Beranda / Romansa / From Your Eyes Only / Kadang hanya perlu satu sahabat setia untuk membuat dunia yang kacau terasa lebih damai untuk dijalani.

Share

Kadang hanya perlu satu sahabat setia untuk membuat dunia yang kacau terasa lebih damai untuk dijalani.

Penulis: Netganno
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-15 07:55:36
Laras POV

Riris memandangku yang bertanya tentang bolehkah aku hidup untuk diriku sendiri? Dia lalu membelai -belai punggungku dan berkata dengan lembut

“ Kenapa tidak boleh, mungkin ini cara Tuhan untuk membuatmu hidup untuk dirimu sendiri. Meskipun terdengar kejam, dengan mengambil Bayu dari sisimu, tapi mungkin ini cara NYa agar kamu bahagia. Kamu yang tidak pernah bergaul, tidak punya smartphone, tidak pernah menikmati masa remajamu. Jadi please Laras, stop berkubang dalam tangis. Tiga hari ini sudah cukup. Besok mulai jualan ya, cari kesibukan agar kamu bisa lupa dengan rasa berdukamu.”

“ Tapi setiap kali aku masuk dapur, bayangan Bayu selalu muncul… Mengadon donat sekarang terasa seperti membuka luka yang belum kering. Semua kenangan itu datang menghantam, satu per satu, tanpa ampun. Aku masih bisa melihat jelas wajahnya yang tertawa nakal saat menaruh tepung gula di ujung hidungku, seolah kejadian itu baru kemarin. Setiap sudut dapur punya jejaknya. Setiap kue yang kubuat,
Netganno

Teman2 punya sahabatkah? Aku punya, satu orang yang uda jadi sahabatku sejak aku SD, kami bagaikan sister from another mother, aku tahu semuanya tentang dia dan dia tahu semuanya tentang aku. Aku sangat menghargai persahabatan kami dan itu membuatku merasa manusia paling kaya. Besok weekend aku update satu bab lagi. setelah itu tgl 18 aku libur dan mulai tgl 20 Laras dan Julia akan bertemu kita setiap hari di jam 7 pagi karena aku ikut ODOC doain aku menang ya teman2. Terimakasih.

| 29
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (42)
goodnovel comment avatar
Iin Huang
semangat Laras, boleh koq sedih dan kmu emng merasa kehilangan separuh hidup mu tapi Bayu nggk ingin lht kmu jatuh terpuruk trus,kmu harus bangkit. bisa ya Laras, sahabat mu selalu ada untuk mu,itu bnr2 sahabat yg selalu ada disaat kmu susah dan senang. ku harap tawa mu trus selalu mengiringi hidup
goodnovel comment avatar
aya
mungkin ini memang benar cara Tuhan supaya kamu punya waktu untuk memikirkan dirimu sendiri ras. lakukan apapun yang belum pernah kamu lakukan selama ini. senangkan hatimu dan raih apapun yang selama ini kamu pendam
goodnovel comment avatar
aya
selalu ada seseorang yang dengan tulus ada di samping kita selain keluarga saat kita terpuruk. dan kamu beruntung mempunyai sahabat seperti riris ras. dia dengan setia memberikan semangat buat kamu bisa bangkit.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • From Your Eyes Only   126 : Kadang berkat terbesar tumbuh dari hal paling sederhana—dari niat baik, dari tangan yang mau bekerja, dari hati yang ingin berbagi

    Laras POV Papa Johan benar-benar menepati janjinya. Hari Jumat pagi, ketika aku membuka pintu dapur, aku terpukau. Dapur lamaku yang dulu hanya ruang kecil dengan kompor dua tungku, dan meja kayu tempat meniriskan donat kini telah berubah total. Semuanya tampak baru. Modern. Rapi. Berkilau. Udara di dalamnya pun terasa berbeda. Lebih terang, lebih segar, dan entah kenapa, seperti membawa semangat baru bersamanya. Lantai keramik putih mengilap, dindingnya bersih tanpa noda minyak sedikit pun. Di sisi kanan berdiri dua meja aluminium panjang dengan permukaan mengilap, tempat aku akan mencetak , menata adonan donat juga menghiasnya sebagai sentuhan terakhir. Di sudut ruangan berdiri mesin proofing setinggi dadaku berbentuk kabinet stainless steel dengan kaca bening di pintunya. Aku bisa membayangkan aroma adonan hangat yang akan mengembang sempurna di dalamnya. Tak jauh dari situ, mixer industri besar dengan mangkuk baja berkapasitas puluhan liter berdiri gagah. Bayangan tubuhku m

  • From Your Eyes Only   125 : Kadang, cinta tak butuh banyak kata,  cukup jadi istri yang tahu cara menenangkan hasrat suaminya dengan penuh cinta

    Warning Trigger : Mature content 21 ++ Saat Laras sedang mandi sepulang kami dari gereja untuk pemberkatan, aku duduk santai ngobrol bersama Mama dan Papa di meja makan. Kami menikmati seteko teh Melati. Kini wangi semerbak harum Melati yang menenangkan mengisi seluruh rumah dengan aroma khasnya. “Liyo,” kata Mama pelan, “tadi Pak Hutabarat telepon. Katanya pihak kejaksaan sudah menghubungi rumah dan kantor kita uda tidak lagi di segel . Hanya rekening yang harus tunggu beberapa saat lagi. Jadi besok Mama dan Papa mau pulang ke rumah kita. Rumah itu udah lama kosong, jadi harus dibersihin. Mama yang akan urus rumah, Papa langsung urus kantor.” Aku menaruh cangkir tehku. “Masalah dapur Labayo gimana, Pa?” “Nggak usah khawatir,” jawab Papa tenang, “itu udah hampir kelar. Nanti Papa tambah tukangnya, biar Jumat ini bisa segera selesai. Jadi Sabtu kalian bisa langsung mulai produksi.” Mama menyesap tehnya dan menatapku. “Nggak mau bikin upacara peresmian?” Aku tertawa kecil. “Lar

  • From Your Eyes Only   124 : Cinta bukan tentang seberapa indah tempat kita diberkati, tapi seberapa tulus hati yang berjalan bersama kita menuju altar kehidupan.

    Senin sore itu, Jakarta terasa lebih tenang dari biasanya. Matahari menggantung rendah di langit barat, menyapukan cahaya jingga ke atap-atap seng dan jendela rumah-rumah kontrakan di jalan kecil tempat Laras tinggal. Awan cumulus melayang seperti kapas besar yang sedang beristirahat membuat pemandangan sore itu tampak seperti lukisan mahakarya Sang Pencipta, seolah Tuhan ikut tersenyum, karena hari ini Laras dan Julio akan diberkati di gereja. Awalnya mereka mama Susan dan papa Johan. Riris dan Ario tentunya bersama kedua pengantin Julio dan Laras akan berangkat naik Avanza milik kantor Papa Johan. Tapi baru saja pagar rumah di buka, ternyata di luar sudah ramai. Warga tetangga berdiri di depan pagar, seperti rombongan yang menunggu pawai pengantin. Ada Bu Sri yang selalu kepo tapi baik hati, ada Bu Kus yang pemilik warung tempat Laras menitipkan donat pertamanya. Ada juga Pak RT dengan kemeja batiknya, juga Bu Pur mamanya Riris yang suka humor, cerewet tapi penyayang. “Laras!” s

  • From Your Eyes Only   123 : Kadang Tuhan nggak kasih kita jalan bebas badai, tapi kasih orang yang bikin kita kuat waktu badai datang.

    Julio POV Sore itu, langit Jakarta bersih seperti baru saja dicuci hujan. Udara hangat, dan sinar matahari berwarna oranye menembus di sela-sela gedung kaca di kawasan Mega Kuningan. Laras baru pulang dari kelas baking-nya di Bogasari saat kami memutuskan berjalan kaki menuju gereja tua di belakang kawasan Mega Kuningan. Gereja tempat kami berencana mendaftar kelas pranikah. Lokasi gereja itu tak jauh dari penthouse-ku dulu. Saat melewati gedung tinggi itu, aku menoleh dan menunjuk ke atas “Ini tempat tinggalku dulu, Ra.” Laras mendongak, matanya membulat. “Gedung tinggi ini?” Aku mengangguk, tersenyum. “Mama kemarin ada nawarin, kalau semua urusan kejaksaan sudah selesai dan semua aset milik mama dan papa tidak lagi diblokir , kita boleh tinggal di sini. Tapi aku nggak mau. Kebayang kan, repotnya kalau tiap pagi buta kita harus jalan kaki untuk buat donat ke dapur Labayo?” Laras terkekeh, mengangguk paham. “Makanya aku lebih pilih kita tetap tinggal rumahmu aja. biar lebih

  • From Your Eyes Only   122 : Setelah badai reda, yang tersisa bukan rasa takut, tapi keyakinan bahwa setiap luka pernah punya makna.

    Julio POV Aku sedikit terkejut ketika mendengar Jaksa Guntur menyebut bahwa aset milik Arifin di Boston juga ikut dibekukan. Kata Boston langsung membuatku teringat tentang Erika, yang tiba-tiba menghilang dari Bangkok setelah membuat kekacauan di hari liburku bersama Laras. Sekarang semuanya masuk akal. Ia pasti disuruh mengamankan aset keluarganya. Tapi ternyata gagal juga. Semua harta mereka disita. Ketika Arifin dengan suara terbata-bata bertanya, “Apakah... Erika…?” Aku tahu, itu bukan sekadar kegelisahan seorang tersangka. Itu suara seorang ayah yang menanggung rasa bersalah karena membuat anaknya menderita. Aku menarik napas panjang. Entah kenapa, kali ini tidak ada lagi rasa kesal mendengar nama Erika. aku hanya merasa iba. Aku yakin, selama Erika tidak terlibat langsung dalam bisnis ayahnya, ia tidak akan sampai dijerat hukum. Hanya saja… aku tahu, wanita seperti dirinya tak bisa hidup tanpa uang.Tapi ah, apa peduliku lagi? Aku dan dia sudah selesai. Setelah semua l

  • From Your Eyes Only   121: Kadang, dosa terbesar bukan pada apa yang kita lakukan, tapi pada siapa yang akhirnya terseret karenanya.

    Ruang tunggu Kejaksaan Negeri itu terasa lebih dingin dari pendingin udaranya sendiri. Lampu neon putih memantulkan cahaya ke lantai granit, membuat suasana seperti ruang interogasi di film kriminal. Johan duduk di kursi besi, kedua tangannya mengepal, menahan degup jantung yang rasanya berpacu dengan waktu. Di sampingnya, Julio menatap lurus ke depan, gelisah, tapi berusaha tampak tenang. Pak Hutabarat, pengacara keluarga mereka, berdiri di depan pintu kaca buram bertuliskan Bidang Tindak Pidana Khusus. Di tangannya tergenggam map biru berisi dokumen yang sudah beberapa minggu ini tidak pernah lepas dari gengamannya. “Tenang, Pak Johan,” katanya datar “Kita hanya klarifikasi dan datang sebagai saksi.” Namun kalimat itu tak mampu menghapus bayangan ketakutan Johan, takut ratusan karyawan perusahaannya tidak bisa mendapatkan gaji bulan ini. Pintu terbuka. Seorang petugas memanggil, “Pak Johan Wicaksano, silakan masuk.” Ketiganya masuk ke ruang pemeriksaan. Di dalam, aroma kopi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status