Senang ya pastinya punya sahabat seperti Riris. Happy reading teman-teman jelita ( Jelang Lima Puluh tahun ). Pelita ( Perempuan pas lima puluh tahun0 dan aku Lolita ( Lolos lima puluh tahun)
Susan’s POVAku menutup telepon setelah berbicara dengan Pak Hutabarat. “Saya sendiri yang akan mendampingi Tuan Muda Julio, Bu Susan. Saya akan berangkat sekarang ke Polsek Kuningan,” katanya dengan suara tegas dan logat Batak yang kental.“Pastikan Julio tidak dijadikan tersangka ya, Pak…” ucapku, menahan kegelisahan yang sedari tadi mendera.“Tenang, Bu. Saya akan pastikan semuanya aman. Ibu tidak perlu khawatir.”Telepon berakhir. Aku menarik napas panjang lalu melangkah cepat ke lobby rumah sakit untuk menunggu Pak Narto, sopirku. Aku harus segera kembali ke kantor, hari ini Johan, suamiku, akan bertemu salah satu pemilik perusahaan Jepang yang akan menyerahkan pembangunan pabrik Casing Laptop pada perusahaan kontraktor Wicaksono milik kami. Kontrak bernilai jutaan dolar itu akan segera terealissai. Tapi sejujurnya, pikiranku sama sekali tidak di sana. Saat ini semua pikiranku berputar di Julio. Tentang mata barunya. Tentang kecelakaan itu. Tentang kemungkinan dia dijadikan
Susan POVAku dan Julio melangkah keluar dari ruang konsultasi dr. Yvonne. Rasanya separuh beban di dadaku terangkat. Syukurlah, hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi transplantasi mata Julio berjalan baik. Tak ada komplikasi berarti, hanya penyesuaian tubuh terhadap organ baru.Perubahan-perubahan aneh yang Julio rasakan, dari pola tidur yang berubah, selera makan yang mendadak suka pempek, hingga munculnya gambaran samar wajah perempuan, semuanya dijelaskan dengan tenang oleh dokter. Ia menyebut perubahan itu mungkin karena cellular memory, memori sel yang kadang ikut terbawa dalam organ donor. Katanya, meski belum terbukti secara medis , kasus seperti ini pernah terjadi di berbagai belahan dunia.Aku mengangguk, seolah cukup dengan penjelasan itu. Tapi di dalam hati, aku menyimpan keyakinan lain yang tak akan aku utarakan pada Julio. Tentang roh yang masih tinggal di dunia selama empat puluh sembilan hari, menuntaskan urusan yang belum selesai. Mungkin setelah itu, semua keanehan
Julio POVPagi ini aku dijadwalkan check-up di Rumah Sakit MMC. Janji temuku dengan dr. Yvonne pukul sembilan tepat. Sejak menjalani transplantasi mata, ada satu kebiasaan baru yang terus terjadi: aku selalu terbangun pukul dua dini hari dan anehnya, tubuhku langsung aktif, seperti sudah cukup tidur semalaman.Tapi itu bukan satu-satunya perubahan. Sejak operasi itu, ada banyak hal yang terasa berbeda. Dulu aku cenderung menghindari makanan kaki lima, perutku sensitif, terlalu “kelas atas,” kata Ario. Tapi sekarang? Aku jatuh cinta pada bubur ayam Mas Edi. Bahkan kemarin, saat Ario membelikan nasi goreng seharga dua puluh ribuan di samping apartemenku, aku ikut memesan juga, dan ternyata... rasanya lebih nendang daripada nasi goreng buatan chef pribadi di apartemen ini.Sikapku juga berubah. Aku jadi lebih murah hati, lebih punya empati, terutama ke Ario. Dan aku yakin, sifat itu bukan milik ‘Julio ’ yang dulu. Lalu ada satu hal aneh lagi. Kemarin malam, saat mendengar podcast tentang
Laras POVMelihat wajah Riris yang sedih, aku tahu , ada sesuatu yang membebani pikirannya. Riris selalu seperti itu, dia adalah sahabatku sejak SD, rumah kami bertetangga, dia selalu tahu bagaimana menghiburku dan katanya aku juga selalu tahu bagaimana menghiburnya.“Ris... kamu kenapa? Ada masalah?” tanyaku lirih “Jangan takut karena aku lagi sedih.Aku tetap akan mendengar kalau kamu ada masalah. Cerita aja. Apa toko kamu benar-benar tutup? Kalau kamu kehilangan pekerjaan, bantuin aku aja. Kan aku udah bilang, kamu bisa ikut jualan donat.”Riris memandangku , tangannya meremas ujung bajunya, tapi dia tetap diamAku menatapnya lebih dalam dan mengulang pertanyaanku padanya“Ris... ada apa?”Aku melihatnya menghela nafas berat sekali lagi , lalu dia berkata tapi suaranya terdengar liriih“ Ra… tadi pagi Bossku bilang… kalau toko kami di Mall Ambasador akan dia tutup karena dia nggak kuat lagi bayar sewanya sedangkan pemasukannya kadang minus. Untuk bayar gaji ku aja dan satu orang r
Riris POVDari tempat kerjaku di salah satu toko yang menjual baju anak di Mall Ambasador, aku berjalan kaki lewat jalan pintas di samping mall yang hanya bisa dilewati motor, sepeda atau pejalan kaki untuk mencapai rumah sederhana milik orang tuaku yang bertetangga dengan rumah sederhana milik Laras. Aku akan ke rumah Laras dulu karena ada berita yang harus kusampaikan. Aku belum tahu, ini akan jadi kabar baik atau justru menambah luka Laras yang masih belum sembuh setelah kehilangan adiknya, Bayu.Sudah hampir seminggu, aku menemaninya, tidur di rumahnya ,bangun jam dua membantunya membuat donat, bahkan tiga hari lalu, aku sengaja minta cuti dari bossku hanya untuk mendorong dia kembali ke dapur. Sejak Bayu pergi, Laras seperti kehilangan jiwanya. Menangis. Menatap foto Bayu. Berteriak ke langit seolah menggugat Tuhan. “Kenapa Tuhan sejahat ini?”Aku mengerti mengapa dia marah, aku mengerti mengapa dia sedih, tapi kan Laras ngak boleh berlarut-larut berkubang dalam kesedihan. Saa
Ario POV Aku mengikuti langkah Pak Julio yang berjalan di depanku, langkahnya tegap dan beraturan. Dia menyuruhku jalan di belakangnya, karena katanya dia tidak ingin ngobrol saat olahraga. Kami keluar dari lobby, langsung berhadapan dengan JW Marriot hotel, dan mulai mengitari Kawasan Mega Kuningan , melewati Ritz Carlton dan terus memutar lewat Kedubes China dan Pak Julio jalan lurus sampai keluar Kuningan yang berbatasaan dengan jalan Prof. Satrio. Mau kemana Pak Julio, tadi katanya mau sarapan di Syailendra, Restoran yang ada di dalam hotel JW. Marriot. Apa masih terlalu pagi? sehingga dia memutuskan jalan lebih jauh. Tapi tiba-tiba aku melihatnya memencet lampu tanda menyeberang dan menunggu di pinggir Jalan sampai lampu merahnya berubah menjadi hijau. Mau ke mana Pak Julio ? Kuningan City? Atau Mall Ambasador, tapi jarum jam ku masih menunjukkan pukul 5.45 pagi, kedua mall tersebut belum buka. Apakah dia tidak tahu kalau mall buka jam 10.00? “ Pak Julio.. Pak… Bapak mau ke mana