanyakan mau nasi goreng atau tidak! Suamimu bilang nggak jadi ikut bermalam di sini!" Aku mendengarnya dengan seksama, agar tidak ada yang terlewatkan dari pendengaran ini. Ternyata ia bisa membuat alasan lagi.

"Aku pamit aja ya, nanti Mas Danu bagaimana di rumah sendirian, besok sulit bangun pagi saat hendak ke luar negeri!" Tangan ini terus mengayun supaya Syakila paham dengan apa yang aku katakan.

Tidak lama kemudian, kabar dari Mas Danu melalui pesan singkat masuk. Aku membacanya meskipun sudah tahu. Senyuman miring pun aku lontarkan ke arah layar ponsel.

[Aku tidur di rumah Papa, ada arahan untuk kerjaan besok di luar.] Begitulah isi pesan darinya. Padahal ini semua adalah satu dari seribu rencana papaku.

"Danu tidur di rumah Papamu," kata Syakila dengan ketusnya. Mungkin kesal tidak jadi bercinta dengan suaminya.

"Mas Danu sudah chat aku barusan, jadi aku tetap berada di sini." Tanganku memperagakan bahasa isyarat padanya.

Kemudian kami menyantap nasi goreng yang Syakila beli, setelah itu kami beranjak ke kasur. Diiringi dengan obrolan-obrolan.

"Aku boleh lihat foto calon suamimu?" Seketika mata Syakila membulat, ia menatapku dengan pandangan penuh. Namun, tiba-tiba ia turun dari ranjang, lalu pamit sebentar.

Ternyata Syakila mengambil ponsel yang ada di meja. Kemudian menyodorkan benda pipih yang sudah masuk ke galeri foto.

"Ini, Fika. Ganteng kan?" ungkapnya sembari menunjukkan sebuah foto dari ponselnya.

Aku pun tersenyum lalu bergerak untuk mengatakan sesuatu padanya. Meskipun aku bisu, mataku masih awas dalam melihat sesuatu.

"Syakila, itu namanya Jerry, bukan?" tanyaku membuat Syakila melongo.

Rasanya aku ingin menertawakan dirinya yang mengaku sebagai calon istri dari Jerry.

"Kok kamu tahu?" tanya Syakila sambil mengambil ponselnya kembali. Lalu aku jelaskan dengan bahasa isyarat.

"Ia teman SMP ku, kamu mau dijadikan istri kedua?" tanyaku membuatnya tak berkutik. Melihat wajahnya yang kini kebingungan, rasanya sulit menahan gelak tawa di dalam dada.

"Maksud kamu apa, Fika?" tanyanya lagi, berati dia benar tidak tahu bahwa foto yang ia comot adalah seorang laki-laki yang sudah beristri.

"Ia sudah menikah dua bulan lalu, kalau kamu dinikahinya setahun lagi, jadi istri kedua Jerry, gitu kan?" Mata Syakila semakin membuka lebar ketika aku mengungkapkan hal itu.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 54. Akhir Kebahagiaan Fika

    Seorang pria berhasil membawa maling tersebut bersama dengan Ari dan Haris. Mereka berdua diseret ke mobil dan diperintahkan masuk olehnya."Udah jebloskan aja ke penjara, kalau sudah berani kabur sih artinya sangat berani," ucap Haris.Kemudian, kami memutuskan untuk membuat laporan ke kantor polisi atas penjambretan tadi. Namun, sebelumnya, aku menghubungi papa melalui pesan singkat untuk sekadar memberikan informasi padanya.[Pah, aku ke kantor polisi ya. Ada jambret tadi.]Setelah mengirimkan pesan, aku duduk kembali ke mobil dan menuju kantor polisi.***Setibanya di kantor polisi dan selesai membuat laporan, pihak kepolisian pun sangat berterima kasih terhadap kami, sebab ternyata orang yang menjambret adalah buronan. Jadi ini justru sangat memudahkan kami juga dalam membuat laporan."Ayo, Fik, pulang!" ajak Haris. "Ri, kami pamit, terima kasih bantuannya, sudah membantu menangkap maling tadi.""Iya, sama-sama. Kalian hati-hati," ucap Ari sembari meninggalkan kami yang masih mem

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 53. Detik-detik Ending

    Kemudian Tante Siska membicarakan perihal dokter yang memanggil Mas Danu dan dirinya. Ia bilang bahwa Syakila menitip pesan pada dokter, bahwa akan mendonorkan matanya untukku.Lagi-lagi ini hal yang tidak masuk akal, Syakila tengah memperjuangkan hidupnya tapi ia malah ingin menyerahkan matanya untukku.Aku terharu mendengarnya, sekaligus ingin menolak apa yang menjadi niat baik Syakila."Maaf Tante aku tolak mentah-mentah, ini tidak adil jika aku menyetujuinya," ucapku dengan tegas.Aku pun meminta apa-apa untuk melarang Tante Siska membujukku. Ini semua demi kebaikan bersama, seharusnya Syakila juga sembuh, bukan malah ingin mendonorkan matanya untukku."Tante paham betul, tapi ini keinginan Syakila," jawab Tante Siska lagi."Aku tolak, Tante," ucapku lagi."Kenapa tolak?" tanya Tante Siska.Aku hanya menggelengkan kepala dan tidak berkomentar apa-apa lagi."Baiklah, tapi Syakila sudah meninggal dunia, Fika," ucap Tante Siska membuatku spontan melotot. Mata ini benar-benar membuka l

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 52

    Mereka semua berhamburan keluar. Hanya aku yang tersisa di dalam. Papa pun ikut karena aku yang menyuruhnya.Aku merebahkan tubuh sambil menunggu kedatangan mereka. Dalam hati kecil ini berharap ada kabar baik yang dokter katakan pada mereka semua.Kecemasan yang aku alami memang terbilang berlebihan, Syakila bukan siapa-siapa, hanya seorang sahabat yang pernah menghancurkan hidupku. Namun, justru saat ini aku menginginkan dia bisa bertahan hidup.Selang beberapa menit kemudian, papa datang bersama dengan Haris dan Ari. Namun, tidak dengan Tante Siska juga Mas Danu, ia masih menemani Syakila. Setidaknya bukan kabar buruk yang aku terima, sebab tidak ada yang papa ucapkan saat mereka masuk ke dalam ruangan."Kok cepat? Nggak ada sepuluh menit," tanyaku seakan menyecar."Iya, Syakila tadi sadar, dan dokter ingin bicara dengan Danu dan Siska," kata papa sambil menarik kursi lalu duduk di dekatku."Syukurlah, ternyata Syakila masih berjuang untuk hidup," timpalku dengan disertai helaan na

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 51

    Dikarenakan teriakan Kau sangat kencang, Papa yang tadi berada di luar pun panik dan masuk ke dalam.Begitu juga dengan Haris dan Ari yang masuk mengekor di belakang papa."Ada apa, Fika? Kenapa kamu teriak?" tanya papa."Tadi aku dengar di kamar mandi suara kran mengalir, Pah, Aku takut Coba lihat ke sana!" Aku ketakutan sambil memegang selimut dan meremasnya."Aku akan melihat!" Itu suara Haris ia yang bersedia memantau toilet.Berselang kemudian Haris pun datang. "Nggak ada siapa-siapa dan kran pun masih tertutup." Ucapannya membuatku terdiam.Telingaku ini sudah berfungsi kembali seperti orang normal. Tadi jelas-jelas aku mendengar suara air mengalir dari keran kamar mandi."Mungkin kamu lelah, Fika, lebih baik kamu tidur ya, jangan mikirin macam-macam. Apalagi halusinasi tentang Syakila lagi, doakan aja dia mendapatkan yang terbaik untuk kesembuhannya," pesan papa.Kemungkinan besar halusinasiku ini terjadi karena terlalu takut. Ya, aku merasa sebagai penyebab kehancuran Syakila.

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 50

    "Tapi, Syakila di ruangan ICU, Fik," ucap Haris."Iya, katanya kritis lagi," susul Ari."Jadi aku halusinasi?" Aku bertanya sambil menutup seluruh wajah dengan kedua telapak tangan."Fika, kamu istirahat ya, jangan sampai cemas berlebihan hingga membuat kamu jadi berpikiran tentang Syakila," tambah papa.Aku terdiam, bukankah ada suaranya tadi? Ya, suara raungan wanita bisu. Aku dapat mengetahuinya, sebab pernah berada di posisi Syakila dulu. "Aku yakin itu Syakila, apa dia ingin bicara denganku?" "Fika, biar aku dan Ari yang lihat kondisi Syakila ya," pesan Haris.Aku mengangguk senang, senyumku melebar ketika ia melakukan hal itu. Sebab, memang dari tadi aku menunggunya menawarkan diri setelah aku suruh.Setelah mereka pergi, aku pun ditemani papa. Ia duduk di sebelahku sambil mengusap lembut jari jemari ini."Kamu itu lelah, kepikiran sana sini, jadilah mikirin Syakila lagi, padahal sudah tidak ada yang perlu kamu cemaskan, dia sudah ditangani oleh dokter, Papa rasa dokter juga p

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 49

    Aku merasa ini semua tidak adil jika harus kehilangan indera yang sangat penting, yaitu penglihatan. Seandainya mata ini tak bisa melihat dunia, aku pasti merasa orang yang paling buruk sedunia. Sebab, musibah yang ku terima tidak ada ujungnya.Dokter mulai melepaskan perban yang mengelilingi kepala dan mata ini. Kemudian, setelah lilitan terakhir ia menyuruhku untuk membuka mata.Perlahan aku buka mata yang biasa memandang indahnya dunia. Namun, setelah membukanya, aku malah menelan pil pahit. Semua berbayang, bahkan samar-samar. Untuk mengenali wajah papa saja aku tak mampu."Pah, mataku kenapa begini?" Aku bertanya sambil berteriak. Sebab, aku takut salah apakah yang berdiri di sebelahku persis itu papa atau dokter?"Nak, kamu yang sabar. Kamu pasti kuat, dokter bilang masih ada harapan dengan donor mata," ungkap papa.Papa memelukku, kemudian mengelus rambut ini."Kenapa aku tidak pernah merasakan bahagia, Pah? Baru sembuh dan bisa bicara, kini harus menerima kenyataan bahwa matak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status