Home / Romansa / From Your Eyes Only / 18. Sahabat Sejati Tak Selalu Menarikmu Berdiri, Tapi Akan Duduk Menemanimu Hingga Kamu Siap Bangkit

Share

18. Sahabat Sejati Tak Selalu Menarikmu Berdiri, Tapi Akan Duduk Menemanimu Hingga Kamu Siap Bangkit

Author: Netganno
last update Last Updated: 2025-08-24 07:19:11
Riris POV

Dari tempat kerjaku di salah satu toko yang menjual baju anak di Mall Ambasador, aku berjalan kaki lewat jalan pintas di samping mall yang hanya bisa dilewati motor, sepeda atau pejalan kaki untuk mencapai rumah sederhana milik orang tuaku yang bertetangga dengan rumah sederhana milik Laras. Aku akan ke rumah Laras dulu karena ada berita yang harus kusampaikan. Aku belum tahu, ini akan jadi kabar baik atau justru menambah luka Laras yang masih belum sembuh setelah kehilangan adiknya, Bayu.

Sudah hampir seminggu, aku menemaninya, tidur di rumahnya ,bangun jam dua membantunya membuat donat, bahkan tiga hari lalu, aku sengaja minta cuti dari bossku hanya untuk mendorong dia kembali ke dapur. Sejak Bayu pergi, Laras seperti kehilangan jiwanya. Menangis. Menatap foto Bayu. Berteriak ke langit seolah menggugat Tuhan. “Kenapa Tuhan sejahat ini?”

Aku mengerti mengapa dia marah, aku mengerti mengapa dia sedih, tapi kan Laras ngak boleh berlarut-larut berkubang dalam kesedihan. Saa
Netganno

Sabar ya teman2,beberapa bab lagi Julio akan bertemu Laras, ini supaya tidak ada plot hole,jadi semua nyambung. mengapa aku balik lagi ke Riris.Terimakasih sudah bersabar and Happy reading.

| 21
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (39)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Riris......ada apa denganmu? Adakah kabar yang akan membuat Laras bersedih lagi?
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Demi untuk masa depan Bayu, Laras rela melepaskan pendidikan, cita - cita dan masa depannya
goodnovel comment avatar
Yhara_18
apa yang mau Riris ceritakan ya kok seakan Riris ragu tuk cerita dan takut laras aka bersedih lagi.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • From Your Eyes Only    21. Dalam Setiap Jantung Ibu, Ada Doa Yang Tak Pernah Lelah Menyebut Nama Anak

    Susan POVAku dan Julio melangkah keluar dari ruang konsultasi dr. Yvonne. Rasanya separuh beban di dadaku terangkat. Syukurlah, hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi transplantasi mata Julio berjalan baik. Tak ada komplikasi berarti, hanya penyesuaian tubuh terhadap organ baru.Perubahan-perubahan aneh yang Julio rasakan, dari pola tidur yang berubah, selera makan yang mendadak suka pempek, hingga munculnya gambaran samar wajah perempuan, semuanya dijelaskan dengan tenang oleh dokter. Ia menyebut perubahan itu mungkin karena cellular memory, memori sel yang kadang ikut terbawa dalam organ donor. Katanya, meski belum terbukti secara medis , kasus seperti ini pernah terjadi di berbagai belahan dunia.Aku mengangguk, seolah cukup dengan penjelasan itu. Tapi di dalam hati, aku menyimpan keyakinan lain yang tak akan aku utarakan pada Julio. Tentang roh yang masih tinggal di dunia selama empat puluh sembilan hari, menuntaskan urusan yang belum selesai. Mungkin setelah itu, semua keanehan

  • From Your Eyes Only   20. Ada Hal-Hal Di Dunia Ini Yang Tidak Bisa Dijelaskan Dengan Logika, Cukup Dirasakan & Biarkan Hati Yang Memahami

    Julio POVPagi ini aku dijadwalkan check-up di Rumah Sakit MMC. Janji temuku dengan dr. Yvonne pukul sembilan tepat. Sejak menjalani transplantasi mata, ada satu kebiasaan baru yang terus terjadi: aku selalu terbangun pukul dua dini hari dan anehnya, tubuhku langsung aktif, seperti sudah cukup tidur semalaman.Tapi itu bukan satu-satunya perubahan. Sejak operasi itu, ada banyak hal yang terasa berbeda. Dulu aku cenderung menghindari makanan kaki lima, perutku sensitif, terlalu “kelas atas,” kata Ario. Tapi sekarang? Aku jatuh cinta pada bubur ayam Mas Edi. Bahkan kemarin, saat Ario membelikan nasi goreng seharga dua puluh ribuan di samping apartemenku, aku ikut memesan juga, dan ternyata... rasanya lebih nendang daripada nasi goreng buatan chef pribadi di apartemen ini.Sikapku juga berubah. Aku jadi lebih murah hati, lebih punya empati, terutama ke Ario. Dan aku yakin, sifat itu bukan milik ‘Julio ’ yang dulu. Lalu ada satu hal aneh lagi. Kemarin malam, saat mendengar podcast tentang

  • From Your Eyes Only   19: Setiap Kata Baik dan Harapan Tulus Adalah Doa Yang Diam-Diam Mengetuk Langit

    Laras POVMelihat wajah Riris yang sedih, aku tahu , ada sesuatu yang membebani pikirannya. Riris selalu seperti itu, dia adalah sahabatku sejak SD, rumah kami bertetangga, dia selalu tahu bagaimana menghiburku dan katanya aku juga selalu tahu bagaimana menghiburnya.“Ris... kamu kenapa? Ada masalah?” tanyaku lirih “Jangan takut karena aku lagi sedih.Aku tetap akan mendengar kalau kamu ada masalah. Cerita aja. Apa toko kamu benar-benar tutup? Kalau kamu kehilangan pekerjaan, bantuin aku aja. Kan aku udah bilang, kamu bisa ikut jualan donat.”Riris memandangku , tangannya meremas ujung bajunya, tapi dia tetap diamAku menatapnya lebih dalam dan mengulang pertanyaanku padanya“Ris... ada apa?”Aku melihatnya menghela nafas berat sekali lagi , lalu dia berkata tapi suaranya terdengar liriih“ Ra… tadi pagi Bossku bilang… kalau toko kami di Mall Ambasador akan dia tutup karena dia nggak kuat lagi bayar sewanya sedangkan pemasukannya kadang minus. Untuk bayar gaji ku aja dan satu orang r

  • From Your Eyes Only   18. Sahabat Sejati Tak Selalu Menarikmu Berdiri, Tapi Akan Duduk Menemanimu Hingga Kamu Siap Bangkit

    Riris POVDari tempat kerjaku di salah satu toko yang menjual baju anak di Mall Ambasador, aku berjalan kaki lewat jalan pintas di samping mall yang hanya bisa dilewati motor, sepeda atau pejalan kaki untuk mencapai rumah sederhana milik orang tuaku yang bertetangga dengan rumah sederhana milik Laras. Aku akan ke rumah Laras dulu karena ada berita yang harus kusampaikan. Aku belum tahu, ini akan jadi kabar baik atau justru menambah luka Laras yang masih belum sembuh setelah kehilangan adiknya, Bayu.Sudah hampir seminggu, aku menemaninya, tidur di rumahnya ,bangun jam dua membantunya membuat donat, bahkan tiga hari lalu, aku sengaja minta cuti dari bossku hanya untuk mendorong dia kembali ke dapur. Sejak Bayu pergi, Laras seperti kehilangan jiwanya. Menangis. Menatap foto Bayu. Berteriak ke langit seolah menggugat Tuhan. “Kenapa Tuhan sejahat ini?”Aku mengerti mengapa dia marah, aku mengerti mengapa dia sedih, tapi kan Laras ngak boleh berlarut-larut berkubang dalam kesedihan. Saa

  • From Your Eyes Only   Keistimewaan Kadang Lahir Dari Yang Paling Sederhana

    Ario POV Aku mengikuti langkah Pak Julio yang berjalan di depanku, langkahnya tegap dan beraturan. Dia menyuruhku jalan di belakangnya, karena katanya dia tidak ingin ngobrol saat olahraga. Kami keluar dari lobby, langsung berhadapan dengan JW Marriot hotel, dan mulai mengitari Kawasan Mega Kuningan , melewati Ritz Carlton dan terus memutar lewat Kedubes China dan Pak Julio jalan lurus sampai keluar Kuningan yang berbatasaan dengan jalan Prof. Satrio. Mau kemana Pak Julio, tadi katanya mau sarapan di Syailendra, Restoran yang ada di dalam hotel JW. Marriot. Apa masih terlalu pagi? sehingga dia memutuskan jalan lebih jauh. Tapi tiba-tiba aku melihatnya memencet lampu tanda menyeberang dan menunggu di pinggir Jalan sampai lampu merahnya berubah menjadi hijau. Mau ke mana Pak Julio ? Kuningan City? Atau Mall Ambasador, tapi jarum jam ku masih menunjukkan pukul 5.45 pagi, kedua mall tersebut belum buka. Apakah dia tidak tahu kalau mall buka jam 10.00? “ Pak Julio.. Pak… Bapak mau ke mana

  • From Your Eyes Only   Pewaris Pun Harus Berjuang , Agar Warisan Tak Lekang

    Warning Trigger : Bab ini berisi adengan dewasa, bila belum cukup umur, harap jangan dibaca. Terimakasih.Di pagi buta yang sama, ketika Julio dan Ario tengah mengikat tali sepatu untuk jogging mengelilingi Kawasan Kuningan. Lampu balcon merambat pelan melalui celah tirai kamar rumah mewah bergaya classic ala Romawi di Jalan Prof. Dr. Satrio tepat di samping Lotte Avenue. Susan membuka matanya perlahan, masih dibalut kantuk, matanya belum bisa terbuka sepenuhnya ketika ia merasakan sentuhan lembut di bibirnya, sebuah ciuman pagi yang hangat.“Hm… good morning, Dear. Tumben pagi-pagi sudah menciumku,” gumamnya dengan senyum tipis, suaranya masih serak. “Pulang jam berapa tadi malam?”“Jam satu,” jawab Johan pelan, membenamkan wajah di leher istrinya. “Kamu sudah tertidur pulas.”Sebuah kecupan ringan mendarat di telinga Susan, membuatnya menggeliat kecil. Titik peka itu disentuh dengan penuh hasrat dan dalam suara yang rendah dan berat, Johan berbisik,“Kamu pasti tahu kenapa aku m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status