Share

BAB 5

“Jadi kamu sudah kembali?” Noval menyapa.

Semuanya seketika hening. Bagi mereka, Noval adalah salah satu orang yang sangat jarang mengeluarkan kalimat sapaan. 

Frada segera mengangguk. dia mendengar helaan napas dari lelaki itu. lalu matanya menelisik Noval dengan seksama. Apakah lelaki tidak suka melihatnya? Mungkinkah lelaki itu marah padanya?

“Mari kita bicara sebentar. Hanya kamu dan saya.”

Noval melirik Yumna. adiknya jelas mengajukan sirat mata yang tak setuju. Namun Noval mengabaikannya. Sepertinya ada hal penting yang harus ia bicarakan dengan perempuan itu.

“Kakak mau ngajak Rada kemana?”

“Apa kamu mengenalnya, Yumna?”

Noval membalikkan pertanyaan yang diajukan oleh adiknya. Yumna jelas jengkel setengah mati. Kalimat itu malah seperti mengejeknya. Tentang ingatannya yang sudah tak normal selama beberapa tahun ini.

“Nggak. Tapi kata Kak Lisa dan suaminya, dia adalah teman dekatku. Dulu.”

“Dan itu hanya dulu. Dia bahkan tidak pernah menghubungimu kembali, kan?”

Frada meremas jemarinya. Kata yang Noval ajukan itu mengorek harga dirinya. Benar bahwa ia tak pernah menghubungi Yumna. bukannya tak bisa. Ia hanya tak ingin rasa bersalah yang bercokol di hatinya membludak tak tertahankan.

“Tak bisa menjawab? Maka biarkan Kakak membawanya. Hanya sebentar.”

Yumna merasa kalah. Tapi apa yang diujarkan oleh Noval itu ada benarnya. Jika memang Frada sahabatnya, seharusnya perempuan itu menghubunginya. Era sekarang banyak social media yang bertumbuh. Lantas mengapa Frada sama sekali tidak melakukan itu?

Frada berdiri. Ia menatap Noval tajam. Namun dengan rasa rindu yang masih saja muncul dengan tidak tahu malunya. Gadis itu mengikuti Noval menuju satu ruangan bertuliskan ruangan manajer. Frada tak mengerti, mengapa ia dibawa ke sini? Dan bagaimana Noval bisa memiliki otoritas untuk memakai tempat ini?

“Apa kita diizinkan untuk memakai ruangan ini, Kak?”

Noval sudah menyamankan dirinya di atas kursi. Sedangkan Frada menyusul duduk tepat di depan lelaki itu. Ada satu meja yang menjadi pembatas antara mereka. sepertinya ini memang tempat yang dijadikan untuk menerima tamu.

“Kamu tenang saja. Tidak ada yang bisa menolak keinginan saya untuk menggunakan ruangan ini,” sahut Noval percaya diri.

Frada jadi rsikan, apa mungkin Noval adalah pemilik café sampai-sampai ruangan manajer dapat disentuh seenaknya tanpa ada orang yang berani menegur?

Yah, bisa saja. Mengingat Noval adalah seorang pengusaha. Mungkin tempat ini adalah salah satu bagian dari usahanya.

“Kita langsung saja pada pokok pembicaraan. Kenapa kamu kembali ke Indonesia? Saya sudah menyelidiki tentang keluargamu. Saya tahu jika keluargamu mengusirmu dan membuangmu ke luar negeri. Sayangnya saya tidak memberitahukan pada Yumna karena adik saya pasti akan memaksa untuk mencarimu.”

Tak mengherankan memang jika Noval bisa mengetahuinya. Keluarga Adriansyah jelas lebih berpengaruh dari keluarga yang telah membuangnya dulu.

Frada menarik ujung bibir ke atas. “Maaf jika kehadiran saya kembali ke sini akan membuat kakak tidak nyaman. Saya hanya sedang melakukan sebuah pekerjaan di sini dan akan langsung kembali ke Paris jika pekerjaan saya sudah selesai.”

Noval memejamkan mata sejenak sebelum menyugar rambutnya yang rapih. Bolehkah Frada mengatakan jika apa yang dilakukan lelaki barusan itu seksi? Hingga membuat Frada meneguk ludah tanpa sadar. 

“Saya bertanya begitu bukan berarti saya tidak suka dengan kehadiran kamu kembali ke sini. Saya mengerti kenapa kamu meninggalkan adik saya tanpa ucapan apa-apa itu juga bukan keinginan kamu. Saya hanya … tidak tahu harus bagaimana.”

Noval terlihat bingung. Wajah dinginnya tenggelam dalam keraguan. Frada hanya diam dengan hati yang masih berdesir.

Akhirnya, Noval menghela napas panjang. Dia sepertinya sudah memutuskan sesuatu. “Kamu tahu kan jika kedaan Yumna sedang tidak baik-baik saja?”

Frada mengangguk lesu. “Saya tidak mengira jika Yumna akan menderita penyakit langka semacam itu.”

“Dokter mengatakan jika itu adalah akibat dari rasa duka karena kehilangan orang-orang yang ia sayangi. Kamu pasti masih mengingat Afandhi Sulaiman.”

Frada mengangguk. itu adalah nama kekasih Yumna sewaktu SMP yang meninggalkan dalam keadaan tragis. “Semua mungkin berawal dari sana,” lanjut Noval memberikan penjelasan.

Frada terhenyak. Jika itu dimulai dari Affandi, bukankah saat itu Frada masih di sisinya?

“Kehilangan Afandi adalah hal permulaan. Lalu disusul olehmu dan juga … Rai.”

Rai. Nama itu kembali disebut. Padahal setahu Frada orang di depannya ini tak pernah suka dengan pemilik nama itu. Kekasih Yumna saat masih duduk di bangku SMA.

“Satu bulan setelah pengunguman kamu pindah sekolah, Yumna juga mendengar kabar bahwa Rai sudah terbang ke luar negeri untuk bersekolah sekaligus membangun bisnis. Tepat satu tahun setelah kepergianmu dan Rai yang mendadak, Yumna mulai melupakan kalian. Bertahap. Bahkan sampai kenangan-kenangan yang kamu dan Rai tinggalkan. Yumna tak mengenali semuanya. Saat saya memeriksakan kondisi Yumna, dokter tak tahu itu penyakit apa. Karena baru kali ini melihatnya.”

“Lalu menurut seorang psikolog kenalan saya, bisa saja kondisi Yumna saat ini adalah karena kehilangan kalian semua di saat yang hampir bersamaan. Apalagi, ia juga belum bisa melepaskan kepergian Afandi dengan baik. jadinya semua memburuk seperti itu.”

Penjelasan Noval membuat Frada terhenyak. Sesaat, ia mengutuki dirinya yang masih sempatnya berdebar karena Noval yang sedang serius.

“Kak Lisa meminta bantuan saya untuk membantu pemulihan Yumna. Namun … apakah itu mungkin?”

Noval menggeleng. “Saya tak yakin. Tapi saya akan segera menghubungi teman saya. Bisa jadi, mungkin ini adalah salah satu kesempatan untuk Yumna bisa pulih kembali.”

Kata-kata Noval mengandung harapan. Seorang kakak yang cemas dengan adiknya bertahun-tahun akhirnya menemukan solusi. Rongga dadanya akhirnya bisa terisi dengan udara segar.

“Frada, jika itu memungkinkan, maukah kamu membantu adik saya? Saya akan memberikan semua yang kamu inginkan. Saya mohon.”

Seorang Noval yang dikenal angkuh memohon? Itu adalah hal yang langka.

Frada mengerjap. Tak mengerti harus merespon bagaimana. Rencananya ia akan menetap di negeri ini hanya sampai ia menyelesaikan design baju dari klien yang menurutnya penting. Lebih dari itu, Frada berpikir ulang. Ia takut jika harus bertemu dengan orang-orang yang menyakitinya dulu. Ia takut jika traumanya akan terualng kembali.

Ah, apa yang ia pikirkan? Frada menghela napas. Sekarang bukan saatnya untuk mencemaskan itu. masalalunya yang kelam, biarlah itu menjadi masalalu. Toh dia juga sudah bisa membalas apabila orang-orang itu ingin menyakitinya. 

Ingat, dirinya yang sekarang tidak seperti Frada tujuh tahun silam. Semuanya telah berubah.

Akhirnya, Frada memilih mengangguk. “Saya akan membantu Yumna untuk memulihkan kesehatannya.”

Noval menarik senyuman. Sangat menawan hingga Frada lupa untuk berkedip. Lalu jantungnya bertingkah. Hm, sepertinya perasaan yang sudah lama ia lupakan, kembali menyapa. Cinta yang Frada kira telah using, mungkin telah beregenerasi kembali. Sial. Sekarang, Frada harus apa? Bagaimana ia akan bertahan dengan perasaan yang berkecamuk ini?

“Terimakasih. Saya akan jamin, saya akan memberikan apapun yang kamu inginkan.”

“Tak perlu. Saya hanya ingin membantu Yum—“

Kalimat Frada terpotong dengan ponselnya yang berdering nyaring. Ia mengernyit kala mendapati panggilan dari temannya di Paris. Ghina. Perempuan itu katanya akan menelpon nanti malam karena ada banyak pekerjaan. Kenapa tiba-tiba menghubungi?

“Halo—“

“Fafa, kamu harus lihat berita sekarang! Bedebah-bedebah itu menulis berita tentangmu!”

Mendengar itu, Frada lantas mengalihkan layar ponsel menuju g****e. Mengetik namanya dan kata trending sudah bersemayam dai bawah namanya.

Ada satu judul artikel yang mengambil atensinya.

{Nyonya Hardiyantara Mengkonfirmasi Bahwa Designer Berbakat Asal Paris, Frada Adelia, Adalah Putri Haram Dari Suaminya.}

Frada menyeringai. Baru saja ia tiba dan orang-orang itu dengan cepat menyerangnya. Yeah, sepertinya benar kata Ghina. Frada akan membuat panggung untuk mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status