Share

Bab 8

"Amit-amit, kamu serius Fika? Jangan-jangan cuma mirip! Kalau memang iya, Aku nggak mau lah dijadikan istri kedua, kaya gak ada laki-laki lain aja!" ucap Syakila. Bibirnya cemberut ketika mengatakan hal itu. Apa wanita itu tidak sadar diri telah menjadikanku istri kedua suaminya?

Namun, sikap Syakila barusan sudah mampu membuatku jadi mesam-mesem sendiri. Sebab, akhirnya ia terperanjat dengan apa yang kukatakan barusan.

Kalau otaknya masih dipakai untuk mikir, tentu ia langsung kepikiran dengan apa yang dilakukannya terhadapku. Menjadikan istri kedua dan sebenarnya yang kulakukan sekarang adalah hal sama seperti reaksi dia barusan, tidak akan rela jadi istri kedua dari suaminya.

Aku menelan ludah. 'Nanti akan kuurus semuanya kembali seperti awal. Dimana kamu hanya teman yang menggantungkan hidupnya dari seorang teman yang cacat. Setelah saat itu tiba, akan aku tendang kamu sejauh-jauhnya bersama suamimu itu.' Aku terus menerus bergumam dalam hati.

"Coba kamu cari tahu dulu. Jangan asal menikah. Menikah itu hal yang sakral, jangan engkau permainkan, Syakila," sahutku menasehati Syakila. Meskipun dengan bahasa isyarat, ia sangat terkejut mendengar ucapanku yang sedang menceramahinya.

"Terima kasih ya, Fika. Aku bukan wanita bodoh, pasti akan aku cari tahu dulu," jawabnya tiba-tiba membuatku ingin menamparnya. Sebab raut wajahnya seakan menyindirku.

'Aku bukan bodoh, Syakila. Kekurangan yang kupunya membuatku mempercayai ular berbisa seperti kamu. Lihat saja, akan aku buat kau menyesal telah melakukan ini padaku,' batinku kesal. Rasanya darah ini makin mendidih dibuatnya.

"Ayo tidur, aku ngantuk," ajakku sambil menguap. Syakila pun sudah tampak lelah dan mengantuk. Aku tahu betul Syakila doyan sekali tidur, ia paling tidak tahan dengan bantal.

Aku tidak bisa memejamkan mata ini. Bolak balik menghadap kanan kiri tapi tidak bisa. Tujuan bermalam di rumah Syakila ingin menemukan bukti-bukti, jadi setelah ia tertidur pulas lebih baik aku bergegas.

Namun, tiba-tiba aku mendengar suara orang mengutak-atik pagar. Apa ada pencuri masuk? Astaga, sebaiknya aku intip saja dulu. Khawatir pencuri yang datang, karena ini sudah pukul sebelas malam.

"Syakila bangun, ada suara aneh!" ujarku dengan rauangan suara membangunkan Syakila. Tubuhnya aku goyangkan seraya memaksa.

"Fika, itu paling tetangga. Biasa pulang malam dia. Ayo tidur lagi!" ucapnya lalu kembali tidur. Syakila tak menghiraukan ucapanku barusan.

Kakiku ini melangkah untuk mengintai, namun ketika hendak mengintip dari jendela, aku melihat kawanan orang yang bertopeng tengah mencoba membobol rumah Syakila. Aku sangat panik dibuatnya. Dengan hanya suara yang bisa meraung-raung minta tolong. Tapi tidak terdengar orang. Akhirnya maling itu berhasil membawa kabur mobil Syakila.

"Syakila, bangun. Benar kan tadi pencuri masuk. Mobilmu sudah tidak ada di garasi!" Aku menggerakkan tangan dengan napas masih tersengal-sengal.

"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?" Syakila malah menyalahkanku.

"Aku sudah bangunin kamu, tapi kamu tidak peduli," sahutku masih dengan napas yang tersengal-sengal. Tangan ini dengan cepat bergerak mengayunkan bahasa isyarat.

Syakila langsung beranjak dari kasur. Lalu hendak mengecek ke depan.

"Astaga, mobilku hilang. Itu mobil hadiah darimu! Kenapa kamu tadi tidak teriak?" ucapnya sembari menangis dan menyalahkan aku yang bisu.

"Syakila, kamu tahu kan aku bisu? Tidak bisa teriak. Tadi aku teriak sekuat tenaga, tapi percuma. Kamu bisa cek melalui CCTV rumahmu, di depan jendela aku sangat histeris kebingungan!" ujarku memperagakan dengan tangan. Lalu menyeka air mata yang tumpah, karena ucapan Syakila yang menyinggung.

"Maaf ya, aku lupa!" ucapnya memelukku. Jangan harap aku akan membelikan kamu mobil lagi, Syakila dengan pelukan ini.

"Kamu tidak lapor RT setempat?" Tangan ini bergerak untuk menyuruhnya lapor RT dulu. Walaupun perhatianku hanya sekadar basa-basi.

"Tidak usah, nanti aku minta mobil baru saja sama calon suamiku!" ucapnya merangkulku dan mengiring tubuh ini ke arah kamar lagi setelah menutup garasi yang sudah dibobol maling.

Calon suaminya itu Mas Danu, yang sebenarnya adalah sudah menjadi suaminya sendiri dan mereka tengah menggerogoti harta papaku melalui pernikahan kedua aku dan Mas Danu.

Syakila meneruskan tidurnya. Ia sangat yakin sekali Mas Danu akan membelikannya mobil baru. Tiba-tiba chat masuk datang dari papa. Aku pun mengusap layar ponsel. 'Tumben sekali tengah malam papaku belum tidur? Apa ada kerjaan bersama Mas Danu?' batinku bertanya-tanya.

Melihat pesan yang papa kirim, aku sangat terkejut melihat isi chatnya. Ternyata papaku sangatlah pintar.

[Sayang, mobil sudah lenyap. Tinggal rumahnya, tunggu saja waktunya. Selamat tidur anak kesayangan papa. Langsung hapus chat dari papa ini ya, anak pintar.]

Mataku membulat tapi senyumku tiba-tiba melebar. 'Terima kasih papa kesayangan,' batinku sambil meletakkan ponsel.

Bersambung

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Radilla
males bgt beli koin mulu ah
goodnovel comment avatar
Dewi Rosmawati_76
papa yg luar biasa
goodnovel comment avatar
Gladys Pangalila
si papa keren
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status